Rintisan PKBM Tematik sesuai Potensi Unggulan Lokal

79

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Pemberdayaan

Perempuan a. Faktor Pendukung Faktor yang mendukung program adalah adanya keterlibatan pendamping disetiap kelompok untuk aktif mendampingi disetiap kegiatan pelatihan terkait dengan pembinaan dan keterampilan yang dilakukan oleh SKB. Menurut ibu DS keterlibatan pendamping terlihat ketika pembekalan dan pelatihan keterampilan, sebagaimana yang beliau ungkapkan berikut ini: “Pendamping dimasing-masing PKBM terlihat antusias mas untuk selalu mendampingi peserta baik ketika pembekalan, pelatihan maupun pelaksanaan usaha. Mereka memberikan motivasi untuk berwirausaha bersama”. Menurut ibu WN faktor yang mendukung program berasal dari pendamping kelompok usaha. “Menurut saya mas, faktor yang mendukung program adalah pendamping kelompok yang selalu memberikan banyak motivasi dan masukan bagi perkembangan usaha”. Pendamping selalu berusaha untuk memotivasi peserta agar terus berwirausaha, baik itu kelompok maupun individu sebenarnya tidak masalah mas, yang penting dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan dapat berdaya.“ Faktor lain yang mendukung program adalah adanya monitoring rutin dari pengelola masing-masing PKBM demi bertahan dan berkembangnya kelompok usaha. Ibu TM mengungkapkan sebagaimana sebagai berikut: “Minimal satu bulan sekali diadakan pertemuan rutin mas. Disini kita memberikan laporan perkembangan usaha dan sharing dengan para pengelola”. 80 Adanya kepedulian pengelola terhadap kelompok usaha memberikan arti yang positif, dimana dengan adanya monitoring akan membuat peserta benar-benar menjalankan program. Dengan adanya pertemuan rutin dapat menjadi wahana sharing peserta dengan pengelola terkait dengan perkembangan usaha maupun kendala yang mereka hadapi sehingga dapat dicarikan solusi bersama.

b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam program dapat berasal dari intern peserta maupun hambatan eksternal. Hambatan program yang disebabkan oleh pihak intern yakni adanya anggota kelompok yang kurang berminat untuk berwirausaha. Kurangnya komitmen dari peserta program untuk menjalankan usaha secara rutin menyebabkan kegiatan usaha di PKBM Taruna Murti dan PKBM Candi Rejo tidak dilakukan setiap hari, namun hanya pada saat banyak pesanan. akhirnya dikelola tidak secara berkelompok. Berdasarkan temuan di lapangan, terkadang sulit untuk menentukan waktu kumpul. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu AY seperti berikut: “Pekerjaan saya sudah banyak, kalau pagi sampai siang kan bekerja. Sepulang kerja ngurus rumah. Malamnya membantu anak belajar. Jadi untuk urusan seperti itu saya tidak mempunyai waktu mas ”. Adanya beban ganda yang dipikul perempuan menjadi alasan yang mengakibatkan beberapa kadang tidak ikut berpartisipasi, Tapi dari