Hasil dan Analisis Neraca Air Wilayah Studi

IV.2.2 Hasil dan Analisis Neraca Air Wilayah Studi

Berdasarkan uraian komponen penyusun kehilangan air yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, yang mana telah dilakukan input data software WB EasyCalc untuk pembuatan neraca air di wilayah layanan distribusi Bengkuring, yakni selama periode analisis Bulan Oktober dan November 2015 (61 hari), maka didapatkanlah output neraca air hasil simulasi software WB EasyCalc. Output neraca air tersebut terdiri dari beberapa periode waktu, diantaranya neraca air harian, Bulanan, tahunan, dan per periode waktu analisis yang telah ditentukan. Berdasarkan neraca air hasil simulasi software WB EasyCalc selama periode analisis Bulan Oktober dan November 2015 (61 hari), didapatkan persentase volume air tak berekening di wilayah Bengkuring cukup tinggi, yakni sebesar 50 % dengan persentase volume kehilangan air mencapai 46 %. Selanjutnya, persentase volume kehilangan air

tersebut didominasi oleh 38 % kehilangan air fisik sebesar 108.222 m 3 , dan 8 % kehilangan air non fisik sebesar 21.604 m 3 (Gambar IV.14). Tingginya kehilangan air fisik ini disebabkan oleh adanya kebocoran pipa distribusi yang terlihat maupun tidak terlihat (Background Leakage), kebocoran akibat fitting dan sambungan pipa, serta kebocoran yang terjadi di pipa persil sambungan rumah hingga ke meter air pelanggan. Sementara itu, kehilangan air non fisik disebabkan oleh kurang baiknya akurasi bacaan meter pelanggan dan masih adanya sambungan tak resmi (illegal connection ) oleh masyarakat di wilayah layanan Bengkuring.

Gambar IV.14 Neraca air wilayah layanan IPA Bengkuring selama periode Bulan Oktober dan November 2015 (Data Primer Penelitian, 2016)

IV.2.2.1 Kerugian Akibat Kehilangan Air

Tingginya kehilangan air di wilayah layanan Bengkuring dapat mengakibatkan kerugian baik bagi PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda maupun bagi konsumen. Secara garis besar kerugian akibat kehilangan air dapat dikelompokkan menjadi 4, yakni sebagai berikut :

1. Kerugian dari segi kuantitas (Debit) Dengan adanya kehilangan air, maka jumlah air yang dapat digunakan oleh pelanggan menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan ada air yang seharusnya mengalir sampai ke pelanggan terbuang sia-sia akibat terjadinya kebocoran pipa selama mengalir pada jaringan distribusi di lapangan, ditambah lagi dengan keberadaan sambungan ilegal, akan menyebabkan air yang seharusnya terdistribusi penuh ke pelanggan resmi menjadi terbagi-bagi dan berkurang.

2. Kerugian dari segi tekanan Adanya kehilangan air (khususnya akibat kebocoran pada pipa distribusi dan adanya sambungan yang tidak tercatat/illegal connection) dapat mengakibatkan berkurangnya tekanan air yang dialirkan ke konsumen.

3. Kerugian dari segi kualitas air Jika ada kebocoran air, maka pada saat pipa tidak terisi air atau terjadi tekanan negatif (siphon) ada kemungkinan kotoran dari luar pipa masuk ke dalam pipa, sehingga air yang ada di dalam pipa terkontaminasi oleh kotoran dari luar pipa tersebut.

4. Kerugian dari segi keuangan (Ekonomi) Akibat dari adanya kehilangan air ini maka akan mengakibatkan kerugian dari segi keuangan bagi Perusahaan Air Minum. Dengan adanya kehilangan air ini maka biaya produksi per meter kubik air akan meningkat dan pendapatan hasil penjualan air akan berkurang, sehingga secara keseluruhan keuntungan yang didapat Perusahan Air Minum akan mengecil.

IV.2.2.2 Kehilangan Air Tahunan (m 3 /tahun) dan Nilai Biaya (Rp)

Berdasarkan neraca air yang tertera pada Gambar IV.14 diatas, kemudian dapat dihitung atau dikonversi menjadi neraca air periode tahunan, untuk mengetahui jumlah volume air yang hilang per tahun sebagai air tak berekening, serta berapa Berdasarkan neraca air yang tertera pada Gambar IV.14 diatas, kemudian dapat dihitung atau dikonversi menjadi neraca air periode tahunan, untuk mengetahui jumlah volume air yang hilang per tahun sebagai air tak berekening, serta berapa

140.780 m 3

Volume air berekening tahunan

x 365 hari

61 hari

= 842.372 m 3 /tahun

12.088 m 3

Konsumsi resmi tak berekening tahunan

x 365 hari

61 hari

= 72.328 m 3 /tahun

21.604 m 3

Kehilangan air non fisik tahunan

x 365 hari

61 hari

= 129.268 m 3 /tahun

108.222 m 3

Kehilangan air fisik tahunan

x 365 hari

61 hari

= 647.558 m 3 /tahun

Hasil perhitungan diatas kemudian disajikan dalam grafik, seperti yang dapat dilihat pada Gambar IV.15 di bawah ini.

Air berekening

647558 m 3 /tahun

Konsumsi resmi tak berekening

842372 m 3 /tahun

Kehilangan air non fisik

Kehilangan air fisik

129268 m 3 /tahun

72328 m 3 /tahun

Gambar IV.15 Persentase air berekening, konsumsi resmi tak berekening, dan kehilangan air tahunan wilayah Bengkuring (Data Primer Penelitian, 2016)

Dengan masing-masing kehilangan air fisik dan non fisik sebesar 38 % dan 8 %, selanjutnya berdasarkan data sekunder dari Laporan Tahunan Rekening Pelanggan

PDAM Tirta Kencana tahun 2014, didapatkan rata-rata tarif penjualan air per m 3 dan rata-rata biaya produksi/distribusi air per m 3 seperti yang terlihat pada Tabel

IV.10 dibawah ini. Tabel IV.10 Data tarif air dan biaya produksi/distribusi air per m 3 (Data Sekunder

Penelitian, 2016) Bi aya dan Tarif Rupi ah (Rp) T arif rata-rata penjualan air per m 3 4.302 Bi aya rata-rata produksi/distribusi air per m 3 3.557

Maka kemudian dapat dihitung kerugian dalam rupiah yang diterima PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda akibat kehilangan air dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Kehilangan air non fisik berupa meter pelanggan yang kurang akurat serta adanya sambungan ilegal menyebabkan air yang telah dikonsumsi seharusnya menjadi pendapatan tarif air per m 3 secara langsung oleh PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda.

2. Kehilangan air fisik berupa kebocoran pipa distribusi jika direduksi maka tidak akan secara langsung menjadi pendapatan tarif air per m 3 , melainkan akan meningkatkan efektifitas volume input distribusi, yang mana akan secara langsung mengurangi biaya produksi dan distribusi air per m 3

Untuk itulah jumlah kerugian yang diterima PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda akibat kehilangan air tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

Kerugian akibat kehilangan air non fisik (Rp/tahun) = Rp 4.302 x 129.268 m 3 = Rp 556.110.936 / tahun

Kerugian akibat kehilangan air fisik (Rp/tahun) = Rp 3.557 x 547.558 m 3 = Rp 2.173.852.206 / tahun

IV.2.2.3 Perhitungan Infrastructure Leakage Index (ILI)

Dalam penelitian ini juga menghitung Non Revenue Water (NRW) menggunakan pendekatan Indeks Kebocoran Infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI). Indeks ini merupakan suatu indikator kehilangan fisik yang cukup baik, dimana dengan mempertimbangkan bagaimana jaringan distribusi tersebut dikelola. ILI merupakan satu ukuran sejauh mana satu jaringan distribusi dikelola dengan baik (yaitu dirawat, diperbaiki dan direhabilitasi) untuk pengendalian kehilangan fisik, pada tekanan operasi saat ini. Ini merupakan rasio volume tahunan kehilangan fisik saat ini (Current Annual Volume of Physical Losses/CAPL) terhadap kehilangan fisik tahunan yang dapat dicapai secara minimal (Minimum Achievable Annual Physical Losses /MAPL). Adapun perhitungannya ialah sebagai berikut : Panjang pipa induk (LM) = Σ Panjang pipa 250 mm + Σ Panjang pipa 200 mm

+ Σ Panjang pipa 150 mm + Σ Panjang pipa 100 mm + Σ Panjang pipa 75 mm + Σ Panjang pipa 50 mm

= 1.996 m + 394 m + 2.597 m + 2.465 m + 16.670 m

+ 12.384 m

= 40.606 m ≈ 40,6 km (Lihat Tabel IV.9) Total pelanggan (NC)

= Jumlah pelanggan resmi + Estimasi pelanggan ilegal = 3.026 SR + 395 SR = 3.421 SR

Panjang pipa dinas (LP)

= 3.421 SR x 5 m/SR = 17.105 m ≈ 17,1 km

Tekanan rata-rata (P)

= 10 m

MAAPL (L/hari) = {(18 x LM) + (0,8 x NC) + (25 x LP)} x P = {(18 x 40,6) + (0,8 x 3.421) + (25 x 17,1)} x 10 = 38.987 L/hari

Kehilangan fisik (CAPL) = 647.558 m 3 /tahun (Lihat Gambar IV.15) 647.558 m 3 /tahun x 1.000 L/m 3

365 hari

= 1.774.132 L/hari

𝐂APL

Indeks Kebocoran (ILI)

𝐌AAPL

Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan bahwa nilai Infrastructure Leakage Index (ILI) pada wilayah layanan Bengkuring ialah 46. Selanjutnya dari hasil perhitungan ILI ini, kemudian bandingkan dengan matriks target, yaitu tabel kehilangan fisik/teknis yang disederhanakan untuk mendapatkan hasil penilaian kinerja relatif PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda . Hasil penilaian berupa perkiraan kebocoran dalam liter per sambungan per hari yang disesuaikan dengan tekanan aliran air dalam sistem jaringan distribusi seperti dalam Tabel IV.11 dibawah ini :

Tabel IV.11 Matriks target kehilangan air fisik (BPPSPAM, 2014)

Kehilangan Fisik Kinerja

(liter/sambungan/hari) Kategori

ILI

Teknis (Keadaan sistem bertekanan pada tekanan rerata)

Maju C 4 –8

50 – 100 100 – 200 150 – 300 200 – 400 250 – 500 Sedang C 8 – 16 100 – 200 200 – 400 300 – 600 400 – 800 500

Dengan nilai ILI yang diketahui sebesar 46 pada tekanan rata-rata 10 m, wilayah layanan distribusi Bengkuring masuk dalam kategori D untuk daerah yang sedang berkembang, sehingga didapatkan hasil penilaian untuk menentukan tindak lanjut dari hasil perhitungan sehingga memudahkan dalam mengambil keputusan untuk pengendalian kehilangan air yakni, “Telah terjadi pemborosan sumber daya secara luar biasa, sehingga program penurunan kehilangan air sangat penting dan merupakan prioritas utama ” (International Water Association).

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

SISTEM OTOMATISASI SONAR (LV MAX SONAR EZ1) DAN DIODA LASER PADA KAPAL SELAM

15 214 17

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

SIMULASI SISTEM KENDALI KECEPATAN MOBIL SECARA OTOMATIS

1 82 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45