Implementasi Program pada Tahap Evaluasi Program

74 kemampuan perempuan melalui berbagai bantuan maupun pelatihan. Ke dua hal ini sudah dilakukan, namun untuk hasilnya belum dapat meningkatkan pendapatan peserta. Hal ini diungkapkannya sebagai berikut: “Pemberdayaan dari progam ini dapat kita lihat dari dua sisi mas, kita sudah mencoba mengembangkan iklim yang memungkinkan perempuan berkembang yakni dengan pembentukan kelompok usaha dan sisi kedua memberi bantuan maupun pelatihan. Hasil dari program agar meningkatkan pendapatan sampai sekarang belum terlihat.” Ungkapan dari Ibu TN didukung oleh pernyataan dari Bapak SS. beliau menyatakan bahwa tujuan dari program pemberdayaan ini baik tetapi hasilnya untuk dapat dikatakan memberdayakan perempuan peserta program belum terlihat. Berikut ini pernyataan dari beliau: “Tujuan program pemberdayaan ini baik mas, tetapi memang tidak mudah untuk dapat membentuk kelompok usaha yang benar-benar mampu menghasilkan sebuah usaha bersama. Kita baru belajar saja, karena kegiatan produksinya pun belum rutin hanya kalau ada pesanan.” Menurut ibu SJ beliau mendapatkan manfaat dari adanya program, yakni ia dapat belajar berwirausaha, bersosialisasi dan mengembangkan keterampilannya namun program ini belum dapat meningkatkan pendapatannya. Kelompok usaha di PKBM Sari Ilmu memang dapat meningkatkan omsetnya dengan strategi menambah variasi menu makanan. PKBM Sari Ilmu yang awalnya hanya menyediakan olahan peyek kacang menambah variasi jenisnya menjadi 10 macam variasi. Antara lain peyek kacang, peyek kedelai hitam, peyek udang, peyek 75 gayam, peyek kacang hijau, peyek kacang merah, peyek rebon, peyek daun ubi jari, peyek welut, dan peyek wader. Namun peningkatan omset tersebut tidak cukup meningkatkan pendapatan keluarga mereka karena usaha merupakan usaha kelompok yang dibagi untuk 10 anggota. Berdasarkan wawancara dengan ibu RD menyebutkan bahwa mereka mendapat pembagian hasil usaha sebesar Rp 30.000,00 setiap produksi, dan jumlah itu juga tidak tetap tergantung dari omset yang mereka dapat. Selain itu pendapatan yang mereka dapat juga tidak semua dibagi namun sebagian dijadikan kas. Hal ini diungkapkannya juga oleh ibu AY sebagai berikut: “Dengan adanya program saya dapat bagaimana berwirausaha selain itu juga mendapatkan pengetahuan dan tambahan keterampilan. Namun dari usaha kelompok kita ini belum bisa dikatakan meningkatkan pendapatan keluarga mas, karena usaha juga tidak dilakukan rutin setiap hari sehingga omsetnya pun tidak begitu besar, itu pun masih dibagi 10. Meskipun demikian menurut Ibu PD meskipun saat ini hasil dari program ini belum dapat dikatakan berhasil namun dengan adanya toko ini beliau selalu berharap dan memotivasi perempuan peserta program agar mau berwirausaha dan memanfaatkan sarana tersebut untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan memberdayakan diri. 76

b. Rintisan PKBM Tematik sesuai Potensi Unggulan Lokal

Program pendampingan SKB di PKBM Bantul dalam mengembangkan kewirausahaan perempuan berbasis potensi lokal dilakukan melalui berbagai macam kegiatan. Menurut bapak BD dengan adanya program ini belum mampu menjadikan PKBM yang dipimpinnya menjadi PKBM Tematik. Hal ini diungkapkan oleh beliau sebagai berikut: “PKBM Tematik bukanlah PKBM yang baru merintis kegiatan kewirausahaan, tetapi dikhususkan bagi PKBM yang telah menyelenggarakan kegiatan usaha dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan lokal, ya kita baru mau pada proses itu mas. Kelompok usaha yang kita dampingi belum dapat dikatakan sebagai usaha yang dapat meningkatkan pendapatan karena kegiatan produ ksinya pun tidak rutin”. Menurut Ibu TN dengan adanya program ini seharusnya dapat membentuk PKBM Tematik, yakni pengembangan PKBM dan pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal yang disiapkan untuk menjadi PKBM rujukan. Namun melihat faktanya PKBMnya baru pada tahap proses kearah tersebut dan masih harus mendapatkan bimbingan. Ungkapan tersebut didukung oleh Bapak SS yakni sebagai berikut: “PKBM Tematik itu membentuk kelompok usaha baru yang tertata dan berfokus pada potensi dan unggulan lokal, memiliki analisis usaha dan pemasaran produk unggulan, lebih baik lagi memiliki MOU dengan dunia usaha untuk memasarkan produk usahanya, selain itu PKBM memiliki instruktur yang kompeten sesuai dengan program kekhususan sehingga paska pelaksanaan program ini, kegiatan usaha melalui kelompok usaha tersebut terus berlanjut. PKBM Taruna Murti belum memiliki itu semua, kita baru tahap pembelajaran belum bisa dikatakan sebagai usaha.”