Kewirausahaan dalam Islam Membangun kemandirian anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Rimba Utama Desa Parakan Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek melalui pengembangan usaha tani bersama.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dari masalah yang dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. 51 Berdasarkan definisi ini, inti dari kewirausahaan adalah kreatifitas dan inovasi. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah, atau merekonstruksi ide-ide lama. 52 Sedangkan inovasi merupakan penerapan dari penemuan suatu proses produksi baru atau pengenalan akan suatu produk baru. 53 Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang kewirausahaan entrepreneurship ini, namun di antara keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat, memiliki ruh atau jiwa yang sangat dekat, meskipun bahasa teknis yang digunakan berbeda. Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian biyadihi, dan tidak cengeng. 54 Setidaknya terdapat beberapa ayat al- Qur’an maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti “Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri” amalurrajuli biyadihi HR. Abu Dawud; لْ ُسلا يْلا ْنم ْيخ ايْلعْلا يْلا Artinya: “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.” HR. Bukhari dan Muslim Begitu pula dengan masyarakat petani hutan di Desa Parakan. Usaha yang dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan yang telah menjadi permasalahan di kehidupannya selama ini termasuk ke dalam kerja keras untuk mencapai 51 Suryana, Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba Empat, 2013, hal. 5 52 Friday O. Okpara, “The Value of Creativity and Innovation in Entrepreneurship”, Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability, Rossi Smith Academic Publishing, Oxford, 2007, hal. 1 53 Donald Rutherford, Dictionary of Economics, Routledge, London, 2002, hal. 297 54 Aprijon, Kewirausahaan dan Pandangan Islam, Jurnal Menara, Vol. 12, No. 1, Juni 2013, hal. 7 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kemandirian. Dengan bahasa yang sangat simbolik tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah itu, Nabi mendorong umatnya untuk kerja keras supaya memiliki kekayaan, sehingga dapat memberikan sesuatu pada orang lain. Atuzzakah. Q.S. Nisa: 77 Dalam sebuah ayat Allah mengatakan, هشلا بْيغْلا ملاع ٰ ل ُد تس ۖ نمْ ْلا هل سر ْم ل ع هَ يسف ا ل ْعا لق يف ِدا ا ِ ْم ُئِن ل ْعت ْمتْنك Artinya : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan orang-orang beriman akan melihat pekerj aan kami” Q.S. at-Taubah:105. Sebagaimana dengan masyarakat petani hutan di Desa Parakan yang setiap hari harus merawat tanaman pangan mereka di hutan agar hasil panennya berkualitas, kemudian mengolah hasil pertanian agar nilai jualnya tinggi sembari menunggu panen lagi, dan melakukan praktek-praktek jual beli dengan konsumen dalam pemasaran produknya. Hal itu tentu dilakukan dengan penuh tantangan dan resiko. Karena tidak ada kesuksesan yang dapat dicapai tanpa pengorbanan dan kerja keras. Oleh karena itu, dalam Allah SWT berfirman dalam al-Quran هلعل ا يثك هَ ا كْ ا هَ لْ ف ْنم ا غتِْا ْر ْْا يف ا شتْناف َِه لا تي ق ا إف ْت ْم ُل Artinya : “Apabila sholat telah ditunaikan maka bertebaranlah kami di m uka bumi dan carilah karunia rizki Allah.” Q.S. al-Jumu’ah: 10 Bahkan sabda Nabi, “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardhu” HR. Tabrani dan Baihaqi. Nash ini jelas memberikan isyarakat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri. Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras adalah satu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan rezeki, tetapi harus digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id melalui proses yang penuh dengan tantangan resiko. Dengan kata lain, orang yang berani melewati resiko akan memperoleh peluang rezeki yang besar. Kata rezeki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus resiko. عف ار نِْ ةعافر نِْ ةياِع ْنع ْ ِ يِأ لئا ْنع ُ د عْس ْلا انثه ح يزي انثه ح جْي خ نِْ ئ َ ْنع ِْم عْيِ ُلك يِ لَه لا ل ع اقِيْ أ بْس ْلا ُ أ هَ ساي لْيق اق جْي خ نِْ عفار ر Artinya : Rasulullah ditanya: “ usaha apa yang paling baik?” beliau menjawab: “usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan jual beli yang baik.” Dalam sejarah Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar shabatnya adalah para pedagang dan wirausahawan mancanegra yang piawai. Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental kewirausahaan sangat berhubungan dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke-13 M, oleh para pedagang muslim. Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagaian besar sahabat telah merubah pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi, atau uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan. 55 Oleh karena itu, Nabi juga bersabda “Innallaha yuhibbul muhtarif” sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Umar ibn Khattab mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku benci salah seorang di antara kalian yang tidak mau bekerja yang menyangkut urusan dunia.” 55 Aprijon, Kewirausahaan dan Pandangan Islam, hal. 8 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang. Di samping menyebarkan ilmu agama, para pedagang ini juga mewariskan keahlian berdagang. Sejarah juga mencatat sejumlah tokoh Islam tekenal yang juga sebagai pengusaha tangguh, Abdul Ghani Aziz, Agus Dsaad, Djohan Soetan, Perpatih, Jhohan Soelaiman, Haji Samanhudi, dan lainnya. Apa yang tergambar di atas, setidaknya dapat menjadi bukti bahwa etos bisnis yang dimiliki oleh umat Islam sangatlah tinggi, atau dengan kata lain Islam dan berdagang ibarat dua sisi dari satu keping mata uang. Benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi, ِراجئتلا يف ْ لا راشْعأ ةعْست Artinya : “Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan.“ HR. Ahmad

C. Refleksi

1. Metodologis Dalam penelitian pemberdayaan ini menggunakan metode Participatory Action Research PAR. PAR sangat mengedepankan konsep partisipasi dengan model win win solution yaitu solusi yang memberikan keuntungan antar semua pihak atau dengan bahasa mudahnya saling menguntungkan satu sama lain. Di dalam penelitian pemberdayaan peneliti berperan sebagai fasilitator atau penghubung masyarakat dengan sumber-sumber daya yang dibutuhkan masyarakat. Sedangkan masyarakat berperan sebagai subyek pemberdayaan yang merupakan pelaku yang membuat, memberi, dan memperoleh keberdayaan. Peneliti diuntungkan karena dengan adanya penelitian pemberdayaan ini peneliti digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dapat menyelesaikan tugas akademis peneliti sebagai salah satu mahasiswa program studi Pengembangan Masyarakat Islam. Masyarakat juga diuntungkan karena masyarakat dapat melakukan transformasi sosial ke arah yang lebih baik yaitu peningkatan perekonomian masyarakat dan kelestarian lingkungan hutan. Dalam penelitian PAR yang dilakukan juga mengedepankan aspek partisipasi aktif masyarakat. Sebagai fasilitator masyarakat, peneliti juga sering mengalami kesulitan dalam memantik semangat partisipasi masyarakat. Karena sifat masyarakat yang dinamis, terus berubah, dan berkembang secara aktif. Di satu sisi masyarakat yang dinamis memberikan keuntungan pada peneliti sebagai fasilitator karena dengan itu fasilitator dapat memberikan pengaruhnya dalam hal memantik semangat agar partisipasi masyarakat dapat muncul. Sifat masyarakat yang dinamis juga dapat memberikan kesulitan pada fasilitator dalam memunculkan partisipasi masyarakat karena sifat dan sikap masyarakat yang tidak dapat ditebak. Sehingga peneliti tidak dapat memprediksi sebelumnya. Begitu pula dengan pendampingan terhadap anggota LMDH “Bukit Rimba Ut ama” Desa Parakan yang telah dilakukan. Tidak semudah yang dibayangkan agar masyarakat dapat menerima kedatangan peneliti sampai dengan masyarakat mampu untuk melakukan perubahan. Semua membutuhkan proses yang tentu harus dilalui dengan perjuangan. Seperti yang telah diketahui bahwa terdiri dari beberapa teknik dalam melakukan metode PAR yang meliputi teknik pengumpulan data dan sumber data dan teknik analisis data. Dari beberapa teknik itu terdiri dari alat-alat yang