Pencarian dan Pengenalan Masalah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
untuk kategori non resmi dapat melalui jalur-jalur pertemuan rutin organisasi lokal ataupun ketika berbincang ketika sowan atau berkunjung ke rumah warga.
Tidak ada perbedaan dalam melakukan FGD secara resmi maupun non resmi, karena tujuan daripada itu semua adalah mendapatkan informasi satu sama lain
dan memunculkan gagasan-gagasan segar yang nantinya dapat dilakukan secara kolektif.
Dalam melakukan pengumpulan data dan sumber data maka peneliti bersama dengan masyarakat melakukan sebuah diskusi bersama untuk
memperoleh data yang valid, sekaligus sebagai proses inkulturasi dan pengorganisiran. Dalam FGD yang dilakukan, partisipan atau informan tidak
sebatas berdiskusi dalam posisi duduk, melainkan bisa berdiskusi dalam dinamika tertentu dengan menggunakan alat kerja tertentu.
Gambar 5.2. Pertemuan LMDH “Bukit Rimba Utama” Desa Parakan sebagai
Sarana FGD
Sumber : Dokumentasi peneliti
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Respon atau tingkat antusias masyarakat Desa Parakan terhadap isu pertanian sangat tinggi dikarenakan pertanian merupakan ladang perekonomian
pokok mereka yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup masyarakat. Peneliti juga mencoba mendiskusikan dengan masyarakat tentang perekonomian
masyarakat petani hutan. Masyarakat dapat dengan mudah menjawab pertanyaan dan juga mengajukan pertanyaan pada saat dilakukan FGD tentunya masih
mengenai permasalahan-permasalahan pertanian mereka baik tentang harga hasil panen jagung yang hanya Rp 3.600,-kg yang tentunya tidak seimbang dengan
pengeluaran untuk perawatan tanaman. Masyarakat Desa Parakan pada umunya masih berparadigma matrealistis
atau segala sesuatu harus ada untungnya dari segi materi untuk mereka. Salah satu anggota LMDH “Bukit Rimba Utama” Desa Parakan, Sunarto 48 tahun
mengatakan “Niki mangke entuk bantuan nopo bu? Biasane wonten loh lek
undangan-undangan kados ngeten niki. ” Ini nanti akan mendapat bantuan apa?
Kalau ada undangan-undangan seperti biasanya ada. Karena masyarakat sudah terlalu terbiasa mendapatkan bantuan-bantuan berupa uang maupun berupa barang
dari instansi-instansi dan dinas-dinas ketika diundang untuk menghadiri acara- acara sekolah lapang yang telah diadakan sebelum-sebelumnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Gambar 5.3. Salah Seorang Warga Mengutarakan Pendapatnya Pada Saat FGD
Sumber : Dokumentasi peneliti
Dalam perencanaan aksi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pertanian guna meningkatkan perekonomian petani hutan masyarakat juga sangat
antusias. Tetapi di dalam FGD yang telah dilakukan terjadi ketimpangan dalam hal frekuensi mengutarakan pendapat antara laki-laki dan perempuan. Perempuan
cenderung diam dan hanya mengiyakan dan terimo menerima segala keputusan. Berbeda dengan peserta laki-laki sangat aktif mengutarakan pendapat dalam
forum FGD. 2.
Pemetaan dan transek Mapping atau pemetaan wilayah bertujuan untuk menggali informasi yang
meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambarkan kondisi daerah sekitar hutan secara umum dan menyeluruh. Meliputi data geografis, luas wilayah
hutan, luas wilayah pemukiman, dan luas wilayah pekarangan bersama-sama dengan masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menyadari sepenuhnya
permasalahan pertanian hutan mereka. Mulai dari penyebab hingga bagaimana
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
cara mengatasinya. Sedangkan transek merupakan teknik pengamatan secara langsung di lapangan dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa, di sekitar
hutan, kondisi alam dan lingkungan yang dianggap cukup memiliki informasi dan mempunyai distribusi geografik terkhusus yang berada di RT 07 Desa Parakan.
Ketika peneliti mengajak beberapa orang pesanggem pengolah lahan di bawah tanaman pokok hutan untuk melakukan pemetaan dan transek wilayah
hutan dan lingkungan sekitar hutan atau disebut desa hutan, masyarakat kurang atusias. Hanya saja masyarakat selalu mengarahkan kepada ketua LMDH “Bukit
Rimba Utama” Desa Parakan karena menganggap ketua LMDH lebih tahu banyak tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kehutanan, sedangkan
masyarakat tidak tahu banyak dan memiliki kesibukan yang tidak dapat diganggu di hutan.
Peneliti juga kerap mengkuti petani hutan menjalankan aktivitasnya di hutan. Biasanya mereka berangkat pada pagi hari pukul 06.00 WIB sampai
dengan pukul 12.00 WIB kemudian kembali lagi pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB. Dengan cara itu, dapat dengan mudah dilakukan pemetaan juga
transek bersama-sama dengan masyarakat petani hutan. Masyarakat dapat dengan mudah menceritakan pengalaman-pengalamannya juga keluh kesahnya ketika
menjadi petani hutan ketika berada langsung di hutan tidak seperti dalam acara- acara formal.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Gambar 5.4. Warga Menunjukkan Keanekaragaman Tanaman di Hutan
Sumber : Dokumentasi peneliti
3. Survey belanja rumah tangga
Survei belanja rumah tangga atau bisa disebut survei ekonomi keluarga dilakukan dengan cara membagikan angket survey ekonomi keluarga kepada
setiap masyarakat petani hutan agar masyarakat mengetahui dan menyadari pengeluaran dan pemasukannya setiap bulan. Dalam hal ini peneliti memberikan
angket survey belanja rumah tangga kepada sejumlah 10 orang warga RT. 07 yang tergabung sebagai pesanggem
LMDH “Bukit Rimba Utama” Desa Parakan. Pada tanggal 4 Desember 2016 peneliti memulai untuk survey ekonomi
keluarga di RT. 07 Desa Parakan. Dengan jumlah 47 pesanggem yang ada, hanya 10 orang yang bersedia untuk mengisi angket survey ekonomi keluarga. Pada
survey belanja rumah tangga ini, masyarakat pada awalnya banyak yang melakukan kecurangan dengan memalsukan data belanja rumah tangganya hanya
karena takut tidak mendapat bantuan jika ditulis semua sumber penghasilannya. Akhirnya dengan inisiatif sal
ah satu anggota LMDH “Bukit Rimba Utama” Desa Parakan yang mengetahui adanya tindakan kecurangan tersebut, maka data hasil
survey belanja rumah tangga itu dilihat atau review kembali bersama-sama.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Gambar 5.5. Pengisian Angket Survey Belanja Rumah Tangga
Sumber : Dokumentasi peneliti
Akhirnya untuk meminimalisir adanya pembiaran kecurangan yang berlarut-larut, maka keesokan harinya pada tanggal 5 Desember 2016 masyarakat
diajak kembali berkumpul dengan tujuan untuk menghitung jumlah pendapatan dan pengeluaran perbulan mereka bersama-sama. Sehingga mereka dapat
menyadari sepenuhnya permasalahan perekonomian mereka secara nyata. Mulai dari penyebab hingga bagaimana cara mengatasinya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
BAB VI KEMISKINAN MASYARAKAT HUTAN
Seiring dengan berjalannya waktu, kesadaran masyarakat tentang berbagai permasalahan di kehidupannyapun semakin luas. Ditunjang dengan kedekatannya
dengan peneliti karena frekuensi pertemuan peneliti dan masyarakat yang bertambah. Pada awalnya memang masyarakat sangat tertutup tentang segala
macam permasalahan di kehidupannya. Masyarakat cenderung tertutup kepada peneliti karena peneliti dianggap sebagai orang baru yang tidak perlu tahu
problematika dalam kehidupannya sekalipun dalam masalah sumber ekonomi dan pertanian.
Terdapat 52 dari 60 kepala keluarga di RT.07 Bukit Lungur Malang Petan 91A yang menggantungkan hidupnya dengan mengelola lahan pertanian di bawah
tegakan milik perhutani.
Gambar 6.1. Peta Rumah Pesanggem Petak 91A Desa Parakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sumber : Hasil pemetaan dengan masyarakat lokal Desa Parakan Sudarto, Ito, dan Udin
Dengan pertemuan bersama dengan masyarakat petani hutan melalui focus group discussion FGD yang telah diadakan pada tanggal 16 November 2016,
peneliti dapat merumuskan pohon masalah masyarakat petani hutan sesuai dengan hasil FGD.
Bagan 6.1. Pohon Masalah Kemiskinan Masyarakat petani hutan
Kemiskinan masyarakat petani hutan
Petani hutan tidak dapat menentukan
harga hasil pertanian sendiri
Harga hasil pertanian jagung rendah, tidak
sebanding dengan biaya perawatannya
Adanya tengkulak yang mempermainkan harga
Petani hutan belum tergerak untuk
mengurangi peggunaan pupuk dan racun
buatan pabrik Petani hutan masih
menggunakan pupuk dan racun buatan
pabrik dengan harga tinggi dan mengancam
kelestarian hutan
Belum ada penggerak untuk mengurangi
penggunaan pupuk dan racun buatan pabrik
Masyarakat petani hutan tidak mau
mengikuti petunjuk PPL pertanian dan
kehutanan Tidak berfungsinya
PPL kehutanan sebagai pendamping
masyarakat petani hutan
Pendidikan yang diberikan tidak sesuai
dengan pola pertanian di lahan kering
Masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan
sehari-harinya Rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat petani hutan
Masyarakat terlilit oleh hutang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dari bagan pohon masalah di atas dapat diketahui bahwa permasalahan kemiskinan petani hutan yang berdampak pada kualitas kehidupan masyarakat
disebabkan berbagai faktor.