Evaluasi Model Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis

59 b. Menetapkan error ε dan lambda λ term, error term dapat dihitung dengan rumus 0,1 kali σ 2 Perhitungan construk reliability α telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar σ dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error ε dan lambda λ terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM dan lambda term dengan rumus 0,95 kali σ Anderson dan Gerbing, 1988.

3.4.6. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola confirmatory menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan good fit dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu poor fit dengan data. Amos dapat menguji apakah model good fitatau poor fit. Jadi good fit model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation model. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probabilty, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMIN DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM. 60 Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices GOODNESS OF FIT INDEX KETERANGAN CUT-OF VALUE X²- Chi square Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample [apakah model sesuai dengan data]. Diharapkan kecil, s.d 5 atau paling baik diantara 1dan 2 Probability Uji sigifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi. Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. ≤ 0,08 GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R² dalam regresi berganda] ≥ 0,09 AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,09 CMINDDF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. ≥ 0,95 CFI Uji kelayakkan model yang sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model. ≥ 0,94 Sumber 1. X²- Chi Square Statistic : Hair et.al., 1998 Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah Likelihood Ratio Chi-Square Statistic . Chi-Square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar lebih dari 200, statistik Chi-Square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai Chi-Square-nya rendah. Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data 61 atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan tidak signifikan. X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang telalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan Chi- Square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100 dan 200. Bila ukuran sampel ada diluar rentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliabel. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji yang lain. 2. RMSEA- The Root Mean Square Erorr of Approximation RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi Chi-Square Statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan Goodness-Of -Fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menujukkan sebuah close fit dari model itu berdasakan Degress Of Freedom. 3. GFI- Goodness of Fit Index GFI adalah analog dari R² dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimabang dari varian dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentan nilai antara 0 Poor Fit sampai dengan 1,0 Perfect Fit. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit. 62 4. AGFI-Adjusted Goodness of Fit Index AGFI = GFI DF tingkat penerimaan yang rekomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varian dalam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik Good Overal Model Fit sedangkan besaran nilai antara 0,90 sampai 0,95 menunjukkan tingkatan cukup Adequate Fit. 5. TLI-Tucker Lewis Index TLI adalah sebuah alternatif incremental fit indeks yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagi acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan A Very Good Fit. 6. CMIN Df sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN DF tidak lain adalah statistik Chi- Square, X² dibagi DF-nya sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasi dan yang diestimasi. 63 7. CFI Comparative Fit Index Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0,1 dan semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi A Very Good Fit . Nilai yang direkomendasikan adalah CFI 0,95. Keunggulan dari indeks ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengkur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relative Noncentrality Index RNI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum LBB Primagama.

Niat baik untuk membimbing pelajar kelas 3 SMA yang ingin memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yakni ke Perguruan Tinggi Negeri PTN telah mendorong Purdi E. Chandra mendirikan lembaga bimbingan belajar, yang waktu itu lebih dikenal dengan lembaga bimbingan tes Primagama pada tanggal 10 Maret 1982. Akan tetapi tetapi pada tahun 1999 timbul beberapa masalah di bidang manajemen logistik keuangan, karena daya beli setiap wilayah berbeda-beda. Dengan ide cemerlang Bapak Purdi E. Chandra diberilah kesempatan untuk mengembangkan primagama menjadi fronchise primagama. Fronchise primagama ini di tiap-tiap titiknya disesuaikan dengan syarat-syarat pembelian fronchise. Jumlah fronchise di setiap titik yang dimiliki adalah sebanyak 150 di tahun 1999 dan karena adanya pembaharuan manajeman cabang manajemen primagama sekarang ada 760 cabang diseluruh indonesia, selanjutnya agar lebih efisien lagi dibukalah lagi 11 master fronchise yang digunakan untuk meningkatkan kinerja cabang-cabang didaerah.

4.1.2. LBB Primagama Cabang Gayungsari

Pada bulan Maret 2005 Primagama membuka Kantor Cabang di wilayah Gayungsari, yang lebih dikenal dengan nama “Primagama

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan dan Word of Mouth Mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

5 66 149

Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga Dan Word Of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Sabun Sunlight Cair Pada Konsumen Rumah Tangga Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan

26 311 107

Analisis Keunikan Produk Yang Mempengaruhi Terciptanya Word of Mouth Pada Produk Es krim Magnum Classic (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP USU)

1 45 84

Analisis Karakteristik Yang Mempengaruhi Terciptanya Word Of Mouth Pada Usaha Es Dawet Cah Mbanjar Medan (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP USU)

1 57 88

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELANGGAN DAN WORD-OF-MOUTH PELANGGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELANGGAN DAN WORD-OF-MOUTH PELANGGAN RESTORAN CEPAT SAJI DI YOGYAKARTA.

0 4 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WORD OF Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Word Of Mouth Terhadap Loyalitas Pelanggan Dr. Sophia House Of Beauty Banjarmasin.

0 3 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Word Of Mouth Terhadap Loyalitas Pelanggan Dr. Sophia House Of Beauty Banjarmasin.

0 2 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS KONSUMEN DAN WORD-OF-MOUTH (Studi Pada Mebel Gurat Asri Surakarta).

0 2 5

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen dan Word-of-Mouth Studi Pada Mebel Gurat Asri Surakarta) COVER 1

0 0 15

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HUBUNGAN SERTA DAMPAKNYA PADA KOMITMEN DAN KOMUNIKASI WORD OF MOUTH DI PRIMAGAMA CABANG GAYUNGSARI SKRIPSI

0 0 17