Intervensi AS ke dalam Skandal FIFA sebagai Aksi Legal

IV.2 Intervensi AS ke dalam Skandal FIFA sebagai Aksi Legal

Rusia yang sejak awal telah sangat vokal dan menentang investigasi yang dilakukan AS meragukan legalitas aksi ekstrateritorial AS. Menurut kementrian luar negeri Rusia, yang dilakukan Washington tidak mengikuti prosedur legal

242 Lihat bab I.4.4 243 Lihat bab I.4.4 242 Lihat bab I.4.4 243 Lihat bab I.4.4

sepenuhnya legal mengingat: 1) Swiss sebagai negara basis FIFA yang memberi FIFA imunitas sesuai hukum negaranya membantu mengeksekusi petinggi FIFA di Zurich yang membuktikan bahwa intervensi AS memiliki basis legal yang kuat; dan 2) FIFA maupun pengadilan internasional membiarkan AS menjalankan investigasi dan penangkapan para petinggi FIFA. Terdapat dua basis legal intervensi AS ke dalam skandal FIFA yakni praktik bad governance laten FIFA yang menuntut adanya sebuah reformasi organisasi dan pelanggaran area yurisdiksi AS yang dilakukan oleh FIFA.

Aplikasi yurisdiksi AS dalam kasus yang melibatkan sebuah organisasi yang memiliki kantor pusat di Zurich, Swiss, dengan pelaku yang notabene berasal dari negara-negara Amerika Selatan memang menarik dan jika dipikirkan kembali tentunya akan memancing banyak pertanyaan. Stuart H. Deming, mantan anggota DOJ dan seorang ahli hukum anti korupsi, berpendapat bahwa yurisdiksi AS dalam kasus ini sepenuhnya legal mengingat tujuh orang terdakwa adalah penduduk AS—baik penduduk tetap maupun memiliki properti di AS. Lebih jauh, bukti mengenai penyalahgunaan sistem perbankan AS untuk menuntunt para terdakwa mencakupi organisasi berbasis AS, CONCACAF yang memiliki kantor pusat di Miami yang merupakan bagian dari region AS. Jadi dengan beberapa pertimbangan tersebut maka aksi turun tangan AS ke dalam skandal FIFA dikatakan terbilang legal dan logis.

244 Larissa Jaeger, “FIFA scandal: Switzerland approves US extradition request of Eugenio Figueredo” , 2015, hal 3.

Eksplanasi investigasi As ke dalam skandal FIFA adalah karena hukum federasl AS memiliki jangkauan global terutama ke dalam kasus yang melibatkan penyalahgunaan finansial. Selama terdapat “nexus” yang membuktikan bahwa ada keterlibatan yurisdiksi AS baik keterlibatan institusi finansial AS maupun warga AS maka pengacara AS seringkali dapat mengadili penyalahgunaan tersebut meskipun dilakukan di luar teritori AS. Kepala FBI, James Comey menjelaskan alasan investigasi AS terhadap FIFA “If you touch our shores with your corrupt enterprise, whether that is through meetings or through using our world class financial system, you will be held accountable for that corruption.”

Sebagai contoh, pada tahun 2014 mantan presiden Guatemala Alfonso Portillo dijatuhi hukuman 6 tahun penjara karena melakukan pencucian uang melalui bank AS. Meskipun kasus korupsi terjadi di Guatemala, penggunaan bank AS oleh Portillo sudah cukup memberi pihak pengadilan AS hak untuk mengadili Portillo. Hal tersebut menjadi jawaban dari banyaknya dakwaan yang berfokus pada

penyalahgunaan sistem finansial AS untuk mengadili kasus ekstrateritori. 245 Eksekutor AS hanya perlu bukti minor yang menunjukkan adanya keterkaitan

antara praktik ilegal FIFA dan aspek yurisdiksi AS untuk bisa masuk ke dalam skandal FIFA. Menurut DOJ, meskipun pelaku yang didakwa bukan warga AS, namun praktik perputaran uang ilegal FIFA dilakukan melalui pertemuan di tanah

AS dan uang yang berputar ditransfer melalui bank AS dalam dolar. 246 Kapan pun AS melakukan intervensi di luar teritorinya, alasan yang dikemukanan adalah

245 Amanda Taub, “The surprising reason the US is prosecuting the FIFA case”, http://www.vox.com/2015/5/28/8677525/fifa-corruption-us-prosecution (diakses 9 Mei 2016).

246 Paul Blake, “ Fifa scandal: Why the US is policing a global game”, http://www.bbc.com/news/world-us-canada-32889845 (diakses 9 Mei 2016).

mengenai kekhawatiran akan demokrasi, good governance dan/atau hak asasi manusia, akan selalu ada motif lain yang muncul dari setiap intervensi dan pada akhirnya, aksi yang dilakukan AS justru semakin memperburuk kondisi target yang diintervensi dibanding sebelum adanya intervensi. Pertanyaan dasar yang terus diulang adalah: mengapa AS memedulikan praktik korupsi FIFA? Jika pemerintah AS sangat peduli pada kasus-kasus korupsi, mengapa DOJ belum menjatuhkan dakwaan pada eksekutif Wall Street dan para politisi yang mengakibatkan krisis ekonomi-finansial 2008 dan masih bisa beroperasi dalam imunitas? Pada dasarnya setiap entitas politik, finansial dan ekonomi di AS saling terhubung dalam bentuk korupsi sistemik termasuk liga olahraga profesional dan NCAA (National Collegiate Athletic Association). Namun lagi, DOJ belum juga menindak para pelaku yang terlibat dalam kasus korupsi yang lebih serius dan berbahaya dari entitas tersebut. Jika entitas di dalam teritori AS yang terlibat praktik korupsi yang lebih buruk namun belum juga didakwa oleh DOJ, maka dakwaan yang dijatuhkan kepada FIFA memunculkan motif politis. 247