Kelemahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

28 e. Undang – undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut : 1 memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2 memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1 kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan 2 memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah. Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1 kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan 2 memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah.

2.3.2. Kelemahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 29 Menurut wakil gubernur II Kabupaten Batang, H. Djoko Sudantoko, S.Sos. MM, meski Usaha Kecil Menengah UKM paling tahan menghadapi krisis ekonomi, ada lima kelemahan yang hingga kini belum dapat diatasi sehingga lamban berkembang. Kelemahan tersebut adalah : 1 kelemahan dalam akses pasar, 2 kelemahan akses teknologi, 3 akses modal, 4 lemah dalam akses manajemen, 5 kualitas SDM. Pernyataan tersebut di sampaikan wakil gubernur seusai membuka Rapat Koordinator wilayah Rakorwil Pos Ekonomi Rakyat PER Wilayah III di Pendapa Kabupaten Batang pada hari Rabu, 4 September 2002 www.suaramerdeka.comharian020905eko3.htm , 2002. UMKM masih dihadapkan pada salah satu masalah mendasar yakni keterbatasan akses terhadap sumber – sumber pembiayaan, baik pembiayaan untuk pemenuhan modal kerja maupun investasi. Begitu juga UMKM lemah dalam strategi kecedasan power dan visi kecerdasan aspirasi , mengacu model SEPIA. Keterbatasan akses sumber – sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UMKM lebih disebabkan karena kakunya lembaga keuangan perbankan dan non perbankan dalam menerapkan standar kriteria keamanan kredit mereka. Secara formal tertulis The 5c’s merupakan standar acuan utama kreditor dalam menyalurkan kredit dan the 3c’s merupakan beban tidak tertulis yang menyebabkan semakin tingginya beban yang ditanggung UMKM. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 30 The 5C’s merupakan kriteria standar yang digunakan kreditor Lembaga Keuangan dan atau Non Keuangan untuk menganalisis kemampuan pihak yang akan melakukan pembelian secara kredit. Kriteria tersebut mencakup karakter character , kemampuan capacity , modal capital , agunan collateral dan kondisi ekonomi condition . Semua kriteria tersebut penting bagi pihak kreditor dalam mengamankan penyaluran dananya. 1 Character : kemauan pelanggan debitur guna melunasi hutangnya willingness to repay, itikad baik pembeli disamping tidak terdaftar sebagai debitur macet dan tidak termasuk dalam daftar hitam dunia bisnis. 2 Capacity : kemampuan debitur untuk melunasi hutangnya capacity to repay dalam mewujudkan rencana menjadi kenyataan, melalui potensi yang dimilikinya dan kemampuan menghasilkan keuntungan dari usahanya. 3 Capital : mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki debitur dan juga perbandingan hutang dan modal yang bersangkutan. 4 Collateral : jaminan utama adalah obyek yang dibiayai dengan kredit. Walaupun jaminan tambahan tidak diwajibkan namun apabila debitur bersedia menyerahkan jaminan tambahan dapat diterima oleh perusahaan. Hal tersebut akan menjadi salah satu penilaian atas kesungguhan debitur dalam menjalankan usahanya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 31 5 Condition of economy : memperhatikan kondisi perekonomian serta kecenderungan pengaruhnya terhadap usaha debitur. Disamping itu usaha debitur merupakan sektor usaha yang minimal masih dapat berkembang ditinjau dari adanya potensi pasar dan tidak bertentangan dengan undang – undang. Kriteria penting lainnya yang tidak tertulis oleh kreditor dan eksis di dunia bisnis nyata adalah koneksi connection , komisi commission , dan kolusi atau persengkokolan collusion : 1 Connection : koneksi merupakan kriteria tidak tertulis yang menjadi kesepakatan tersendiri dalam memudahkan pengucuran kredit. 2 Commission : komisi merupakan perilaku analisis kredit sebagai oknum yang seolah menjadi budaya di sekitar pengucuran kredit. 3 Collusion : kolusi merupakan kriteria tidak tertulis lainnya yang hidup di sekitar pengucuran kredit. Persekongkolan yang terjadi antar berbagai pihak yang berkepentingan dalam rangka memudahkan pengucuran kredit. Keberadaan the 5c’s dan the 3c’s tidak bisa diabaikan dalam dunia pembiayaan. Mereka muncul baik secara eksplisit maupun implisit sehubungan dengan kredit yang diajukan oleh UMKM. Oleh karenanya, pelaku UMKM tidak harus menghindarinya dan pergi kepada akses pembiayaan yang lebih mahal rentenir , namun Pelaku UMKM harus menyadari keberadaan kriteria 5eksplisit 3implisit tersebut www.google.com , 2007. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 32 Selain itu Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementrian Koperasi dan UKM, Choirul Djamhari, mengemukakan bahwa bank sebenarnya tidak berada pada posisi menolak secara mentah – mentah proposal tersebut. Diakui, proposal dari usaha mikro dan kecil, memang kerap kurang akurat. Misalnya, tidak mencantumkan sistem pengembalian dana kredit. Menurut Choirul Djamhari memang memusingkan bagi petugas bank ketika membaca proposal tersebut. Mereka datang ke bank tanpa ilmu pengetahuan dan informasi yang kurang lengkap. Jika kemudian ditolak, mereka berkeluh-kesah yang menimbulkan suasana psikologi agak frustasi www.depkop.go.idMedia20Massa822-bank-dinilai-belum-serius- garap-kur-proposal-kredit-sektor-umkm-diakui-sering-tidak-akurat.html , 2010.

2.3.3. Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha