13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Anak Tunanetra
1. Pengertian Anak Tunanetra
Anak Tunanetra merupakan seseorang anak yang memiliki hambatan maupun gangguan penglihatan. Banyak ahli yang berpendapat
dari berbagai tinjauan maupun dari kebutuhan layanan tentang tunanetra. Menurut Sutjihati Somantri 2012: 65 anak tunanetra adalah individu
yang indera penglihatannya kedua-duanya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya
orang awas. Dari pendapat tersebut anak tunanetra memiliki hambatan dalam menerima informasi secara visual yang disebabkan karena tidak
berfungsinya indera penglihatan seperti harnya orang awas pada umunmnya yang dapat menerima informasi secara visual.
Menurut Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani 2013: 30 anak tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang
yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indera penglihatannya. Dengan demikian indera penglihatan yang memiliki gangguan atau
hambatan menyebabkan tidak berfungsinya indera penglihatan secara normal sehingga menimbulkan hambatan dalam menerima informasi
secara visual. Keterbatasan indra visual menjadikan anak tunanetra mengalami
kesulitan dalam kegiatan belajarnya, sehingga memerlukan alat bantu
14 khusus, metode khusus atau teknik-teknik tertentu sehingga anak
tunanetra dapat belajar tanpa penglihatan maupun penglihatan yang terbatas. Direktorat Pendidikan Luar Biasa juga berpendapat 2004: 43
tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan keseluruhan atau sebagain, sehingga walaupun telah
diberi pertolongan dengan alat-alat bantu masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa
anak tunanetra mengalami hambatan dalam daya penglihatannya sehingga membutuhkan alat khusus dan layanan khusus untuk
mengurangi hambatan yang disebabkan indera penglihatan yang tidak berfungsi secara normal.
Layanan dalam pendidikan khusus anak tunanetra lebih difokuskan terhadap kebutuhan pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan, karakteristik, dan kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Kebutuhan ini dapat berupa
media pembelajaran, materi pembelajaran yang dimodifikasi maupun pembelajaran tambahan dengan memanfaatkan indera lain yang masih
berfungsi dalam memperoleh informasi. Dalam konteks pendidikan untuk mencapai prestasi belajar yang
optimal siswa tunanetra memerlukan adaptasi atau penyesuaian komponen pendidikan baik metode, materi maupun lingkungan
belajarnya Heri Purwanto, 1998:48. Dari pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa penyesuaian dan adaptasi metode, materi , maupun
15 lingkungan belajar diterapkan berdasarkan kemampuan dan jenis
kebutuhan anak tunanetra, ini dikarenakan tidak semua metode, media maupun lingkungan belajar bisa diterima maupun diterapkan oleh anak
tunanetra. Adaptasi ini sangat berpengaruh terhadap pembelajaran yang berlangsung serta memperngaruhi ketercapaian prestasi belajar. Bila
adaptasi yang diberikan kurang tepat maka anak akan kesulitan dalam pembelajaran.
Dari definisi tersebut dapat ditegaskan bahwa anak tunanetra adalah seseorang anak yang mengalami hambatan penglihatan sebagian
maupun keseluruhan yang diberi pertolongan dengan alat-alat bantu masih tetap memerlukan atau membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Layanan ini dapat berupa penyesuaian maupun adapatasi metode, materi, maupun lingkungan belajar yang disesuaikan dengan kemampuan,
karakteristik maupun dan kebutuhan siswa tunanetra dengan memanfaatkan indera lain yang masih berfungsi untuk memperoleh
informasi.
2. Karakteristik Anak Tunanetra