Relasi AS-FIFA setelah Pengumuman Bidding 2010: Respon Pemerintah AS dan Komite Bidding

II.3 Relasi AS-FIFA setelah Pengumuman Bidding 2010: Respon Pemerintah AS dan Komite Bidding

Seluruh dunia seketika dikejutkan ketika pada bulan Desember tahun 2010 FIFA mengumumkan bahwa Piala Dunia 2018 dan 2022 akan diselenggarakan di Rusia dan Qatar sebagai hasil akhir voting,. Kedua negara bukanlah negara dengan sejarah sepak bola dengan tambahan Qatar memiliki temperatur negara yang ekstrem di musim panas. Selain itu jika dianalisis perjalanan sepak bola kedua negara, Rusia dan Qatar tidak pernah berhasil lolos dari fase group stage 114 Piala

Dunia. Meskipun Uni Soviet dapat menempati posisi keempat di tahun 1966, Rusia tidak pernah menunjukkan performa yang baik di turnamen global tersebut. Rusia terpilih dari negara-negara kandidat lain yang lebih memiliki sejarah sepak

bola seperti Inggris, joint bids 115 Portugal-Spanyol dan Belgia-Belanda. Padahal jika dibandingkan dengan kondisi internal negara lain yang berhubungan dengan

ketersediaan dan kelayakan infrastuktur olahraga, maka AS tidak membutuhkan biaya yang tinggi untuk memenuhi target standar infrastruktur Piala Dunia

FIFA. 116 Oleh karena banyaknya negara-negara kalah bidding yang lebih memiliki

112 Dennis Coates, “World Cup Economics: What Americans Need to Know about a US World Cup Bid”, 5.

113 Dennis Coates, “World Cup Economics: What Americans Need to Know about a US World Cup Bid”, 15.

114 Penyisihan awal dalam turnamen. 115 Proposal gabungan antara dua atau lebih negara. 116 Tim Marcin, “Despite FIFA World Cup Controversy, US Still Wants To Host Soccer's Biggest Game”, http://www.ibtimes.com/despite-fifa-world-cup-controversy-us-still-wants-host-soccers- biggest-game-1940619 (diakses 3 Mei 2016).

hasrat untuk sepak bola dan memiliki infrastruktur olahraga yang lebih baik untuk dapat menjadi tuan rumah turnamen, maka timbullah keraguan terkait “bersihnya” proses bidding Rusia dan Qatar. 117

Menurut ahli ekonomi olahraga, AS akan mendapat profit karena tidak perlu mengeluarkan biaya perbaikan bersifat mayor pada infrastruktur yang dimiliki. 118

“Piala Dunia di Rusia, Qatar, maupun Brazil adalah sebuah bencana untuk negara- negara tersebut, sedangkan Piala Dunia di Amerika Serikat sudah dapat dipastikan akan menjadi hal yang positif,” jelas Victor Matheson, seorang profesor ekonomi olahraga dari Worcester, Massachusetts. 119 Penjelasan Matheson tersebut tentunya

didasarkan pada fakta lapangan dan data yang valid yang diperhitungkan mengenai kondisi negara masing-masing. Pada laporan evaluasi bidding untuk Piala Dunia 2011, sebanyak 18 stadion yang dilaporkan dalam proposal kepada FIFA, tidak membutuhkan tambahan konstruksi dan hanya perlu mengubah hal kecil seperti tribun penonton untuk memenuhi standar FIFA. The World Economic Forum competitiveness rankings menempatkan AS di nomor 12 sebagai negara yang memiliki infrastruktur terlayak pada tahun 2014-2015. Sedangkan Qatar yang memenangkan bidding berada di posisi nomor 24 dan Brazil, tuan rumah Piala Dunia 2014 berada di posisi nomor 76. Dari fakta tersebut tentu seharusnya AS yang memenangkan hak sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Namun pada akhirnya, FIFA memiliki pendapat lain dan Walter De

117 “Fifa committee study, Question of Solving and Preventing Corruption Scandals in FIFA”, 2. 118 L:aurence Bouvard, “The Long Arm of the US Judiciary in the FIFA Scandal”, http://watchingamerica.com/WA/2015/05/30/the-long-arm-of-the-us-judiciary-in-the-fifa-scandal/ (diakses 3 Mei 2016).

119 Tim Marcin, “Despite FIFA World Cup Controversy, US Still Wants To Host Soccer's Biggest Game”, http://www.ibtimes.com/despite-fifa-world-cup-controversy-us-still-wants-host-soccers-

biggest-game-1940619 (diakses 3 Mei 2016).

Gregorio, direktur komunikasi FIFA, menegaskan melalui konferensi pers jika tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 adalah Rusia dan Qatar. 120

Kekalahan bidding AS tersebut adalah kekalahan terbesar kedua AS dalam bidding turnamen besar olahraga di beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, Obama menghadiri voting IOC untuk Olimpiade Musim Panas 2016 dan Chicago seketika tersingkir. Seketika setelah mendengar kekalahan bidding AS untuk menjadi tuan rumah PD 2022, Presiden Barack Obama yang turut mengisi dan menjadi bagian dalam presentasi bidding AS, mengutarakan kekecewaanya “menurut saya keputusan yang diambil FIFA adalah salah” kepada para petinggi FIFA dalam pidatonya di the White House, dibarengi dengan kekecewaan ribuan rakyat Amerika yang mengikuti pengumuman dari Zurich. Hanya berselang beberapa menit pasca pengumuman FIFA yang menyerahkan hak tuan rumah PD 2022 kepada Qatar, suporter AS mengungkapkan rasa frustasi mereka kepada akun Twitter resmi tim sepak bola AS dengan beberapa reaksi seperti: “kecewa”, “Sepak bola AS diundur kembali selama 20 tahun” dan “Qatar? Wow. Sepak bola kembali menjadi tidak relevan di AS.” Major League Soccer juga turut menyumbangkan reaksi kecewanya dalam situs resmi mereka dengan beberapa sindiran yang disisipkan dalam beberapa unggahan seperti “FIFA=korupsi” dan “jika ada yang memerlukan konfirmasi bahwa keseluruhan proses tidak adil, lihatlah sendiri.” Sunil Gulati yang merupakan presiden FA AS turut mengungkapkan pendapatnya “Jelas sekali kami sangat kecewa. Hal ini sulit untuk diterima.” Gulati menambahkan bahwa kekalahan bidding AS adalah

120 Tim Marcin, “Despite FIFA World Cup Controversy, US Still Wants To Host Soccer's Biggest Game”.

sebuah bentuk kegagalan dalam usaha memajukan sepak bola di pasar AS yang selama ini skeptis terhadap olahraga tersebut. “Menjadi tuan rumah PD 2022 sama dengan menempatkan kakimu pada akselerator. Ini adalah wujud dari hilangnya kesempatan tersebut. Akankah kami bisa mencapainya? Saya percaya bahwa kami bisa meskipun harus memakan waktu lebih lama dan usaha yang lebih keras,” tambah Gulati. 121

Mantan Presiden AS Bill Clinton yang merupakan seorang honorary chairman dalam komite bidding juga menjadi saksi kekalahan yang sangat mengecewakan pada 2010 lalu. Dalam pidatonya di kantor pusat FIFA, kepala komite bidding AS itu mengatakan “'Saya percaya FIFA adalah alasan utama sepak bola menjadi sebuah kekuatan pemersatu global. AS sendiri sedang dalam posisi untuk membantu FIFA mewujudkan misi tersebut.” Namun sayangnya FIFA ternyata tidak teryakinkan oleh keseluruhan proses bidding AS dan justru menghadiahkan keputusan akhir kepada sebuah negara Gulf kecil yang hanya memiliki uang

karena perannya sebagai negara pengekspor bahan bakar gas dan minyak. 122 Bill Clinton yang sangat menginginkan AS memenangkan hak tuan rumah tersebut

mengalami kekecewaan mendalam dan dikabarkan bahwa Clinton sampai melampiaskan kemarahan dengan memecahkan cermin ketika kalah suara dari

Qatar. 123 “Orang-orang di dalam FIFA sedang ingin memberikan PD kepada

121 Daily Mail Reporter, “FIFA made the wrong decision': Obama's claim as Qatar's megabucks campaign trumps America to land 2022 World Cup”, http://www.dailymail.co.uk/news/article-

1335034/World-Cup-2022-FIFA-wrong-decision-Obama-claims-Qatar-trumps- America.html#ixzz4AhUriUhC (diakses 4 Mei 2016). 122 Tim Marcin, “Despite FIFA World Cup Controversy, US Still Wants To Host Soccer's Biggest Game”, http://www.ibtimes.com/despite-fifa-world-cup-controversy-us-still-wants-host-soccers- biggest-game-1940619 (diakses 3 Mei 2016). 123 Tim Marcin, “Despite FIFA World Cup Controversy, US Still Wants To Host Soccer's Biggest

Game”, http://www.ibtimes.com/despite-fifa-world-cup-controversy-us-still-wants-host-soccers- biggest-game-1940619 (diakses 3 Mei 2016).

mereka yang tidak pernah merasakannya. Menurut saya FIFA ingin membuat sepak bola menjadi olahraga global. Mereka seakan ingin mengatakan ‘ini merupakan cara untuk mengapresiasi usaha modernisasi Timur Tengah’” respon Bill Clinton kepada Wall Street Journal sehari setelah kekalahan bidding AS. 124

Banyaknya respon kekecewaan yang datang dari segala penjuru AS, terutama dari orang-orang nomor satunya membuat AS agresif dalam mencari jawaban sesungguhnya dari keputusan FIFA. Sejak saat itu pula hubungan FIFA-AS mulai menunjukkan adanya tendensi yang berujung pada intervensi terhadap skandal

FIFA. 125

II.3.1 Awal Mula Investigasi (2010-2013): Chuck Blazer sebagai Whistleblower 126 AS

Investigasi AS sebenarnya telah dilakukan secara diam-diam dan terpisah oleh AS sejak 2010 seketika setelah kekalahan bidding, namun dokumen dan informasi mengenai skandal FIFA yang didapatkan baru dipublikasikan pada tahun 2015. The New York Times melaporkan bahwa informasi dakwaan didapat dari mantan anggota eksekutif FIFA dan sekjen CONCACAF yang notabene adalah warga AS yakni Chuck Blazer. Blazer telah menjadi informan untuk FBI setelah ditangkap dan mengajukan permohonan banding pada tahun 2011 untuk menghindari

124 Brooks Peck, “Bill Clinton was so angry when Qatar was awarded the 2022 World Cup that he broke a mirror”, https://m.yahoo.com/w/legobpengine/sports/blogs/soccerdirtytackle/billclinton-

wassoangrywhenqatarwasawardedthe2022worldcupthathebro (diakses 4 Mei 2016). 125 Nikolas K. Gvosdev, “Putin's FIFA Remarks: Russia Gives America a 'Red Card'”,

http://nationalinterest.org/feature/putins-fifa-remarks-russia-gives-america-red-card-12996 (diakses 2 Mei 2016). 126 Seseorang yang berperan sebagai informan terkait praktik menyimpang yang telah dilakukan individu/sekelompok orang.

hukuman 75 tahun penjara. 127 Pada tahun 2013, Blazer secara diam-diam mengakui kesalahannya yang meliputi penipuan, pemerasan, pencucian uang dan

penghindaran pajak selama bekerja menjadi sekjen CONCACAF. 128 Tidak hanya mengakui kesalahannya secara individu, Blazer juga membeberkan segala

perilaku kriminal yang dilakukan oleh FIFA. Blazer menjelaskan bahwa FIFA telah mendapatkan banyak suap dari tahun 1998 terkait dengan bidding Piala Dunia. Meningkatnya popularitas sepak bola di AS yang juga meningkatkan nilai hak pemasaran dan hak siarnya di sana dijadikan sebuah logika praktik suap yang dilakukan. CONCACAF yang memiliki kantor pusat di Miami dijadikan celah oleh pihak berwenang AS. Kasus yang melibatkan warga dan perusahaan AS ini kemudian dimanfaatkan oleh AS sebagai sumber informasi untuk menguak segala

yang dilakukan FIFA. 129 FIFA yang mendapati fakta bahwa Chuck Blazer telah bekerja sebagai whistleblower AS mendapat hukuman larangan melibatkan diri

dari segala aktivitas persepakbolaan selamanya. Hukuman tersebut dijatuhkan oleh ethics committee FIFA dengan alasan “perilaku melanggar etika organisasi” termasuk aksi disloyalnya selama bekerja di FIFA dan CONCACAF. “Terkait posisinya sebagai petinggi FIFA, ia merupakan pemain utama dalam rencana yang

127 Martyn Ziegler, “FIFA whistleblower Chuck Blazer banned from football for life by ethics committee”, http://www.dailymail.co.uk/sport/football/article3154544/ChuckBlazerbanned-

footballlifeFIFAexecutivecommittee.html (diakses 4 Mei 2016). 128 Amanda Taub, “The surprising reason the US is prosecuting the FIFA case”,

http://www.vox.com/2015/5/28/8677525/fifa-corruption-us-prosecution (diakses 4 Mei 2016). 129 Callum Connolly, “Russia 2018: A Dangerous, Ludicrous Choice”,

http://www.punditarena.com/football/cconnolly/russia-2018-dangerous-ludicrous-choice/ (diakses 6 Mei 2016).

melibatkan adanya penawaran, penerimaan, pembayaran dan tanda terima segala perputaran uang ilegal organisasi termasuk penyuapan dan lain-lain.” 130