Interrelasi Olahraga dan Politik: Politik Prestis dalam Olahraga melalui Mega Sporting Events

I.4.5 Interrelasi Olahraga dan Politik: Politik Prestis dalam Olahraga melalui Mega Sporting Events

Pada tinjauan pustaka mengenai otonomi INGSO, peneliti telah menunjukkan bahwa olahraga dan politik merupakan dua hal yang seharusnya terpisah dan telah diterapkan sedemikian rupa oleh organisasi olahraga internasional. Maka peneliti kali ini akan menunjukkan bahwa olahraga memiliki aspek yang berhubungan langsung dengan politik bahkan hubungan internasional baik secara langsung atau melalui proses yang bertahap. Penelitian mengenai olahraga dan politik telah menunjukkan beberapa perkembangan fungsi dari olahraga sebagai kendaraan politik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Tulisan milik Hoberman, Kanin, dan Espy merupakan contoh dari fokus olahraga sebagai kendaraan politik

dan pergerakan olahraga merupakan manifestasi dari ideologi negara. 61 Hill mengatakan bahwa olahraga internasional membutuhkan kepentingan dan

dukungan dari politisi, bukan campur tangan mereka. Sedangkan politisi, di lain sisi, mengapresiasi bahwa olahraga memiliki dimensi politikal yang bisa dimanfaatkan oleh mereka selagi bisa. 62 Pernyataan tersebut merupakan sebuah

kritik terhadap pernyataan akademisi yang mengatakan bahwa hingga akhir-akhir ini, olahraga dan politik merupakan aspek yang saling terpisah. Polley berargumen bahwa terdapat hal yang diabaikan dalam jangka panjang yakni hubungan struktural yang ada di antara olahraga dan agensi politik lokal, regional dan internasional. Sedangkan Houlihan mengacu pada hubungan yang saling

61 Aaron Beacom, “Sport In International Relations: A Case For Cross-Disciplinary Investigation”,

62 Aaron Beacom, “Sport In International Relations: A Case For Cross-Disciplinary Investigation”,

terkait antara olahraga dan politik pada level yang berbeda. Ia mengidentifikasi adanya tema diskusi yang dimiliki olahraga sebagai kendaraan diplomasi, ideologi, pembentukan bangsa, akses arena internasional dan pemasukan komersil. Hal-hal tersebut merupakan contoh dari adanya hubungan implisit antara perkembangan dalam hubungan internasional dan olahraga yang bersifat saling berhubungan. 63

Adanya komersialisasi olahraga tidak semakin memisahkan politik dan olahraga namun sebaliknya, hal tersebut justru telah memperbanyak kemunculan agenda politik yang berbanding linier dengan kepentingan para politisi di bidang olahraga dan perkembangannya. Jika mengacu pada perspektif pluralis yang menjelaskan bahwa hubungan internasional dilihat dari adanya hubungan kompleks antara grup kepentingan yang berbeda, maka dalam kasus ini penjelasan tersebut direfleksikan melalui adanya pengaruh organisasi olahraga internasional di arena internasional yang seringkali mampu mendemonstrasikan kapasitas untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan pemerintah. Pergerakan olahraga yang semakin aktif baik dalam skala domestik hingga internasional telah menciptakan keadaan yang mana organisasi olahraga internasional dapat secara potensial memainkan peran proaktif dalam pembuatan keputusan dan dalam implementasinya. 64 Timbal

balik hubungan antara olahraga dan hubungan internasional diinisiasi ketika olahraga mendapatkan popularitas tinggi sehingga kemudian memberi profit pada politisi yang terlibat bahkan olahraga dengan popularitas yang sangat tinggi di sebuah negara mampu mempengaruhi keputusan politisi.

63 Aaron Beacom, “Sport In International Relations: A Case For Cross-Disciplinary Investigation”,

64 Aaron Beacom, “Sport In International Relations: A Case For Cross-Disciplinary Investigation”,

Peran kunci olahraga dalam hubungan internasional dapat pula berupa representasi kekuatan sebuah negara atau blok geopolitik untuk menunjukkan superioritasnya. 65 Ketika melihat pada dimensi internasional, kompetisi atletis

merupakan sebuah representasi dari kompetisi antarnegara. Kepentingan politik dapat dicapai oleh negara dengan cara berpartisipasi dalam sebuah kompetisi olahraga. Hal tersebut menjadi poin vital bagi negara yang baru merdeka untuk mendapat rekognisi internasional. Di lain sisi, mengundurkan diri dari sebuah kompetisi olahraga—boikot—dapat pula menjadi sebuah pesan implisit untuk mempengaruhi negara lain dalam menyampaikan kepentingan negara. 66 Pada

akhirnya ignifikansi politik dalam olahraga dilihat dari adanya dua fakta yakni yang pertama karena popularitas olahraga yang menarik perhatian banyak orang sehingga memanfaatkan olahraga sebagai kendaraan politik menjadi masuk akal. Kedua, olahraga yang secara natural memiliki karakter kompetitif, secara sempurna menjadi arena adu superioritas negara terutama jika negara yang berpartisipasi sedang berkonflik satu sama lain dan tidak sedang diwujudkan dalam perang, sehingga kompetisi di arena olahraga dijadikan demonstrasi

kekuatan negara. 67

65 Michał Marcin Kobierecki ,” Sport In International Relations Expectations, Possibilities And Effects”, International Studies Interdisciplinary Political And Cultural Journal, Vol. 15, No. 1,

66 Michał Marcin Kobierecki, “Sport In International Relations Expectations, Possibilities And Effects”, 52.

67 Michał Marcin Kobierecki, “Sport In International Relations Expectations, Possibilities And Effects”, 70.

Tabel I.1 Hubungan Olahraga dan Politik menurut Robert J. Paddick 68

Type of relationship Alleged examples

Tool for diplomatic recognition

1. GDR diplomats in track suits 1960

2. Pingpong diplomacy (China-USA) Vehicle of ideology and propaganda

1. 1936 Olympics

2. USA and USSR in early Olympics Focus for publicity

1. Staging Olympics

1. Olympic victories Kenya Source of prestige

2. World Cup winning Uruguay

3. GANEFO Indonesia Release of aggressive tendencies

1. USSR-USA

Development of mutual understanding

1. USSR-USA

2. Australia-England

1. Boycott: Moscow Olympics Means of protest

2. USSR track meet withdrawal

3. Demonstrations: Black Power Salutes, Mexico Olympics

1. Honduras-El Salvador Football War Development of conflict (aggression)

2. England-Australia cricket Political education

1. Growth of sport metaphor Development of national consciousness

1. Sport in: Africa, South East Asia,

Cuba

Unification

1. Asian Games

Social control

1. Athletics in USA

2. Sport for all

Government funding

1. Various countries Politicians as fans and/or athletes

1. President Nixon

Ketika suatu olahraga mencapai titik popularitas tertinggi, maka olahraga tersebut memainkan peran signifikan dalam propaganda dan dalam mengubah tatanan

68 Robert J. Paddick, “ Sport And Politics: The (Gross) Anatomy Of Their Relationships”, Flinders University, 56.

hubungan internasional terutama selama era Perang Dingin, yang mana peran olahraga menjadi alat yang sangat penting dalam hubungan internasional. Kobierecki mengatakan bahwa meskipun pada saat ini tatanan dunia sedang dalam keadaan multilateral yang mengurangi kutub-kutub kekuatan dunia dan keinginan untuk berperang, namun signifikansi peran olahraga sebagai kendaraan politik akan terus bertahan karena adanya kepentingan politik yang diwujudkan dalam olahraga. 69 Singkatnya olahraga telah menjadi alat diplomatik yang

digunakan oleh pemerintah dalam berbagai wujud seperti boikot dan propaganda olahraga untuk mencapai tujuan politik. 70

Tidak semua duel antar negara yang diwujudkan melalui olahraga belum tentu menjadi representasi penggunaan olahraga sebagai kendaraan politik. Pada studi literatur mengenai interrelasi olahraga dan politik, contoh yang diambil adalah mengenai Olimpiade yang dijadikan ajang propaganda oleh Soviet dan AS selama Perang Dingin dan Piala Dunia yakni sebuah turnamen sepak bola global yang memiliki partisipan dari seluruh dunia. Skala kompetisi olahraga adalah faktor penentu signifikansi penggunaan olahraga sebagai wadah untuk unjuk diri negara dan menjadi kendaraan politik—semakin besar skala sebuah kompetisi olahraga, semakin signifikan dan krusial peran kompetisi tersebut bagi sebuah negara. Roche dalam bukunya yang berjudul Mega Events Modernity mendefinisikan MSE sebagai sebuah kompetisi berskala internasional yang memiliki daya tarik,

sarat kepentingan dan memastikan adanya signifikansi internasional. 71 MSE juga

69 Robert J. Paddick, “ Sport And Politics: The (Gross) Anatomy Of Their Relationships”, 71. 70 Jon Theis Eden, “Soccer and International Relations: Can Soccer Improve International Relations?”, 12.

71 Airton Saboya Valente Junior, “Mega Sporting Events and Legacy: The Case of the 2014 World Cup”, Universidad de Valencia, 2.

dapat didefinisikan sebagai sebuah kompetisi internasional yang diadakan di satu kota atau tersebar di sebuah negara sebagai tuan rumah kompetisi yang memiliki jumlah partisipan dan penonton yang tinggi dan dapat menarik media. MSE mengandung banyak aspek dalam pelaksanaannya seperti aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, image-building, rekognisi internasional dan sebagainya. Dunia olahraga yang semakin kompleks dan global memakai MSE sebagai kendaraan propaganda untuk mendemonstrasikan kekuatan fisik, ekonomi, militer dan superioritas budaya sistem politik sebuah negara guna mendapatkan rekognisi dan meningkatkan prestis nasional. 72 Fitur MSE selain dapat menarik penikmat

internasional juga dapat memberi efek pada tuan rumah kompetisi. Tuan rumah kompetisi dapat memproyeksikan gambaran budaya, kekuatan ekonomi dan politik domestik yang ingin ditunjukkan kepada dunia internasional melalui MSE. Oleh karena itu MSE adalah kendaraan yang digunakan untuk memperkuat soft

power negara tuan rumah. 73

Toby Charles Rider menegaskan bahwa olahraga menyajikan duel unik tersendiri antara AS dan Soviet selama Perang Dingin. Kompetisi olahraga global seperti Olimpiade dianggap menjadi arena duel kasat mata antara atlet AS dan Soviet

untuk berkompetisi dalam sebuah symbolic combat 74 . Peter Beck juga memberikan komentar tambahan bahwa selama Perang Dingin, olahraga

menyajikan sebuah arena pertarungan sehingga superioritas bukanlah sekedar abstraksi untuk menggambarkan posisi dan kekuatan negara melainkan realita

72 Chien-Yu Lin 1, Ping-Chao Lee & Hui-Fang Nai, “Theorizing the Role of Sport in State- Politics”, National Taiwan Sport University, Taichung, Taiwan, 2008, 28-9.

73 Airton Saboya Valente Junior, “Mega Sporting Events and Legacy: The Case of the 2014 World Cup”, 2.

74 Pertandingan olahraga direpresentasikan sebagai duel antar negara.

yang bisa dilihat di atas lapangan pertandingan yang didemonstrasikan secara jelas dan berulang-ulang. 75 Olahraga internasional pasca 1945, ketika dihadapkan

pada kompetisi yang melibatkan duel antara atlet Timur melawan atlet Barat, memiliki kesan politis yang ditambahkan ke dalam setiap permainan. Ronnoe Kowalski, Dilwyn Porter dan Peter Beck telah mendemonstrasikan interaksi sepak bola selama awal era Perang Dingin antara Inggris dan negara-negara Komunis

yang merepresentasikan lebih dari sekedar usaha peaceful coexistence 76 karena mereka juga melihat bahwa setiap permainan adalah berarti adanya pula

kesempatan untuk membuktikan vitalitas nasional.