Pencatatan Keuangan oleh UMK

63 tinggi menjadi alasan tersendiri bagi Bapak M. Nasir untuk beralih ke sepatu wanita dewasa. Tahun 1998 merupakan tahun keemasan bagi Bapak M. Nasir. Menurut keterangan Bapak M. Nasir, dalam jangka waktu satu tahun saja, beliau mampu meraup untung hingga Rp 20.000.000,- dua puluh juta rupiah. Namun harga bahan baku yang tinggi dan ketatnya persaingan usaha membuat keuntungan yang didapat saat ini tidak sebanyak tahun – tahun sebelumnya. Meskipun demikian hingga tahun 2011 ini, usaha produksi Bapak M. Nasir masih tetap berjalan dengan lancar.

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1. Pemahaman Pencatatan Keuangan

4.3.1.1 Pencatatan Keuangan oleh UMK

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil Megginson et al., 2000 dalam Pinasti 2007 . Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga, mengajukan permohonan kredit ke bank, dan lain – lain. Informan kunci yang menjadi tujuan pertama wawancara penelitian ini adalah pemilik dan pelaksana UD. Peach yaitu pasangan suami istri Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 64 bapak Sahri dan ibu Puji. Dalam wawancara tersebut, bapak Sahri tidak ikut memberikan informasi karena beliau tengah sibuk mengerjakan order sepatu bersama para karyawannya. Peneliti menanyakan apakah dalam menjalankan usahanya, ibu Puji melakukan pencatatan keuangan. Berikut pemaparan ibu Puji : “…ya. Semuanya ada catetannya. Mulai dari bahan bakunya, terus sampai prosesnya, sampe jadi, sampe penyetoran ”. Berdasarkan pemaparan tersebut, Ibu Puji mengatakan telah melakukan pencatatan secara menyeluruh mulai dari pembelian bahan baku, proses pengerjaan, ongkos tukang, hingga penjualan dan penerimaan hasil penjualan lihat lampiran 6, 8, 10, dan 12. Informan selanjutnya yang direkomendasikan oleh ibu Puji adalah bapak Su’udi. Masih dengan pertanyaan yang sama, berikut pemaparan dari bapak Su’udi: “ sudah dari dulu ya, cuman masalah keuangan ini, diluar kepala. ….ya itu sudah nggak terbiasa mungkin ya. Dari semua UKM nok sini itu belum pernah liat anu yang namanya catatan keuangan. Bahkan saya sendiri tidak melakukan ”. Berdasarkan pemaparan diatas menyatakan bahwa bapak Su’udi tidak melakukan pencatatan keuangan. Bapak Su’udi menilai bahwa dirinya mampu mengingat dengan baik bahkan diluar kepala, segala sesuatu yang berkaitan dengan keuangan dalam proses produksi sepatu, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 65 karena sudah memproduksi sepatu sejak lama. Namun berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, bapak Su’udi mengumpulkan beberapa lembar nota pembelian lihat lampiran 16. Berdasarkan informasi dari kedua informan, masing – masing memberikan jawaban yang berbeda, sehingga peneliti melanjutkan wawancara dengan informan yang lain yaitu pemilik UMK ibu Yulitisnawati dan bapak Mas Muhammad Didik. Dalam hal ini yang lebih banyak memberikan informasi adalah ibu Yulitisnawati. Berikut pemaparan ibu Yulitisnawati: “ ya, tak catet”.ya, saya catat Menurut keterangan ibu Yulitisnawati, beliau melakukan pencatatan dalam menjalankan usahanya. Namun berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, beliau tidak melakukan pencatatan keuangan, hanya mengumpulkan nota penjualan dari toko yang dikumpulkan per tahun untuk mengetahui hasil penjualan selama satu tahun lihat lampiran 20. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan nara sumber berikutnya untuk mencari tahu lebih dalam lagi, yaitu pemilik dan pelaksana UMK bapak Muhammad Rofiq dan ibu Musarofah. Peneliti menanyakan apakah dalam menjalankan usahanya, melakukan pencatatan keuangan. Berikut pemaparan ibu Musarofah: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 66 “dicatet cuman ya ndak pake pembukuan. Cuman ditaruh di kertas….gak kober mbak. Keluare sak mene anune sak mene, wes gak kober…. ”.dicatat, tapi tidak menggunakan pembukuan. Hanya dicatat di kertas…tidak sempat mbak. Pengeluaran sekian, itu sekian, sudah tidak sempat Pernyataan ibu Musarofah diperjelas lagi oleh bapak Muhammad Rofiq, berikut pemaparannya: “…Masalahnya bahan sudah tau harganya…wes diluar kepala...”. berdasarkan pemaparan diatas bahwa dalam menjalankan usahanya, ibu Musarofah dan bapak Muhammad Rofiq melakukan pencatatan keuangan, namun berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, beliau tidak melakukan pencatatan keuangan, hanya mengumpulkan beberapa lembar nota pembelian bahan baku dari toko lihat lampiran 23. Peneliti kemudian mencoba untuk menggali informasi lagi dari nara sumber berikutnya yaitu pemilik pemilik dan pelaksana UMK bapak M. Nasir dan ibu Nurmah. Dalam hal ini yang lebih banyak memberikan informasi adalah bapak M. Nasir. Peneliti kembali menanyakan apakah dalam menjalankan usahanya, melakukan pencatatan keuangan. Berikut ini pernyataan bapak M. Nasir: “ niku sing mboten. Kulo niku mari kulakan terus nggawe, nggarap niku tok. Engken dadi barang niku, dicatet tapi kan kari – kari diguak. Kan sudah pasti nopo, kulakane sak mene engko dijual dapat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 67 uang sekian iku, trus gak kanggo.. gak pernah ada, nopo, masalah…”. itu yang tidak. Saya itu setelah membeli bahan lalu membuat sepatu itu saja. Nanti setelah jadi barangnya sepatunya, dicatat tapi setelah itu dibuang. Kan sudah pasti, beli bahan sekian, nanti dijual dapat uang sekian, terus tidak dipakai catatannya. Tidak pernah ada masalah Menurut keterangan bapak M. Nasir, beliau mencatat biaya yang dibutuhkan untuk membuat sepatu lihat lampiran 25 dan 26. Namun setelah sepatu selesai diproduksi, dan sudah mendapat hasil penjualan, maka nota – nota pembelian bahan baku maupun nota penjualan tersebut dibuang karena telah dianggap tidak berguna lagi.. Berdasarkan pemaparan dari kelima pemilik dan pelaksana UMK, bahwa dari pemaparan kelima UMK, hanya satu pemilik dan pelaksana UMK yaitu ibu Puji yang melakukan pencatatan sampai pembuatan laporan sisa hasil usaha untuk setiap bulan lihat lampiran 6, 8, 10, dan 12. Tiga pemilik dan pelaksana UMK yaitu bapak Su’udi, ibu Yulitisnawati, dan ibu Musarofah, tidak melakukan pencatatan, hanya mengumpulkan beberapa nota saja lihat lampiran 16, 20, dan 23. Satu pemilik dan pelaksana UMK yaitu bapak M. Nasir yang melakukan pencatatan namun hanya untuk mencatat hutang karyawan dan upah saja lihat lampiran 26. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 68

4.3.1.2 Pentingnya Pencatatan Keuangan