56
produksi. Setelah itu ibu Puji mengirimkan contoh desain sandal buatannya tersebut kepada toko sandal. Ternyata produknya diterima
dengan baik dan ibu Puji mendapat pesanan seratus pasang sandal. Tidak berapa lama kemudian mendapat pesanan seratus pasang sandal lagi, dan
order pun terus berdatangan hingga saat ini. Menurut ibu Puji jumlah sandal yang telah diproduksi mulai dari tahun 1997 hingga tahun 2010
mencapai kurang lebih 6.000 enam ribu pasang. Perjuangan ibu Puji dalam merintis usahanya mulai dari nol
tidaklah mudah. Jatuh bangun dalam membangun usahanya telah dirasakan pak Sahri dan ibu Puji selama enam tahun sejak awal berdiri,
yaitu tahun 1991. Baru pada tahun 1997, pak Sahri dan ibu Puji menikmati keberhasilan.
Menginjak tahun 1998, ketika terjadi krisis moneter, usaha milik pak Sahri dan ibu Puji pun terkena dampaknya. Harga bahan baku
melonjak tinggi. Untuk mengatasinya, ibu Puji menaikkan harga sandal. Hingga saat ini, usaha pak Sahri dan ibu Puji tetap lancar meskipun
harus jatuh bangun. Mereka mempunyai motto “biar untung sedikit, asalkan order tetap lancar”.
4.2.2 UMK Milik Bapak Su’udi
Bapak Su’udi merupakan pemilik dan pelaksana UMK di bidang produksi sepatu wanita dewasa lihat lampiran 15. Omset penjualan
sepatu wanita produksi bapak Su’udi mencapai 24.000 pasang per tahun
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
57
dengan nominal sebesar Rp 264.000.000 dua ratus enam puluh empat juta rupiah lihat lampiran 3. Namun tidak menutup kemungkinan
bapak Su’udi juga memproduksi sepatu anak – anak. Hal itu tergantung dari permintaan pasar atau toko yang memberi pesanan. Usaha milik
bapak Su’udi tidak mempunyai nama tertentu. Bapak Su’udi hanya mempunyai merek untuk sepatu hasil produksinya. Nama mereknya
adalah “Ciniko”. Bapak Su’udi telah mendaftarkan merek tersebut di Disperindag Jawa Timur, untuk dipatenkan. Namun hingga tahun 2011,
pengajuan hak paten tersebut masih dalam proses. Usaha produksi sepatu ini merupakan usaha turun temurun yang
dijalani oleh keluarga bapak Su’udi sejak tahun 1954. Bapak Su’udi sendiri merupakan generasi ke empat dan mulai meneruskan usaha ini
pada tahun 1993, setelah lulus SMA. Untuk mendapatkan modal sebelum meneruskan usaha ini, bapak
Su’udi menggadaikan kalung emas milik ibunya senilai Rp. 60.000 pada orang yang dikenal. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1989. Saat memulai
usahanya pada tahun 1993, bapak Su’udi mendapat order pertamanya, yaitu sepatu anak yang berjumlah seratus pasang senilai Rp 160.000.
Bapak Su’udi merupakan anggota dari koperasi Semiwangi, yang ada di jalan Tambak Osowilangun, Surabaya dan bergabung sejak tahun
2009. Koperasi Semiwangi ini menyediakan bahan – bahan yang digunakan oleh pengrajin sepatu yang ada di wilayah Tambak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
58
Osowilangun, terutama untuk para anggota termasuk bapak Su’udi. Namun koperasi ini tidak untuk memasarkan produk – produk UMK.
Selain koperasi Semiwangi, ada empat buah toko yang fungsinya sama yaitu hanya menyediakan bahan baku saja. Salah satu diantara empat
toko itu bernama UD. Langgeng. Untuk bisa mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan, para
pengrajin bisa membelinya lansung. Apabila belum memiliki dana, maka para pengrajin bisa mendapatkan bahan baku tersebut dengan cara
berhutang tanpa agunan. Namun hanya pengrajin yang sudah dikenal saja yang boleh berhutang. Meskipun demikian, menurut bapak Su’udi,
biasanya pengrajin tidak meminjam semua bahan baku yang dibutuhkan namun hanya sebagian saja. Misalnya seorang pengrajin mendapat order
sepatu sebanyak lima puluh kodi. Pengrajin tersebut hanya meminjam bahan baku untuk dua puluh kodi sepatu saja. Itupun tidak semua bahan
bisa didapat, karena tergantung dari persediaan bahan baku yang ada di toko. Jangka waktu pembayaran hutang umumnya antara satu sampai
dua minggu. Sistem hutang yang diterapkan oleh koperasi Semiwangi dan empat toko tersebut hanya mengandalkan kepercayaan semata.
4.2.3 UMK Milik Ibu Yulitisnawati