Disposisi berpikir kritis Komponen-komponen Berpikir Kritis

memprediksi, mengungkapkan dugaan, berasumsi, memperkirakan alternatif- alternatif terhadap suatu masalah, dan sebagainya. 5 Mengeksplanasi. Kemampuan mengeksplanasi atau menjelaskan adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan dan menjelaskan hasil penalaran beserta proses penalaran yang dilakukan Facione, 1990. Contohnya adalah ketika seseorang menyampaikan argumen atau pendapatnya, menjelaskan suatu hal baik secara lisan maupun tertulis, menjelaskan langkah demi langkah penalarannya, menjelaskan dengan bukti dan data-data yang mendukung, dan sebagainya. 6 Melakukan swa-regulasi. Kemampuan melakukan swa-regulasi adalah kemampuan untuk memantau proses penalaran yang dilakukan diri sendiri. Hasil konsensus para ahli yang diperoleh melalui teknik Delphi mengartikan swa- regulasi sebagai kemampuan memantau aktivitas kognitif diri sendiri beserta hasil penalaran dan elemen-elemen yang digunakan dalam aktivitas tersebut, yang mencakup pemeriksaan diri dan koreksi diri Facione, 1990. Contohnya adalah ketika seseorang mampu merefleksikan pemikirannya sendiri, memeriksa kembali bukti-bukti dan langkah-langkah yang digunakannya, menyadari bias yang mungkin dimiliki, dan mengoreksi penalaran diri sendiri apabila ditemukan kesalahan dari hasil pemeriksaan diri tersebut.

b. Disposisi berpikir kritis

Disposisi berpikir kritis adalah motivasi internal yang konsisten untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis dalam rangka menentukan apa yang akan dipercaya atau dilakukan Facione, Facione Giancarlo, 2000. Menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI para ahli di bidang berpikir kritis, disposisi berpikir kritis atau komponen afektif dibutuhkan untuk membuat kemampuan berpikir kritis semakin mengakar dan bertumbuh dalam individu Facione, 1990. Terdapat beberapa disposisi berpikir kritis yang telah diungkapkan para ahli Facione, 1990; Lai, 2011; Kennedy, Fisher, Ennis, 1991; Bailin et al., 1999 yang dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok besar yaitu kecenderungan berpikir yang tidak berat sebelah, sikap ingin tahu, kecenderungan untuk menggunakan penalaran, serta kecenderungan berpikir yang sistematis. Masing-masing kategori tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1 Fair-mindedness atau kecenderungan berpikir yang tidak berat sebelah. Disposisi ini menunjukkan kecenderungan untuk bersikap objektif dan terbuka terhadap pandangan-pandangan yang berbeda. Kategori ini mencakup berpikiran terbuka, berpikiran luas dan divergen, toleran, menghargai, dan mau mempertimbangkan pandangan serta sudut pandang yang berbeda. Individu yang memiliki disposisi ini juga cenderung fleksibel, peka terhadap bias, mau mengubah pandangan dan pendirian bila bukti atau hasil penalaran berlawanan dengan apa yang diyakini sebelumnya bahkan jika tidak mendukung kepentingan pribadinya, serta jujur secara intelektual. Dengan kata lain, ia dapat dikatakan bersikap objektif dan tidak berat sebelah dalam melakukan penyelidikan atau dalam menanggapi suatu informasi. 2 Inquiring Attitude atau sikap ingin tahu. Disposisi ini mencakup keinginan untuk berpengetahuan luas, sikap selalu bertanya, dan ingin tahu bagaimana hal-hal bekerja. Individu yang memiliki sikap ingin tahu ini selalu penasaran terhadap hal-hal baru, mencari alasan atau penyebab dari suatu hal, ingin mempelajari sesuatu bahkan jika penerapannya dan manfaatnya tidak terlihat langsung. Individu tersebut juga tidak cepat puas dengan informasi atau pengetahuan yang terbatas. 3 Inclination to use reason atau kecenderungan untuk menggunakan penalaran. Kategori ini mencakup disposisi untuk tidak mudah percaya tanpa bukti, senang menalar, cenderung menggunakan logika ketimbang pengambilan keputusan tanpa dasar, serta tanggap terhadap situasi yang membutuhkan penalaran. Individu dengan disposisi ini juga memiliki keyakinan terhadap penalarannya, menghargai penalaran dan hasil penalaran yang baik, menggunakan dan menyebutkan sumber-sumber yang kredibel. Ia akan mencari informasi seakurat mungkin, serta tetap bersandar pada alasan dan penalaran ketika melakukan penilaian dalam konteks yang tidak pasti. 4 Systematicity atau kecenderungan berpikir yang sistematis. Disposisi ini merupakan kecenderungan untuk memiliki alur berpikir yang terorganisir dan teratur. Hal ini terlihat dari kecenderungan untuk fokus dan tetap menaruh perhatian pada isu dan topik yang sedang diselidiki atau masalah yang sedang dipecahkan, tekun, persisten dan tidak mudah menyerah, dan memiliki cara-cara tertentu yang tersistematis dan teratur dalam hal penyelidikan ataupun pemecahan masalah. Individu tersebut juga akan tetap memperhatikan situasi keseluruhan atau gambaran besar dari suatu hal atau masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Berpikir Kritis Pada Anak