yang ketat sangat diperlukan untuk menghindari hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Evaluasi yang berkala perlu dilakukan untuk melihat kemajuan latihan
dan mengetahui manfaat dari latihan jasmani yang telah dilakukan. Hasil yang baik dan memuaskan akan menambah motivasi pasien diabetes untuk tetap melakukan
latihan jasmani Ilyas dalam Soegondo, SoewondoSubekti 2009.
2.3.4 Obat Hipoglikemik Oral OHO
Pendekatan pengobatan tetap menggunakan perencanaan makanan diet atau terapi nutrisi medik sebagai pengobatan utama dan jika hal ini bersama latihan
jasmaniaktifitas fisik ternyata gagal mencapai target yang ditentukan, maka diperlukan penambahan obat hipogikemik oral atau insulin. Banyak orang dengan
diabetes sukar menurunkan berat badannya karena kurangnya motivasi atau disiplin untuk mengikuti program yang dianjurkan oleh dokter sehingga seringkali seorang
dokter harus memberikan pengobatan farmakologis untuk mengatasi hiperglikemia pada keadaan seperti ini. Setelah obat tertentu dipilih untuk penyandang DM,
biasanya pemberian obat dimulai dari dosis terendah. Dosis harus dinaikkan secara bertahap 1-2 minggu, hingga mencapai KGD yang memuaskan atau dosis sudah
hampir maksimal Soegondo, 2007. Terapi farmakologi pada pasien DM biasanya diberikan obat hipoglikemik
oral atau obat anti hiperglikemia. Berdasarkan cara kerjanya, obat hipoglikemik oral dibagi menjadi 3 golongan:
Universitas Sumatera Utara
1. Pemicu sekresi insulin
a. Golongan Sulfoniurea, cara kerja utamanya adalah meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pancreas, meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak. Meningkatkan
efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transport karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak. Penurunan produksi
glukosa oleh hati. Termasuk golongan ini adalah: 1.
Khlorpropamid, seluruhnya diekskresi oleh ginjal sehinggga tidak dipakai pada gangguan faal ginjal dan oleh karena lama kerjanya
lebih dari 24 jam, diberikan sebagai dosis tunggal, tidak dianjurkan untuk pasien geriatric
2. Glibenklamid, mempunyai efek hipoglikemik yang poten sehingga
pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal makanan yang ketat. Dalam batas-batas tertentu masih dapat diberikan pada
beberapa kelainan fungsi hati dan ginjal. 3.
Gliklasid, mempunyai efek hipoglikemik yang sedang sehingga tidak begitu sering menyebabkan hipoglikemia.
4. Glikuidon, mempunyai efek hipoglikemik sedang dan juga jarang
menyebabkan hipoglikemik 5.
Glipsid, mempunyai efek menekan produksi efek menekan produksi glukosa hati dan meningkatkan jumlah reseptor.
6. Glimepirid, mempunyai waktu mula kerja yang pendek dan waktu
kerja yang lama dengan cara pemberian dosis tunggal.
Universitas Sumatera Utara
b. Golongan Glinid, merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya
sulfonylurea dengan meningkatkan sekresi insulin. Golongan ini terdiri dari dua obat, yaitu:
1. Repaglinid, merupakan derivate asam benzoat. Mempunyai efek
hipoglikemik ringan sampai sedang. Diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi melalui hati.
2. Nateglinid, cara kerja hamper sama dengan repaglenid, namun
nateglinid derivate dari fenilalanin. Diabsorpsi cep at setelah pemberian secara oral dan dieksresi terutama melalui urin.
2. Penambah sensitivitas terhadap insulin
a. Biguanid, tidak merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar
gula darah sampai normal serta tidak menyebabkan hipoglikemia. Contoh obat golongan ini adalah metformin. Metformin menurunkan
gula darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel otot yang dirangsang oleh insulin.
b. Thiazolindion, memperbaiki transport glukosa ke dalam sel. Contoh
obat golongan ini pioglitazon dan rosiglitazon.
3. Penghambat alfa glukosidase acarbose
Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa glukosidase yang berada di dinding usus halus. Enzim alfa glukosidase antara lain maltase, isomaltase,
glukomaltase, dan sukrase. Obat ini diberikan dengan dosis 150-300 mghari. Obat ini efektif bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar glukosa plasma puasa
Universitas Sumatera Utara
kurang dari 180mgdl. Obat ini hanya memperngaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Obat ini
sebaiknya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap, serta dianjurkan untuk memberikannya bersama suap pertama setiap kali makan
Soegondo, 2009
Penyebab resistensi pada pasien DM tipe 2 dalam praktek sehari-hari sukar dinilai, maka terpaksa dilakukan secara empiris yaitu bila seseorang tidak dapat
diobati dengan satu suntikan perhari maka ditambahkan suntikan kedua pada sore hari dan seterusnya. Beberapa indikasi pemakaian obat hipoglikemik oral yaitu diabetes
sesudah umur 40 tahun, diabetes kurang dari 5tahun, yang memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit sehari dan DM tipe 2 berat normal atau lebih
Soegondo, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam menjalani penatalaksanaan diabetes mellitus di
Poli Klinik Endokrin RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Patuh
Tidak Patuh
Keterangan :
Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti =
4. Edukasi Penatalaksanaan
Diabetes Melitus tipe 2
1. Diet
2. Latihan Fisik
3. Obat Hipoglikemik
Oral OHO
Universitas Sumatera Utara