Mundurnya Sepp Blatter dan Respon Global

II.5 Mundurnya Sepp Blatter dan Respon Global

Menanggapi adanya dakwaan yang dijatuhkan oleh DOJ, Director of Communications FIFA, Walter De Gregorio mengatakan bahwa kejadian tersebut tidak hanya akan berujung pada pengadaan ulang voting tuan rumah PD 2018 dan 2022 tetapi juga akan mengubah FIFA secara keseluruhan. 138 Mengenai kebijakan

dan posisi Blatter dalam membela Rusia, opini publik internasional terbagi menjadi dua kubu. Ketika di satu sisi percaya bahwa Blatter harus turun dan menyerahkan jabatannya karena adanya dakwaan korupsi terkait pemberian hak tuan rumah PD 2018, di lain sisi publik mengatakan bahwa yang dilakukan Blatter merupakan gambaran kontribusi dan strategi Blatter dalam menyebarluaskan nilai sepak bola ke negara-negara berkembang. Yuliy Nisnevich, seorang profesor dari Higher School of Eonomics di Moscow mengatakan: “Kasus korupsi FIFA bukanlah menjadi hal yang unik. Ketika seseorang telah berada di posisi dengan struktur administrasi yang ada dalam waktu yang lama, korupsi dan sejenis

kapitalisme organisasi akan muncul dengan sendirinya.” 139 Pada tanggal 29 Mei 2015 Blatter terpilih kembali sebagai presiden FIFA dengan

marjin 123:73 mengalahkan Prince Ali dari Yordania, kandidat yang disponsori oleh AS dan UEFA. Tidak lama setelah itu, media Barat, politikus Inggris, Michel Platini merespon dengan cara menyerang Sepp Blatter secara intens. Greg Dyke

137 Jeff severson, “Avoiding Compliance Red Cards After FIFA Scandal”. 138 Holly Ellyatt, “How much could Russia lose from FIFA scandal?”. 139 Eugene Bai, “How the FIFA scandal is leading to a US-Russia political confrontation”.

dan Pangeran William bahkan memprovokasi adanya boikot PD Rusia 2018 sebagai balasan atas kekalahan Inggris dari Rusia yang memperoleh hak tuan rumah PD secara ilegal. Empat hari setelah terpilih kembali menjadi presiden FIFA, Blatter yang sadar bahwa ia adalah target dari investigasi AS terkait skandal FIFA dan kemungkinan juga karena tekanan reformasi dari sponsor, Blatter mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden FIFA. Blatter mengumumkan pengunduran dirinya dalam sebuah konferensi berita yang telah diatur secara tergesa-gesa di Zurich. Blatter mengatakan bahwa pemilihan presiden berikutnya akan diadakan di antara Desember 2015 dan Maret 2016 untuk menunjuk suksesor Blatter berikutnya dengan mengatakan: "FIFA membutuhkan restrukturisasi mendalam, meskipun anggota FIFA telah memberikan mandat ini kepada saya, namun tampaknya mandat yang saya dapatkan tidak didukung oleh semua orang. FIFA akan mengadakan sebuah kongres luar biasa dan presiden baru akan terpilih secepatnya.” 140 Berikut adalah

beberapa respon global mengenai mundurnya Sepp Blatter: "A good day for FIFA and for football ... Change is finally coming. I said on

Friday that the day would come sooner or later. Here it is! Now we should, responsibly and calmly, find a consensual solution worldwide in order to start new era of dynamism, transparency and democracy in FIFA." — Luis Figo.

"I think that it is the right move from Sepp Blatter and I think we have to look to the future ... I am at the disposal of all the national associations who want a change, including all of those who were afraid to make a change." — Prince Ali bin al Hussein.

"We highly respect this decision of President Blatter to step down and to initiate the necessary reforms — and to make way for a new leadership of FIFA to drive these changes." — Presiden IOC Thomas Bach.

140 ESPN, “Sepp Blatter resigns as FIFA president”, http://www.espnfcasia.com/fifaworld- cup/story/2476671/seppblatterresignsasfifapresident (diakses 17 Juni 2016).

"It is a good afternoon. I think it's brilliant for world football. This is the start of something new." — Presiden FA Inggris, Greg Dyke. 141

Pada tanggal 26 Februari 2016, FIFA merealisasikan sebuah kongres luar biasa di Hallenstadion Zurich untuk melakukan pemilihan presiden pasca mundurnya Sepp Blatter dari kursi kepresidenan FIFA dan mengakhiri keadaan vacuum of

power. 142 Gianni Infantino terpilih sebagai presiden melalui voting dengan mengalahkan Sheikh Salman bin Ibrahim al-Khalifa dengan marjin 115:88 dan

resmi menggantikan posisi Blatter. Gianni Infantino merupakan kandidat yang didukung oleh 53 anggota UEFA dengan disokong bantuan dana sebesar 500.000 euro untuk kampanye yang dilakukannya secara global. "Asosiasi nasional anggota UEFA mengungkapkan dukungannya untuk Gianni dan akan secara

resmi mengumumkan posisi individu mereka tepat pada waktunya.” 143 Mundurnya Sepp Blatter dari kursi kepresidenan FIFA tidak semerta akan

mengakhiri praktik korupsi organisasi. Namun terdapat hal lain yang menjadi kepentingan AS dan hanya bisa dicapai melalui turunnya Sepp Blatter. Jika aliansi Anglo-American-UEFA memegang kontrol dalam FIFA, maka yang terjadi kemudian adalah adanya distribusi pemasukan terutama yang ditujukan untuk asosiasi nasional yang tidak mengikuti dikte kebijakan AS (region suporter Blatter: Afrika, Asia, Amerika Selatan) dan akan tercipta proses bidding hingga voting yang berbeda dalam memilih negara tuan rumah PD ke depannya. Selain

141 Associated Press, “Global reaction to Sepp Blatter's decision to resign”, https://www.yahoo.com/news/globalreactionseppblattersdecisionresign192120235spt.html?ref=gs

(diakses 17 Juni 2016). 142 FIFA, “Relive: Extraordinary FIFA Congress 2016”, http://www.fifa.com/about-

fifa/news/y=2016/m=2/news=extraordinary-fifa-congress-to-be-streamed-live-on-fifa-com- 2766712.html (diakses 17 Juni 2016).

143 Owen Gibson, “Gianni Infantino elected FIFA president after Zurich election”, https://www.theguardian.com/football/2016/feb/26/gianni-infantino-elected-fifa-president-election

(diakses 17 Juni 2016).

itu, kemungkinan yang bisa terjadi adalah terpecahnya keanggotaan FIFA yang mana asosiasi region Selatan dan asosiasi sepak bola Rusia akan melepaskan diri dan menciptakan sebuah federasi sepak bola paralel non-Western. Meskipun pada akhirnya, bentuk restrukturisasi atau reformasi apapun tidak akan memberi pengaruh berarti karena FIFA tidak bisa dibentuk ulang menjadi sebuah entitas transparan bebas korupsi selama masih beroperasi dalam sistem ekonomi politik neoliberal-kapitalis yang didominasi oleh AS. 144

144 George Wright, “FIFA and the United States: The Russian Connection”.