Bentuk atau Model Pencatatan Keuangan

78 keuangan yang dapat berguna dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, kepada para pelaku UMK.

4.3.2 Bagaimana Penerapan Pencatatan Keuangan pada UMK

4.3.2.1 Bentuk atau Model Pencatatan Keuangan

Bentuk atau model pencatatan keuangan yang diterapkan oleh para UMK biasanya menganut pola paling mudah, artinya pola yang diterapkan yang dipandang mudah untuk dipahami itulah yang dipakai untuk pengelolaan keuangan. Bermacam – macam latar belakang karakter dan pendidikan yang dimiliki oleh pelaku UMK menjadikan pola tata kelola keuangan menjadi berbeda – beda antara pemilik yang satu dengan yang lainnya. Peneliti melakukan wawancara pertama dengan informan kunci yaitu pemilik dan pelaksana UD. Peach yaitu ibu Puji. Peneliti mengajukan pertanyaan mengenai bentuk atau model pencatatan yang digunakan. Berikut pemaparan Ibu Puji: “ya ini saya catet ini sudah jadi satu ini mbak…..ya seperti ini mbak di nota ini mbak. Di bon ini… sudah mewakili seluruh belanjaan baik penerimaan maupun pengeluaran sudah tercatat. Jadi ibu itu ndak ngitung satu – satu. Repot kalo satu – satu mbak ibu tambah bingung. Gini aja ibu udah ngerti” Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 79 Ibu Puji menunjukkan kepada peneliti nota – nota dan juga hasil rekap pendapatan, pengeluaran dan laba yang diperoleh tiap bulannya, pada secarik kertas, yang telah dikumpulkan menjadi satu dan dikelompokkan berdasarkan bulannya lihat lampiran 6, 8, 10, dan 12. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pemilik dan pelaksana UMK berikutnya yaitu ibu Yulitisnawati. Peneliti mengajukan pertanyaan yang sama mengenai bentuk atau model pencatatan yang digunakan. Berikut pemaparan Ibu Yulitisnawati: “…Ya seperti tadi, contoh – contoh tadi kayak gitu, nggak tak catet. Cuman nota dari toko…cuman di kertas. Nota yang tak klumpukno tadi lo kayak tadi. Dikumpulkan selama satu tahun.” Ibu Yulitisnawati menunjukkan beberapa tanda terima yang diberikan oleh toko, dikumpulkan menjadi satu lihat lampiran 20. Menurut Ibu Yulitisnawati nota – nota tersebut dikumpulkan per tahun. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pemilik dan pelaksana UMK ibu Musarofah. Dengan mengajukan pertanyaan yang sama yaitu mengenai model atau bentuk pencatatan yang diterapkan. Berikut pemaparan Ibu Musarofah: “…Dicatet cuman nggak pake pembukuan. Cuma ditaruh di kertas…” Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 80 Ibu Musarofah menunjukkan kepada peneliti beberapa lembar nota pembelian bahan baku lihat lampiran 23. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, ibu Musarofah tidak mempunyai catatan lain selain nota – nota tersebut . Peneliti kemudian melanjutkan wawancara dengan informan terakhir yaitu pemilik dan pelaksana UMK bapak M. Nasir. Peneliti mengajukan pertanyaan yang sama yaitu mengenai model atau bentuk pencatatan yang diterapkan dan berikut pemaparannya: “…ini nota beli bahan..kulakan…kadang – kadang toko bonnya gini hanya berupa potongan kertas..kadang tanggalan digunting balike bagian belakangnya. Yang kosong untuk bon..” Bapak M. Nasir memberikan jawaban kepada peneliti sambil menunjukkan beberapa lembar tanda terima dan nota pembelian bahan baku. Salah satu nota yang peneliti lihat bahkan sudah dalam keadaan tidak utuh lihat lampiran 25. Selain berupa kertas nota, juga ada yang berupa potongan kertas yang tidak mencantumkan nama toko atau apapun selain sejumlah nominal lihat lampiran 25. Bapak M. Nasir juga menunjukkan kepada peneliti sebuah buku tulis bekas yang berisi catatan mengenai upah beserta hutang para karyawannya dan juga berapa banyak sepatu yang sudah dikerjakan untuk setiap karyawan lihat lampiran 26. Berikut pernyataannya: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 81 . “…ini buku bayaran tukang. Hasil – hasil tukang. Ini bon catatan hutang pekerja tiap hari...trus hasil kodiane jumlah sepatu yang dihasilkan…ngeten tok seperti ini saja. ” Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan, hanya dua pemilik dan pelaksana UMK yang melakukan pencatatan keuangan yaitu ibu Puji dan bapak M. Nasir. ibu Puji mengumpulkan nota – nota, dan juga hasil rekap pendapatan, pengeluaran dan laba yang diperoleh tiap bulannya lihat lampiran 6, 8, 10, dan 12. Bapak M. Nasir mengumpulkan tanda terima dan nota pembelian bahan baku lihat lampiran 25. Tetapi hanya biaya tenaga kerja saja yang dicatat di buku tulis lihat lampiran 26. Satu pemilik dan pelaksana UMK yaitu ibu Yulitisnawati hanya mengumpulkan nota penjualan per tahun lihat lampiran 20, sedangkan bapak Su’udi dan ibu Musarofah, hanya mengumpulkan beberapa lembar nota saja lihat lampiran 16 dan 23.

4.3.2.2 Pengetahuan Mengenai Pencatatan Keuangan