Pembangunan Karakter Bangsa

B. Pembangunan Karakter Bangsa

Pembangunan karakter bangsa memiliki cakupan dan tingkat urgensi yang sangat luas dan bersifat multi dimensional. Ditegaskan dalam kebijakan nasional bahwa secara substantif dan operasional pembangunan karakter bangsa terkait dengan pengembangan seluruh aspek potensi-potensi keunggulan bangsa yang bersifat multi dimensional karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan yang saat ini sedang dalam proses “menjadi” (U.S. Winataputra, 2010:2).

Membangun karakter adalah proses membentuk karakter seseorang atau kelompok orang sehingga tertanam karakter-karakter baik dalam jiwa seseorang yang dilakukan dengan cara tertentu melalui pendidikan karakter (Nuraida dan Aulia, 2009:9).

Berdasarkan pendapat ini ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa menjadi acuan kebijakan nasional yang menekankan pada pentingnya pendidikan karakter dalam rangka membetuk karakter yang baik sebagai modal bagi eksistensi dan kelangsungan hidup bangsa di tengah pergaulan dan perubahan global.

Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa: (1) karakter merupakan hal esensial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa; (2) karakter berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing; (3) karakter tidak datang dengan sendirinya tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang ber- martabat.

Selanjutnya ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa harus difokuskan pada: “tiga tataran besar”, yaitu: (1) untuk menum- buhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI), dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat (U.S. Winataputra, 2010:2).

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat keputusan yang dibuatnya. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU SISDIKNAS tahun 2003 menyatakan Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat keputusan yang dibuatnya. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU SISDIKNAS tahun 2003 menyatakan

Tegasnya dalam undang-undang pendidikan nasional sebagaimana dimaksud adalah agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter. Sehingga lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapas nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas, dan berkarakter kuat menjadi dambaan setiap orang tua dan stakeholders pendidikan.

Tegasnya saat ini perlu pemantapan kebijakan dan proses implementasi pembangunan karakter bangsa dalam semua tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara terutama nilai ketaqwaan, semangat juang, kejujuran, kesabaran, persatuan, gotong royong, kebaikan bersama, keunggulan, dan penghargaan atas keragaman budaya. Semua nilai ini berakar pada potensi diri, dan diajarkan dalam nilai agama yang dapat dilembagakan melalui pendidikan karakter. Karena itu, melalui proses pendidikan yang sinergetik pada semua satuan dan lingkungan pembangunan karakter bangsa perlu mendapat perhatian yang lebih fokus agar menghasilkan generasi bangsa yang berkarakter baik.

Pendidikan karakter saat ini menjadi kebijakan yang strategis dalam pemantapan pembinaan sumberdaya manusia bangsa Indo- nesia, terutama dalam menciptakan daya saing global. Oleh karena itu, setiap sekolah dan lembaga pendidikan harus memiliki kebijakan khusus untuk menghidupkan nilai-nilai keutamaan karakter dalam keseharian siswa di sekolah supaya melembaga dalam kepribadiannya. Nilai karakter dengan kejujuran, keadilan, kerjasama, berpikir positif, kreatif, inovatif, kegigihan, kerjasa keras, mandiri, dan religius harus menjadi fokus utama pendidikan karakter di setiap sekolah.

Indonesia tentu saja tidak mau gagal dalam membangun karakter bangsa. Sekolah jangan terlalu terpesona dengan target-terget akademis, dan merupakan melupakan pendidikan karakter. Realitas ini membuat kreativitas, keberanian menghadapi risiko, kemandirian, dan ketahanan dalam melalui berbagai ujian hidup menjadi rendah. Anak mudah frustasi, menyerah, dan kehilangan semangat juang sampai titik darah penghabisan.

Dengan melihat kenyataan itulah, pendidikan karakter sangat mendesak untuk diberlakukan di negeri ini. Tentu saja perlu dilakukan optimalisasi peran sekolah sebagai pionir. Manajemen sekolah harus bekerjasama dengan keluarga, masyarakat, dan elemen bangsa yang lain demi suksesnya agenda besar menanamkan karakter kuat kepada peserta didik sebagai calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang (Asmani, 2011:26).

Dasar hukum pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan karakter, yaitu:

1) Undang-undang dasar 1945

2) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pen- didikan Nasional

3) Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan

4) Permediknas nomor 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan

5) Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi