D. Peran Peneliti
Seperti halnya penelitian kualitatif lainnya, dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen kunci. Peneliti turun langsung ke lokasi penelitian
untuk mengumpulkan data melalui FGD. Peran peneliti selama FGD berlangsung adalah sebagai moderator yang mengajukan pertantujyaan-pertanyaan dan
menjaga ketertiban dalam diskusi, namun peneliti tidak memainkan peran sentral dan lebih mengutamakan inter-relasi atau hubungan antar partisipan Supratiknya,
2015. Kaitan peneliti dengan lokasi penelitian adalah peneliti berasal dari keluarga
dengan etnis Flores, walaupun peneliti hanya sesekali berlibur dan tinggal sementara di sana. Walaupun tinggal di luar Flores, peneliti masih sering
mengikuti perkumpulan keluarga atau berinteraksi dengan masyarakat Flores yang juga merantau. Keluarga besar peneliti tinggal di Flores, walaupun partisipan
tidak diambil dari keluarga peneliti untuk menghindari bias. Dalam rangka merekrut partisipan, peneliti mengajukan surat permohonan
kerjasama kepada kepala sekolah dari ketiga TK yang dipilih untuk membantu menghubungi sejumlah orang tua dari anak yang berusia 3-5 tahun. Setiap orang
tua yang direkomendasikan kepala sekolah dikirimi surat undangan dan dihubungi kembali secara personal oleh peneliti melalui telepon untuk mengkonfirmasi
kesediaannya. Peneliti juga menjelaskan gambaran FGD yang akan dilaksanakan dan memberikan lembar informed consent yang kemudian ditandatangani oleh
para partisipan. Dalam hal ini, peneliti berperan menjaga kerahasiaan data serta kepercayaan yang telah diberikan partisipan terhadap peneliti.
E. Metode Pengambilan Data
Focus group discussion FGD merupakan metode kualitatif mendalam menggunakan sebuah kelompok kecil yang bersifat homogen yang mendiskusikan
topik atau topik-topik yang menjadi agenda suatu penelitian Lakshman, Charles, Viswas, Sinha, Aurora, 2000; Subramony, Lindsay, Middlebrook, Fosse,
2002; dalam Supratiknya, 2015. FGD bertujuan untuk mendorong pengungkapan diri di kalangan para partisipan Freeman, 2006, dalam Supratiknya, 2015. Dalam
hal ini, partisipan didorong untuk saling mendalami jawaban masing-masing, saling meminta penjelasan, dan saling mengklarifikasi maksud-maksud yang
mungkin terungkap hanya secara samar-samar, serta memudahkan partisipan yang merasa kesulitan mengungkapkan diri untuk tetap berpartisipasi Supratiknya,
2015. Peneliti memilih metode ini karena kelebihan yang dimiliki FGD adalah
dapat mendorong para partisipan untuk mengungkapkan pandangan mereka dan berdiskusi secara spontan seakan-akan sedang bercerita dan berbagi satu sama
lain. Peneliti juga beranggapan bahwa FGD cocok digunakan dalam penelitian ini karena peneliti juga menyoroti budaya dan norma yang ada, yang ingin melihat
persepsi ibu di Flores secara normatif, sehingga dinamika antar partisipan dalam menyampaikan pendapat atau bahkan kecenderungan untuk mengikuti pendapat
partisipan lain juga dapat menjadi data yang dapat dipertimbangkan dan menunjukkan pandangan para ibu dalam masyarakat Flores. Sedangkan
kelemahan FGD adalah ada kemungkinan beberapa partisipan yang mendominasi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau bila ada partisipan yang enggan berbicara di depan banyak orang. Peneliti sebagai moderator mengantisipasi kelemahan ini dengan mendorong setiap
partisipan yang masih sedikit mengungkapkan pendapat untuk ikut bercerita, serta pada awal FGD peneliti menghimbau para partisipan untuk saling menghargai dan
mau mendengarkan jawaban dari partisipan yang lain. FGD dilakukan pada 3 kelompok yang berbeda untuk mendapatkan jawaban
yang kaya dan jenuh saturated. Hal ini juga dilakukan untuk dapat melihat apakah jawaban yang diperoleh cukup konsisten pada ketiga kelompok, yang
dapat meningkatkan kredibilitas hasil yang diperoleh. Dalam FGD ini, peneliti berusaha mendorong munculnya diskusi antar partisipan untuk mengungkap
persepsi partisipan terhadap anak yang berpikir kritis. Untuk mempermudah mengumpulkan partisipan, FGD dilaksanakan di ruangan sekolah tempat anak
partisipan bersekolah. Sebelum FGD dilakukan, sesuai yang disarankan oleh Creswell 2009,
dalam Supratiknya, 2015 peneliti menyiapkan beberapa prosedur perekaman data yang dipersiapkan untuk mendukung FGD, yaitu protokol observasi, protokol
wawancara, serta prosedur perekaman data:
1. Protokol Observasi. Instrumen ini digunakan untuk mengidentifikasi reaksi-
reaksi para partisipan yang mendukung sumber data primer, yakni FGD. Instrumen ini berisi catatan peneliti sebagai moderator terhadap reaksi-reaksi
partisipan gestur, mimik, atau antusiasme, kondisi lingkungan setting waktu dan tempat dan dinamika FGD secara keseluruhan. Hasil observasi ini
nantinya akan diintegrasikan dalam data verbatim sehingga dapat menjadi data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tambahan yang melengkapi jawaban verbal partisipan. Protokol observasi dicatat oleh peneliti sebagai moderator dan didiskusikan bersama seorang
asisten moderator yang juga mengikuti jalannya FGD dan membantu dalam hal teknis pelaksanaan FGD.
2. Protokol FGD. Peneliti menyiapkan daftar pertanyaan yang didasarkan pada
rumusan masalah dan teori-teori yang digunakan peneliti, untuk membantu peneliti melakukan diskusi yang terarah dan dapat memunculkan informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti. Daftar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Protokol FGD
Pertanyaan wawancara
Pertanyaan pembuka
1. Selamat pagisiangmalam Tanta, mari kita saling berkenalan dulu. Silahkan saling bergantian menyebutkan nama, supaya
mudah untuk berkomunikasi. Pertanyaan
pendahuluan 1. Bagaimana sih rasanya mengasuh anak usia 3-5 tahun? Ada
pengalaman atau cerita yang paling berkesan? 2.
Apa saja sih harapan Tanta terhadap anak Tanta? Pertanyaan
transisi 1. Pernahkah
Tanta mendengar
istilah berpikir
kritis sebelumnya?
2. Coba ceritakan, apa saja yang Tanta tahu tentang berpikir kritis?
Pertanyaan kunci
PEMAHAMAN 1. Apabila Tanta membayangkan anak yang berpikir kritis,
dalam bayangan Tanta, itu yang seperti apa? Bisa berikan contohnya?
2. Ketika mendengar kata ‘anak yang berpikir kritis’ apa yang pertama kali muncul dalam benak Tanta?
3. Coba Tanta ceritakan, apa saja yang Tanta tahu tentang berpikir kritis pada anak.
4. Menurut Tanta, kemampuan anak apa sajaanak bisa melakukan apa, yang bisa dibilang sebagai berpikir kritis
pada anak? 5. Menurut Tanta, sifat anak apa sajaanak suka melakukan apa,
yang bisa dibilang sebagai berpikir kritis pada anak?
PENILAIAN 1. Bagaimana pendapat atau anggapan Tanta apabila melihat
anak yang berpikir kritis? atau, bila melihat anak Tanta berpikir kritis? Bisa ceritakan pengalaman Tanta?
2. Apakah yang membuat Tanta berpendapat beranggapan …. sesuai jawaban sebelumnya terhadap anak yang berpikir
kritis? Atau, mengapa Tanta berpikir bahwa … ? 3. Dari sifat-sifat dan perbuatan anak yang berpikir kritis yang
tadi sudah tanta sebutkan, yang mana saja yang tanta senang? Atau, adakah yang tanta tidak suka?
Pertanyaan penutup
1. Apakah masih ada yang ingin disampaikan tentang anak yang berpikir kritis?
3. Perekaman Data. Data utama dalam penelitian ini berupa verbatim hasil FGD
yang dipadukan dengan catatan hasil observasi untuk memperkaya hasil temuan. Data observasi ini juga akan bermanfaat untuk melihat gestur, mimik,
atau antusiasme para partisipan yang dapat menyumbangkan informasi yang bermanfaat mengenai reaksi partisipan terhadap pandangan atau pertanyaan
tertentu. Jenis data yang dikumpulkan adalah wawancara kualitatif yang direkam dengan menggunakan perekam suara, serta catatan observasi atau
catatan lapangan mengenai tingkah laku para partisipan selama diskusi berjalan. Peneliti hanya menggunakan data audio dikarenakan para partisipan
sempat menunjukkan keenganan dan rasa sungkan untuk direkam menggunakan perekam video, sehingga dikhawatirkan dapat memengaruhi
keleluasaan partisipan dalam mengungkapkan pandangannya.
F. Analisis dan Interpretasi Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi kualitatif AIK, yang dilakukan dengan cara menafsirkan data secara subjektif melalui proses
klasifikasi yang sistematis dan pengidentifikasian aneka tema atau pola Hsieh Shannon, 2005, dalam Supratiknya, 2015. Dengan analisis isi kualitatif ini,
peneliti akan mengklasifikasikan data yang diperoleh ke dalam sejumlah kecil kategori yang mengungkapkan makna yang serupa, di mana tujuan klasifikasi ini
adalah untuk memperoleh deskripsi yang padat dan kaya tentang fenomena yang sedang diteliti Supratiknya, 2015.
Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif, yaitu analisis isi terarah. Dalam analisis isi deduktif, teori atau hasil penelitian sebelumnya dipakai
untuk membantu merumuskan pertanyaan penelitian, atau membantu menemukan skema awal pengodean Hsieh Shannon, 2005, dalam Supratiknya, 2015.
Transkrip FGD akan dibaca dan dikoding, di mana peneliti akan mengklasifikasikan data tersebut, mana informasi yang termasuk ke dalam
pemahaman ibu tentang berpikir kritis, yang mencakup kemampuan dan disposisi, serta mana yang termasuk penilaian, yang mencakup penilaian positif maupun
negatif. Jika ada data yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kode-kode tersebut, maka peneliti membaca ulang dan jika perlu menambahkan kode baru. Beberapa
kriteria yang digunakan untuk koding dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria Koding
Pemahaman Terhadap Berpikir Kritis pada Anak
Kemampuan Disposisi
a. Menginterpretasi:
mampu menafsirkan dan memaknai informasi
yang diterima. Kategori ini meliputi kemampuan
memparafrasekan dengan kata-kata sendiri atau dengan
bentuk ungkapan lain, menyebutkan, mengartikan,
memahami makna
tersirat maupun tersurat dari suatu pernyataan,
mendeskripsikan dan
mendefinisikan suatu
hal, mengelompokkanmengkategorisasi.
b. Menganalisis:
mampu menguraikan suatu pernyataan atau
argumen menjadi bagian-bagian dan menelaah bagian itu sendiri dan
relasi-relasinya. Kategori ini meliputi kemampuan
untuk menelaah,
mengidentifikasi bagian-bagian,
membandingkan usulan-usulan yang saling terkait, menemukan kaitan
antara satu konsep dengan yang lain, menentukan fokus utama atau sudut
pandang suatu pernyataan.
a. Kecenderungan berpikir yang tidak
berat sebelah:
bersikap objektif
dan terbuka
terhadap pandangan yang berbeda. Kategori
ini meliputi kecenderungan untuk berpikiran terbuka, berpikiran luas
dan divergen, toleran, menghargai, mau mempertimbangkan pandangan
serta sudut pandang yang berbeda, fleksibel, peka terhadap bias, mau
mengubah pandangan dan pendirian bila bukti atau hasil penalaran
berlawanan dengan
apa yang
diyakini sebelumnya bahkan jika tidak
mendukung kepentingan
pribadinya, fleksibel, objektif dan tidak berat sebelah, jujur secara
intelektual.
b. Ingin tahu: sikap ingin tahu dan
ingin berpengetahuan luas. Kategori ini meliputi kecenderungan untuk
selalu bertanya,
ingin tahu
bagaimana hal-hal
bekerja, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Mengevaluasi:
mampu membandingkan suatu argumen atau
klaim dengan standar dan kriteria tertentu terkait dengan kualitas dan
kekuatan logisnya. Kategori ini meliputi
kemampuan untuk
mengukur, menilai apakah suatu pernyataan
dapat diterima,
memastikan, menuntut adanya bukti, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
menyatakan kesetujuan
atau ketidaksetujuan,
menunjukkan keragu-raguan, dll.
d. Melakukan inferensi: mampu
menemukan pola-pola
serta membentuk kesimpulan, alternatif-
alternatif, prediksi, dan hipotesis dari informasi yang ada. Kategori ini
meliputi kemampuan untuk menarik kesimpulan, menentukan pola sebab-
akibat, memprediksi, mengungkapkan dugaan, berasumsi, memperkirakan
alternatif-alternatif, dll.
e. Mengeksplanasi:
mampu menyampaikan dan menjelaskan hasil
penalaran beserta proses penalaran yang dilakukan. Kategori ini meliputi
kemampuan untuk
berargumen, menjelaskan secara lisan maupun
tertulis, menjelaskan langkah demi langkah penalarannya, menjelaskan
penasaran terhadap hal-hal baru, mencari alasan atau penyebab dari
suatu hal, ingin mempelajari sesuatu bahkan
jika penerapannya
dan manfaatnya tidak terlihat langsung,
tidak mau berhenti dan tidak cepat puas
dengan informasi
atau pengetahuan
yang terbatas,
keinginan untuk
berpengetahuan luas.
c. Kecenderungan
untuk menggunakan
penalaran:
cenderung bersandar pada bukti dan penalaran. Kategori ini meliputi
kecenderungan untuk tidak mudah percaya tanpa bukti, senang menalar,
menggunakan logika
ketimbang pengambilan keputusan tanpa dasar,
tanggap terhadap
situasi yang
membutuhkan penalaran,
yakin terhadap penalarannya, menghargai
penalaran dan hasil penalaran yang baik,
menggunakan dan
menyebutkan sumber-sumber yang kredibel, mencari informasi seakurat
mungkin, tetap bersandar pada alasan
dan penalaran
ketika melakukan penilaian dalam konteks
yang tidak pasti.
d. Pemikiran yang sistematis:
memiliki alur
berpikir yang
dengan bukti dan data-data yang mendukung, dll.
f. Melakukan swa-regulasi: mampu
memantau proses penalaran yang dilakukan. Kategori ini meliputi
kemampuan untuk merefleksikan, memeriksa kembali, mengkonfirmasi,
mengklarifikasi, menyadari bias, dan mengoreksi penalaran diri sendiri.
terorganisir dan teratur. Kategori ini meliputi kecenderungan untuk fokus
dan berusaha untuk tetap menaruh perhatian pada topik penyelidikan
atau pemecahan
masalah yang
sedang dilakukan, tekun, persisten dan tidak mudah menyerah, dan
memiliki cara-cara tertentu yang tersistematis dan teratur dalam hal
penyelidikan ataupun pemecahan masalah,
tetap memperhatikan
situasi keseluruhan atau gambaran besar dari suatu hal atau masalah.
Penilaian terhadap Berpikir Kritis pada Anak Penilaian positif
Penilaian negatif
Partisipan memandang anak yang berpikir kritis baik disposisi maupun
kemampuan secara positif, di mana partisipan memiliki pandangan bahwa
berpikir kritis adalah hal yang baik, serta
menunjukkan emosi
dan tanggapan yang positif ketika anaknya
berpikir kritis. Partisipan memandang anak yang
berpikir kritis
baik disposisi
maupun kemampuan secara negatif, di
mana partisipan
memiliki pandangan bahwa berpikir kritis
adalah hal yang tidak baik atau menunjukkan emosi dan tanggapan
negatif ketika anaknya berpikir kritis.
G. Kredibilitas Penelitian