Program Politik Partai Masyumi

Tuhan dan akhlak yang mulia. Rumusan sistem pendidikan ini tidak menyebutkan sistem Islam. Menurut tokoh-tokoh partai Masyumi rumusan- rumusan umum telah mencerminkan kehendak islam, meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit. Partai Masyumi juga merencanakan pembentukan Universitas negeri di setiap provinsi. 21 Sekolah swasta agama perlu diberi subsidi. Pengajaran rendah hendaknya juga menumbuhkan keterampilan anak, disamping pengetahuan. Pendidikan agama di sekolah pemerintah ditujukan untuk pembentukan watak dan kepribadian sehingga para pemuda menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, berjiwa kemasyarakatan, berdisiplin, dan berkesusilaan. Pendidikan agama harus harus diajarkan menurut agama yang dianut oleh murid murid yang bersangkutan. Dalam bidang Kebudayaan, partai Masyumi menyebutkan bahwa pemerintah yang berkewajiban untuk memajukan kebudayaan dan kesenian sepanjang tidak bertentangan dengan asas-asas islam. 22 3. Ekonomi Partai Masyumi berpendapat bahwa pembangunan ekonomi memerlukan strategi pembangunan yang disusun menurut tahapan-tahapan tertentu sejalan dengan potensi-potensi yang dimiliki negara. Perekonomian hendaklah diatur menurut dasar ekonomi terpimpin.Perencanaan Produksi dan distribusi penting untuk kesejahteraan rakyat seluas-luasnya.Monopoli 21 Ibid., hlm. 264-265. 22 Ibid., hlm. 268. oleh perusahaan swasta dilarang dan konkurensi hendaknya bersifat membangun. Politik harga dan upah harus sesuai dengan keadaan perekonomian dalam negeri. Koperasi harus dibangun dengan bantuan pemerintah. 23 Pemerintah juga harus harus membantu nelayan dan memberi perlindungan kepada para petani dengan memberantas pemerasan terhadap mereka, menghapuskan sistem tuan tanah menurut hukum dan membagi tanahnya kepada petani. Pemerintah hendaknya juga memberi kemudahan bagi golongan menengah Indonesia untuk berkembang dan memperkuat kedudukannya.Pembentukan undang undang bank perlu diawasi pemerintah.Sistem pajak yang berlangsung hendaknya disederhanakan, dan tidak melampaui kekuatan masyarakat. 4. Politik Luar Negeri Partai Masyumi menentang penjajahan dan membantu tiap usaha untuk menghapuskannya. Politik luar negeri hendaklah bertujuan mempertahankan perdamaian dunia dan mencari persahabatan dengan semua bangsa “terutama dengan bangsa yang berasaskan ketuhanan dan demokrasi”. Kedudukan PBB Persatuan Bangsa-Bangsa hendaklah diperkuat.Negara-negara harus saling menghormati hak masing-masing dan menjunjung tinggi perjanjian-perjanjian antar bangsa. Bantuan luar negeri digunakan untuk mempercepat pembangunan negara, tanpa ikatan militer dan politik. 24 23 Deliah Noer. op.cit., hlm. 141. 24 Ibid, hlm. 143. 5. Irian Barat Iran Barat yang belum masuk ke Indonesia masa kemerdekaan menjadi bagian penting politik Indonesia untuk memperjuangkannya.Irian Barat tetap merupakan tuntutan partai Masyumi selama belum masuk Indonesia. Ketika Sukiman dipercaya untuk memimpin pemerintahan tahun 1951 ia melanjutkan usaha untuk mendapatkan Irian Barat kembali dari pemerintahan Belanda.Langkah yang dilakukan Sukiman dengan mengirimkan delegasi ke Belanda dibawah pimpinan Supomo.Tetapi Supomo terpaksa kembali karena tanpa hasil dengan pemerintahan Belanda. Kabinet Selanjunya Ali I diharapkan lebih tegas dengan Belanda. Beliau berhasil menghimpun bangsa- bangsa Asia-Afrika pada suatu konperensi di Bandung. Tetapi kabinet ini gagal dalam merenggut Irian Barat dari Belanda. Sampai dengan Kabinet Ali II masalah Irian Barat masih menjadi perjuangan. 25 25 Ibid, hlm. 341. 44

BAB III PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PADA MASA

DEMOKRASI PARLEMENTER 1950-1955

A. Masa Awal kemerdekaan 1945-1950

Kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia merupakan jerih payah anak bangsa tanpa harus mempertanyakan agama apa, suku mana, bahasa apa, daerah mana, atau hal yang tidak penting untuk dipertanyakan. Semua adalah satu Indonesia dan semuanya bekerja keras demi kemakmuran dan kesejahteraan bersama bangsa dan negara. Hanya saja komposisi penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Memang betul jika kita adalah satu nusa, satu bangsa dan satu tanah air. Kenyataan berbicara bahwa keberagaman itu hanya terlingkup dalam nuansa budaya, tetapi bicara tentang keberagaman pola pemikiran, idealisme, dan paham yang dipegang masing- masing individu bangsa. Kenyataan dalam abad 20 menurut Ahmad Syafii Maarif mengkategorikan bentuk perbedaan dalam 3 jenis golongan. Golongan tersebut antara lain Islam, MarxismeSosialisme, dan Nasionalisme. Ketiga golongan muncul ke dalam wujud organisasi partai. 1 Islam teraplikasi ke dalam Masyumi Majelis Syuro Muslimin Indonesia, MarxismeSosialisme teraplikasi ke dalam PKI Partai Komunis Indonesia sedangkan Nasionalisme teraplikasi ke dalam PNI Partai Nasionalis 1 Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah kenegaraan; Studi tentang Perpecahan dalam Konstituante, Jakarta: LP3ES, 1985, hlm. 122. Indonesia. Kebesaran pengaruh partai tersebut baru dapat dimengerti secara nyata dengan pemilihan umum. Ketika Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim sangat disambut meriah berbagai elemen masyarakat. Dipandang dari segi politik, kemerdekaan bagi umat Islam diharapkan sebagai titik awal dalam ajaran Islambisa diterima dalam kehidupan bernegara. Ide ini sebenarnya adalah kelanjutan dari apa yang pernah dilontarkan oleh tokoh- tokoh SI Sarekat Islam pada akhir 1920-an. Sukiman Wiryosenjoyo dan Suryopranoto telah menyebut-nyebut tentang pemerintahan Islam, sekalipun mereka tidak menjelaskan lebih jauh sebenarnya yang dimaksud. Barangkali yang mereka maksud ialah suatu pemerintahan yang dipegang oleh orang- orang Islam dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Islam. 2 Pasca kemerdekaan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan alat perjuangan aspirasi berupa partai politik yang akan menyalurkan aspirasi politik umat dengan cara-cara demokrasi. Untuk maksud ini pada bulan November 1945 lewat kongres umat Islam di Yogyakarta dibentuklah partai politik partai Masyumi. Partai Masyumi yang baru terbentuk sebagai kelanjutan dari MIAI Madjelis Islam A’la Indonesia sejak 1937 dan usaha Masyumi buatan Jepang 1943. Partai Masyumi kemudian berkembang menjadi partai besar di Indonesia. 2 Ahmad Syafii Maarif, Potret Perkembangan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Shalahuddin Press, 1983, hlm. 12. Walaupun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, kedudukan umat islam dalam masa permulaan revolusi tidak dapat disebut kuat. Hal ini tercermin dalam kabinet dan keanggotaan KNIP. Hanya ada dua orang yang mewakili golongan Islam dalam kabinet yang dibentuk pada bulan Agustus 1945 dan hanya 20 dari 137 anggota KNIP. Kedua menteri tersebut adalah Wahid Hasjim Menteri Negara dan Abikusno Tjokrosujoso Pekerjaan Umum. Dalam badan pekerja KNIP yang jumlahnya 15 orang, hanya ada dua orang wakil umat muslim yang duduk Wahid Hasjim dan Sjafruddin Prawiranegara. Partai Masyumi sebagai perwujudan politik Islam waktu itu tidak mendesakkan tuntunan perubahan apapun. Partai ini walaupun menginginkan porsi kursi yang besar, tapi lebih mementingkan persatuan dan kesatuan serta pertahanan kemerdekaan dari pada mengurusi kepentingan kelompoknya. Oleh sebab itu, partai tidak setuju dengan perubahan sistem kabinet presidensil ke kabinet Parlementer. 3 Inisiatif perubahan ini datang dari Sjahrir dalam badan pekerja KNIP Komite Nasional Indonesia Pusat. Sistem partai dibenarkan, kemudian diadakan perubahan sistem kabinet yang disetujui Presiden. Persetujuan antara KNIP dan Presiden mempunyai kekuatan hukum, jadi diumumkan kabinet Sjahrir yang pertama tanggal 14 November 1945. Posisi kabinet diisi hanya seorang anggota partai Masyumi, yaitu Haji Mohammad Rasjidi yang 3 Deliar Noer. Partai Islam di Pentas Nasional Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1987, hlm. 152-153.