Kepatuhan Penatalaksanaan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Penatalaksanaan Latihan Fisik.

karena pasien DM tipe 2 rawat jalan di Poli Klinik Endokrin ini melakukan pemeriksaam rutin minimal setiap bulan di RSUD dr. Pirngadi dan setiap pasien baru rata-rata sudah menerima pendidikan kesehatan mengenai diet yang diberikan oleh bagian Poli Gizi di rumah sakit itu.

5.2.2 Kepatuhan Penatalaksanaan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Penatalaksanaan Latihan Fisik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus DM tipe 2 di RSUD dr. Pirngadi Medan 71,1 tidak patuh dalam penatalaksanaan latihan fisik. Sejalan dengan hasil penelitian Qurratuaeni 2009 sejumlah 45 orang 60 responden DM Tipe 2 di RSUP Fatmawati tidak mengikuti anjuran latihan fisik dengan benar. Penelitian Handayani 2007 juga menyatakan hanya 13 dari penderita diabetes yang menjalani aktivitas fisik secara teratur. Mayoritas responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan 67,1, didukung oleh penelitian Delameter 2006 yang menemukan bahwa banyak responden perempuan mempunyai persepsi keliru tentang latihan fisik bahwa latihan fisik itu membuat lelah, tidak semangat, sudah tua, sehingga tidak melakukan latihan fisik. Menurut Green dikutip dari Notoadmodjo, 2003 persepsi, kepercayaan dan keyakinan individu merupakan faktor utama dalam mencapai suatu kepatuhan. Universitas Sumatera Utara Responden pada penelitian ini mayoritas berusia dewasa akhir dengan usia 40-60 tahun 57,9. Penelitian Ellis 2010 menegenai kepatuhan diet penderita DM juga menunjukkan hasil yang sama lebih banyak kelompok usia dewasa akhir 55,6 dibandingkan lansia. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suyono 2009 yang mengatakan bahwa kasus DM tipe 2 di Indonesia biasanya akan meningkat pada usia 40 tahun. Umur pasien yang sudah dewasa akhir menjadi alasan tidak latihan fisik, sesuai temuan Delamater 2006 bahwa pasien usia lebih dari 25 tahun dilaporkan memilih latihan fisik yang bersifat rekreasi seperti tamasya dan mengikuti porsi latihan lebih sedikit setiap minggu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti 2006 bahwa derajat kepatuhan pasien DM itu beragam. Sebagian pasien ada yang sudah mendapatkan pendidikan kesehatan tetapi mengabaikan hal tersebut. Pasien ada yang sudah mendengar dan mengerti bahwa kepatuhan harus dijalankan tetapi tidak menerima program tersebut, ada pasien yang menerima program yang disarankan namun tidak melaksanakannya dan lebih jauh lagi pasien memang telah melaksanakan namun tidak berkesinambungan. Berdasarkan hasil penelitian ini, di mana hanya 24 responden 31,6 yang menjawab selalu melaksanakan olahraga rutin minimal 3 kali seminggu dan tidak banyak dari mereka yang melaksanakan olahraga ini dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu dan pendinginan setelah berolahraga. Ungkapan ini juga ditegaskan oleh Darmayanti 2006 bahwa gaya hidup malas bergerak ini Universitas Sumatera Utara banyak terjadi di kota besar. Perilaku malas bergerak inilah yang meningkatkan jumlah penderita dan jumlah komplikasi pada pasien diabetes melitus. 5.2.3 Kepatuhan Penatalaksanaan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Penatalaksanaan Obat Hipoglikemik Oral OHO. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus DM tipe 2 di RSUD dr. Pirngadi Medan 97,4 patuh dalam penatalaksanaan obat hipoglikemik oral OHO. Sejalan dengan penelitian Nugroho 2011 juga menyatakan bahwa, pasien DM tipe 2 68,9 patuh dalam melakukan penatalaksanaan OHO di Umbulharjo II Puskesmas Yogyakarta. Berbeda dengan hasil penelitian Qurratuaeni 2012 yang menemukan rendahnya kepatuhan pasien DM 22,9 dalam mengkonsumsi obat hipoglikemik oral, sehingga menyebabkan kadar gula darah mereka tinggi. Penelitian ini mengambil responden yang baru menderita diabetes melitus dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun. Responden dalam penelitian ini masih patuh dalam penatalaksanaan OHO karena mayoritas responden rutin datang untuk kontrol ke dokter sebelum OHO mereka habis. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Purba 2008 bahwa beberapa responden bosan mengkonsumsi obat-obatan diabetes karena mereka sudah lama mengkonsumsi sampai rentang waktu 15 tahun terakhir, sehingga mereka tidak patuh dalam minum obat. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian ini 44,7 responden memiliki penghasilan 1 – 3 Juta per bulan dengan rata-rata pensiunan dan pegawai negeri sipil PNS, dan 52,6 responden tidak pernah membeli obat dengn resep dokter yang lama. Alasan ekonomi ini mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi OHO. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Purba 2008 yang menjelaskan beberapa partisipan gagal mematuhi minum obat karena keterbatasan biaya membeli obat, tergambar dari usaha mereka untuk minum obat dengan cara yang tidak benar seperti meminum resep obat orang lain yang dianggapnya mempunyai penyakit sama, membeli obat dengan mengikuti resep dokter terdahulu tanpa mengecek perkembangan penyakit, atau menunggu dulu sampai punya dana untuk membeli obat. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa persentasi tertinggi pasien dengan pendidikan sekolah menengah atas SMA, yakni sebesar 43,4 diikuti oleh perguruan tinggi sarjana 27,6. Responden pada penelitian ini menggunakan obat secara rutin dengan prosedur penggunaan obat yang sesuai dari dokter terbukti 88,2 reponden tidak pernah meminum obat diabetes dengan digandaka. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi melalui pendidikan formal dan non formal seperti penyuluhan dan informasi dari tim kesehatan secara langsung. Sesuai dengan teori Green dalam Notoadmojdo, 2003 terdapat beberapa faktor pendukung dalam mempengaruhi klien menjadi patuh seperti pendidikan, dimana pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang pendidikan itu merupakan pendidikan yang aktif seperti membaca buku-buku, mengikuti seminar atau penyuluhan oleh pasien secara mandiri. Universitas Sumatera Utara 5.2.4 Kepatuhan Penatalaksanaan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien DM Tipe 2 di Instalasi rawat jalan RSUD dr. Pirngadi Medan 89,5 patuh dalam penatalaksanaan diabetes melitus. Berdasarkan hasil penelitian ini tim kesehatan di instalasi rawat jalan berhasil dalam menjalankan tugas mereka yaitu melaksanakan diagnosa pengobatan, perawatan penyuluh, pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan untuk penderita rawat jalan yang datang. Sehingga terbukti bahwa pasien DM tipe 2 yang melaksanakan rawat jalan di RSUD dr. Pirngadi patuh dalam menjalankan penatalaksanaan DM. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan masyarakat memiliki fungsi preventif, promotif dan kuratif bagi penderita DM tipe 2 memiliki penanganan yang baik bagi pasien diabetes melitus sendiri. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pasien lebih banyak yang patuh dengan penatalaksanaan diabetes mulai dari diet, latihan fisik dan minum obat hipoglikemik oral OHO. Di dukung oleh hasil penelitian Susanty 2004 RSUD dr. Pirngadi memiliki standar pengobatan, laboratorium, penyuluhan kesehatan, serta peningkatan gizi yang sangat berguna untuk pemulihan kadar gula darah KGD pada pasien yang dilakukan secara teratur minimal setiap bulannya. Kepatuhan pasien ini sangat diperlukan untuk mencapai keberhaasilan terapi pada penyakit kronik seperti diabetes melitus sendiri. Menurut teori Green dikutip dari Notoadmodjo, 2003 salah satu faktor pendukung suatu kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu tingkat pendidikan. Di dukung Universitas Sumatera Utara hasil penelitian Delameter 2006 semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin sulit untuk menerima informasi yang diberikan. Tingkat pendidikan rendah mempunyai hubungan dengan rendahnya kepatuhan dan tingginya kematian terkait diabetes melitus. Pada penelitian ini mayoritas tingkat pendidikan 43,4 sudah tamat Sekolah Menengah Atas SMA diikuti dengan Diploma 14,5 dan tamatan Sarjana 27,6 sehingga patut banyak responden yang patuh dengan penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 ini. Pasien yang patuh akan mempunyai kontrol glikemik yang lebih baik, dengan kontrol glikemik yang baik dan terus menerus akan dapat mencegah komplikasi akut dan mengurangi resiko komplikasi jangka panjang. Sebaliknya bagi pasien yang tidak patuh akan mempengaruhi kontrol glikemiknya menjadi kurang baik bahkan tidak terkontrol, hal ini akan mengakibatkan komplikasi yang mungkin timbul tidak dapat dicegah Bilous, 2002. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai deskriptif dari karakteristik responden dan kategori penilaian kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam penatalaksanaan diabetes melitus di RSUD dr. Pirngadi Medan.

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam menjalankan penatalaksanaan diabetes melitus di Poli Endokrin RSUD dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dilakukan terhadap 76 responden yang dilakukan selama 1 bulan 22 Mei – 22 Juni 2013 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden mayoritas berjenis kelamin perempuan, usia dewasa akhir 40-60 tahun, pendidikan terakhir sekolah menengah atas SMA, sudah tidak bekerja pensiunanIRT, dan memiliki penghasiln dengan rentang 1 – 3 Juta per bulan. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa responden DM tipe 2 di Poli Endokrin RSUD dr. Pirngadi Medan mayoritas responden patuh sebanyak 67 orang 88,2 dalam menjalankan penatalaksanaan diet DM, dalam menjalankan latihan fisik sebagian besar tidak patuh sebanyak 54 responden 71,1, dalam mengonsumsi obat hipoglikemik oral OHO sebagian besar patuh sebanyak 74 responden 97,4 Universitas Sumatera Utara