90 pelaksanaan program ini, kegiatan usaha melalui kelompok usaha
tersebut terus berlanjut. Namun pada faktanya, kegiatan usaha kelompok di PKBM Taruna Murti belum dapat berjalan secara rutin, belum
memiliki MOU, dan memiliki analisis usaha. Oleh karena itu jika dianalisis dari indikator PKBM dapat berkembang menjadi PKBM
Tematik menurut panduan dari dikti maka baru terpenuhi dua poin yakni PKBM sebagai pendamping kelompok usaha masyarakat dan
memproduksi produk sesuai potensi dan unggulan lokal. Begitu juga dengan PKBM Sari Ilmu, dengan adanya program ini seharusnya dapat
membentuk PKBM Tematik, yakni pengembangan PKBM yang disiapkan untuk menjadi PKBM rujukan. Namun melihat faktanya
PKBMnya baru pada tahap proses kearah tersebut dan masih harus mendapatkan bimbingan.
Berdasarkan penelitian dan melihat indikator keberhasilan untuk dapat menjadi PKBM Tematik maka dapat disimpulkan bahwa program
ini belum dapat membuat ketiga PKBM menjadi PKBM Tematik, namun baru pada tahap proses kearah itu. Hal ini karena indikator keberhasilan
untuk menjadi PKBM tematik baru terpenuhi dua point saja yakni PKBM sebagai pendamping kelompok usaha masyarakat dan memproduksi
produk sesuai potensi dan unggulan lokal. Indikator lain seperti pemasaran produk yang berkelanjutan, memiliki MOU dengan dunia
usaha, dan memiliki pembukuan yang tertib belum terpenuhi.
91
c. Usaha Produktif yang Mudah Dipasarkan
Pemberdayaan perempuan melalui program pendampingan SKB di PKBM Bantul mampu membentuk usaha produktif yang mudah
dipasarkan. Kelompok usaha PKBM Taruna Murti memproduksi arem- arem, putu ayu dan roti kukus dengan alasan banyak anak muda yang
tidak mengetahui makanan ini, sehingga kelompok ini ingin mempertahankan
adrem sebagai
makanan daerah
dan memperkenalkannya kepada anak-anak muda. Kelompok usaha ini
merasa bahwa produknya mudah dipasarkan. PKBM Sari Ilmu dengan produk rempeyeknya juga merasa
mudah untuk memasarkannya. Bahkan terkadang kelompok usaha ini sampai kewalahan. Setiap selesai produksi peyeknya langsung habis
terjual, namun saat ini kelompoknya belum bisa menambah jumlah produksinya karena tenaganya masih kurang. PKBM Sari Ilmu dalam
memasarkan produknya dengan membuka kios di Jl arah Pantai Gua Cemara. Kelompok usaha ini mengiklankan produknya melalui brosur
atau pamflet. Kemasan yang dipergunakan oleh PKBM Sari Ilmu juga dibuat dengan menarik dan tidak kalah dengan minimarket modern.
Untuk menjamin cita rasa, setiap produk dilengkapi dengan expired sehingga dengan adanya ijin dinkes dan masa kadaluarsa konsumen lebih
merasa terjamin akan kualitas produk selain itu kemasan yang kreatif dan menggunakan nama yang mudah diingat akan membuat konsumen lebih
tertarik
92 Produk dari ketiga PKBM merupakan potensi unggulan lokal
yang memang mudah untuk dipasarkan. Hal ini sebenarnya dapat mendorong pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat guna menunjang
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan warga masyarakat. Namun pada faktanya, program ini belum mampu meningkatkan
penghasilan keluarga karena meskipun produknya mudah dipasarkan kegiatan
produksinya tidak
dilakukan secara
rutin sehingga
pendapatannya pun tidak banyak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program
ini mampu menghasilkan usaha produktif yang mudah dipasarkan. Hal ini terlihat dari mudahnya PKBM memasarkan produknya dan produk
juga merupakan makanan asli daerah yang diminati masyarakat.
d. Potensi Unggulan Lokal yang dapat dikembangkan
Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga PKBM yang paling mampu mengembangkan potensi unggulan lokal adalah PKBM Sari
Ilmu. PKBM Sari Ilmu dengan kreativitas kaum perempuannya mampu menghasilkan aneka rempeyek sampai lebih dari 10 varian. Kelompok
usaha ini mengembangkan potensi unggulan khususnya di derah Noroto yang mayoritas petani, yang ketika musim kemarau menanam kacang
sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku peyek, selain itu karena dekat dengan pantai dan sungai kelompok ini juga mampu mengolah
welut, rebon dan wader menjadi rempeyek untuk oleh-oleh khas Pantai Goa Cemara.