Standarisasi Pendidikan: Suatu Keniscayaan

C. Standarisasi Pendidikan: Suatu Keniscayaan

Dalam perkembangan terkini bahwa pendidikan berkualitas semakin diperlukan masyarakat, dengan formulasi pelayanan akademik, manajemen, dan lulusan yang unggul. Tilaar (2006) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan. Setiap proses yang bertujuan tentunya mempunyai ukuran atau yardstick sudah sampai dimana perjalanan kita di dalam mencapai tujuan tersebbut. Berbeda dengan tujuan fisik seperti jarak suatu tempat atau suatu targert produksi, tujuan pendidikan merupakan suatu yang intangible dan terus menerus berubah dan meningkat. Tujuan pendidikan selalu bersifat atau “tujuan yang berlari”. Hal ini berarti tujuan pendidikan setiap saat perlu direvisi dan disesuaikan dengan tuntutan perubahan.

Dalam konteks pendidian nasional Indonesia diperlukan standard yang perlu dicapai di dalam kurun waktu tertentu di dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Hal ini berarti perlu perumusan yang jelas dan terarah dan fisible mengenai tujuan pendidian. Rumusan tujuan pendidikan dapat berupa tujuan ideal, tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah dan rencana strategis yang terlihat dengan keadaan dan waktu tertentu. Apabila sebagai syarat utama didalam proses pen- didikan adanya rumusan tujuan yang jelas, maka didalam pencapaian tujuan sementara atau rencana strategis perlu dirumuskan langkah- langkah strategisdalam mencapainya. Langkah-langkah strategis ini dapat dicapai melalui berbgai kegiatan didalam proses pendidikan. Apabila tidak ada patokan atau yardstick yang dijadikan pedoman untuk dicapai, maka sudah barang tentu proses pendidikan akan kacau balau karena tanpa arah yang jelas dalam praktiknya.

Muhammad Ali (2007:625) menjelaskan keberadaan sekolah sebagai penyedia jasa layanan pembelajaran memiliki kelompok layanan sebagaimana digambarkan sebagai berikut:

Kelompok Layanan Manajemen: Guru dan Staf

1. Kepemimpinan Sekolah

2. Administrasi

Kelompok Layanan Pembelajaran:

1. Kurikulum dan implementasinya

2. Proses Pembelajaran Peserta Didik

3. Kegiatan ekstra kurikuler

4. Hubungan profesional dan sosial guru ‐peserta didik

5. Pembinaan budaya belajar

Kelompok Layanan Pengembangan Pribadi: Orang Tua,

Masyarakat,

1. Pengembangan Pemakai Lulusan

2. Pembinaan Agama dan Akhlak siswa

b k kjd

if

Gambar : Kelompok Layanan dalam Pembelajaran

Bagaimanapun, harus dilihat bahwa pendidikan tidak sama dengan penjinakan binatang Karena kita berhadapan dengan manusia yang mempunyai harkat sendiri, kemampuan dan potensi sendiri yang berjenis-jenis. Di dalam kaitan inilah makna pendidikan yang sebenarnya yaitu bagaimana membawa anggota-anggota dari suatu kelompok manusia yang memerlukan pendidikan diarahkan oleh suatu tujuan yang sama. Di sinilah letak fungsi dari suatu Negara yaitu membantu warganya untuk mencapai tujuan yang disepakati di dalam negaranya. Dalam hal ini UUD 1945 telah merumuskan suatu tujuan yang ideal yaitu mencerdaskan kehidupan rakyatnya. Sistem pendidikan nasional merupakan suatu upaya untuk mewujudkan cita-cita ideal tersebut ialah warga Negara

Indonesia yang cerdas. Untuk mengetahui sejauh mana tercapainya manusia Indonesia yang cerdas itu dapat dilihat dalam kenyataan sehari- hari dalam kehidupan bersama masyarakat Indonesia. Manusia Indone- sia yang cerdas adalah manusia Indonesia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan berprestasi sebagai seorang yang bermoral. Moral yang dimiliki manusia Indonesia cerdas pertama-tama adalah sebagai warga Negara Indonesia yang bersatu. Moral tersebut disinari oleh Pancasila yaitu suatu ikrar bersama dari bangsa Indonesia untuk hidup bersama mencapai cita-cita nasional mengantisipasi perubahan.

Untuk menerapkan model penjaminan mutu dalam bidang pen- didikan, maka perlu adanya hal-hal berikut:

1) Komitmen yang tinggi dari seluruh unsur yang terlibat dalam proses pendidikan. Komitmen tersebut terutama dicerminkan dari kinerja yang semaksimal mungkin diarahkan untuk mem- berikan jasa pendidikan kepada pelanggan, terutama pelanggan eksternal primer yang sesuai dengan atau melebihi kebutuhannya.

2) Penilaian kebutuhan (need assesment). Agar diketahui kebutuhan yang sebenarnya dari pelanggan dalam rangka menyelerasakan semua aktivitas dan sumberdaya yang digunakan dengan peme- nuhan kebutuhan pelanggan perlu dilakukan identifikasi dan penilaian kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Hal ini bisa dilakukan dengan melalui survei kebutuhan.

3) Penerancanaan strategik. Apabila kebutuhan pelanggan telah dapat dikenali dan spesifikasi mutu telah ditetapkan, selanjutnya disusun perencanaan strategik. Langkah-langkah penyusunan rencana strategik ini meliputi perumusan visi, misi, identifikasi pelanggan dan kebutuhannya, analisis K2PA (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dan identifikasi faktor-faktor tertentu keberhasilan penyusunan rencana strategik perumusan kebijakan dan rencana mutu, penyusunan rencana biaya dan evaluasi serta umpan balik.

4) Penyusunan rencana taktis. Rencana taktis ini berkaitan dengan bagaimana melaksnakaan segala apa yang sudah ditetapkan dalam rencana strategik, terutama menyangkut siapa akan melakukan apa, cara melaksanakan tugas-tugas, waktu penye- 4) Penyusunan rencana taktis. Rencana taktis ini berkaitan dengan bagaimana melaksnakaan segala apa yang sudah ditetapkan dalam rencana strategik, terutama menyangkut siapa akan melakukan apa, cara melaksanakan tugas-tugas, waktu penye-

5) Penilaian kemajuan. Salah satu kegiatan penting dalam kegiatan perbaikan mutu adalah penilaian kemajuan. Hal ini mencakup semua langkah yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan kemajuan yang telah dicapai dalam setiap langkah di atas (Ali, 2007:632).

Mencermati fenomena eksternal yang berkembang, maka sistem pendidikan nasional memerlukan standar. Suatu standarisasi mutu pendidikan yang dapat diterima dan diusakan oleh semua komponen pendidikan di sekolah dan daya dukung dari masyarakat. Dalam konteks ini standar tersebut bukan dipahami sebagai sesuatu yang kaku, tetapi standar yang terus menerus meningkat dengan kata lain kualitas pendidikan nasional semakin lama semakin meningkat sesuai dengan keperluan perubahan zaman. Menurut Tilaar (2006) standarisasi pendidikan nasional, diperlukan dengan beberapa alasan, yaitu:

1) Standarisasi pendidikan nasional merupakan suatu tuntutan politik. Sebagai Negara kesatuan Republik Indonesia kita memer- lukan yardstick untuk menilai sejauh mana warga Negara Indo- nesia itu mempunyai visi yang sama, pengetahuan dan keteram- pilan yang dapat mengembangkan Negara kesatuan tersebut.

2) Standard pendidikan nasional merupakan suatu tuntutan globalisasi. Dunia dewasa ini telah merupakan suatu kampung global sehingga satu Negara tidak dapat bersembunyi lagi. Didalam kehidupan global terjadi persaingan yang semakin lama semakin tajam, oleh sebab itu setiap warga Negara perlu mengangkat dirinya sendiri didalam kehidupan yang penuh persaingan. Kehidupan yang penuh persaingan bukan berarti kehidupan yang penuh permusuhan tetapi terus menerus memperbaiki dirinya dengan meningkatkan kemampuan diri agar supaya tidak menjadi budak dari bangsa-bangsa yang lain.

3) Standarisasi pendidikan nasional merupakan tuntutan dari kemajuan (progress). Setiap Negara tidak menginginkan negarnya tertinggal dari bangsa-bangsa yang lain. Apabila dewasa ini Indo- nesia masih tergolong kedalam Negara berkembang seperti 3) Standarisasi pendidikan nasional merupakan tuntutan dari kemajuan (progress). Setiap Negara tidak menginginkan negarnya tertinggal dari bangsa-bangsa yang lain. Apabila dewasa ini Indo- nesia masih tergolong kedalam Negara berkembang seperti

Lebih lanjut Tilaar (2006) mempertanyakan bagaimanakah profil pendidikan nasional di Indonesia dewasa ini? Didalam berbagai survey dan penelitian menunjukkan bagaimana kualitas pendidikan di Indo- nesia tergolong rendah. Tidak ada satupun juga universitas di Indo- nesia yang masuk kelompok 100 universitas terbaik di Asia, apalagi ditingkat dunia. Apabila kualitas pendidikan tingginya sudah demikian rendahnya apalagi pendidikan dasar dan menengahnya, tentunya kualitas tidak lebih baik. Memang seperti yang telah dijelaskan, bukan berarti bahwa kualitas manusia Indonesia lebih buruk dibandingkan dengan kualitas bangsa yang lain. Kemenangan-kemenangan pada tingkat olimpiade fisika misalnya menunjukkan bagaimana siswa-siswa In- donesia dapat menggondol medali emas. Demikian pula beberapa sarjana tamatan universitas-universitas di Indonesia dapat membuat prestasi di Negara asing namun secara keseluruhan kualitas pendidikannya belum termasuk berkualitas Internasional.