penghidupan yang damai antara bangsa-bangsa di muka bumi ini.Pernyataan politik tahun 1945 menjelaskan bahwa partai Masyumi sebagai respon
terhadap revolusi Indonesia yang bergolak yaitu tekad bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tindakan Belanda
dan kelompok-kelompok kriminal adalah tegas membahayakan kedaulatan Bangsa Indonesia
Imperialisme, apapun juga manifestasinya adalah suatu kezaliman yang melanggar melanggar perikamanusiaan.Secara nyata diharamkan oleh Islam.
Program perjuangan yang diumumkan pada 17 Desember 1945 dikatakan bahwa perjuangan partai Masyumi adalah untuk melenyapkan kolonialisme
dan imperialisme yang penuh kebuasan, kekejaman, dan kepalsuan. Tanah air harus dibebaskan dari perlakuan sewenang-wenang yang dilakukan oleh
kolonialisme dan imperialisme.
15
D. Sistem Anggota Partai Masyumi
Sejak awal pembentukannya partai Masyumi memiliki keinginan untuk menjadi partai yang didukung kalangan muslim di Indonesia. Dalam
keanggotaan untuk menjadi partai Masyumi disesuaikan dengan tujuan partai. Dalam konteks negara, perjuangan anggota itu akan dicapai melalui
pemilihan umum. Pemilihan umum menghendaki adanya anggota yang banyak dan dukungan luas dalam memilih. Untuk mencapai tujuan anggota
Masyumi mempunyai sistem anggota dua macam yaitu:
15
Ibid, hlm. 72.
1. Perseorangan: Anggota perseorangan minimum berumur 18 tahun atau
sudah kawin, tidak dibenarkan merangkap anggota lain dan setiap anggota memiliki hak suara
2. Organisasi: mempunyai hak untuk memberi nasihat atau saran.
Ide dualisme keanggotaan didasari untuk memperbanyak anggota. Alasan lain, agar Masyumi dapat dilihat sebagai wakil umat tanpa ada merasa
terwakili.
16
Dalam sejarah kepartaian umat Islam di Indonesia di masa kemerdekaan, keterkaitan seseorang dalam partai tersebut lebih sering
ditentukan oleh kedudukan partai tersebut di tengah pergolakan politik.Bila kedudukan partai kuat partai itu menjadi pusat. Partai Masyumi merupakan
perwujudan dari organisasi seperti NU dan Muhamadiyah umumnya anggota Muhamadiyah tergolong pada partai Masyumi sekurang-kurangnya
merupakan pendukungnya. Awalnya hanya empat organisasi yang masuk partai Masyumi:
Muhamdiyah, NU, Perserikatan Umat Islam dan Persatuan Islam. Muhamdiyah termasuk pembaharu, NU tradisional, kedua organisasi yang
lain bersifat tradisionalis dalam soal-soal agama, tetapi cenderung bersikap modern dalam soal dunia sehingga memudahkannya untuk bekerja sama
dengan organisasi modernis. Persatuan Islam Bandung dan AL-Irsyad bergabung dengan Masyumi disusul dengan Al-Jamiyatul Wasliyah, Al-
Ittihadiyah serta PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh menjadi anggota
16
Deliar Noer. Partai Islam di Pentas Nasional Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1987, hlm. 48.
Masyumi antara tahun 1948-1953. Suatu organisasi islam dapat menjadi anggota Masyumi bila disetujuai oleh lebih dari separuh anggota istimewa
yang ada. Kecuali Ahmadiyah Lahorealiran qadian karena dianggap tidak Ahlus Sunnah wal Jamaah.
17
Eksisitensi Masyumi dalam percaturan politik nasional memang sangat berpangaruh dengan hasil berbagai anggota yang duduk dalam kursi
pemerintahan. Pada awalnya partai Masyumi yang sangat solid dan mampu menyatukan kekuatan organisasi Islam, namun ketika terjadi konflik dengan
Soekarno tentang masalah pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesi PRRI, sehingga anggota istimewa mulai melepaskan ikatan dengan
Masyumi. Kebijaksanaan ini diambil untuk menjaga kelancaran kegiatan organisasi-organiasi yang bersangkutan dengan hambatan dalam geraknya.
Permasalahan dengan presiden membawa partai Masyumi dibubarkan oleh presiden Soekarno tahun 1960.
Dalam masa revolusi dukungan Masyumi didapat dari Hizbullah yang beranggotakan 50.000 orang dan jumlah ini berlipat ganda dengan proklamasi
kemerdekaan. Selain mempunyai 2 anggota utama partai Masyumi juga mendirikan anak organisasi. Anak organisasi adalah organisasi yang
menghimpun anggota dengan latar belakang pekerjaan tertentu.Anak organasi di bawah Masyumi bernama Muslimat wanita, Sarekat Dagang Islam
Indonesia SDII, Sarekat Tani Islam Indonesia STII yang semuanya
17
Ibid, hlm. 49-50.