kemampuan berpikir kritis, seseorang belum tentu berkeinginan untuk berpikir kritis, sedangkan hanya memiliki disposisi pun tidak cukup, karena walaupun
berkeinginan, individu tersebut tidak akan tahu cara berpikir kritis Nieto Saiz, 2011.
a. Kemampuan berpikir kritis
Dalam review yang dilakukan oleh Lai 2011 diungkapkan bahwa terdapat banyak pendapat ahli mengenai kemampuan berpikir kritis. Para ahli
cenderung sependapat tentang kategori-kategori kemampuan apa saja yang dimiliki orang yang berpikir kritis, yang meliputi kemampuan menganalisis,
melakukan inferensi, menilai, membuat keputusan atau menyelesaikan masalah, kemampuan mengajukan dan menjawab pertanyaan untuk mengklarifikasi,
mendefinisikan istilah-istilah, mengidentifikasi asumsi-asumsi, menginterpretasi dan menjelaskan, mengungkapkan penalaran secara verbal, memprediksi, dan
melihat kedua sisi dari suatu masalah Ennis, 1985; Facione, 1990; Halpern, 1998; Paul, 1992; Willingham, 2007; Case, 2005; Lipman, 1988; Tindal Nolet, 1995;
Paul, 1992, dalam Lai, 2011. Penelitian dengan teknik Delphi pada tahun 1988 sampai 1989 yang melibatkan 46 ahli di bidang berpikir kritis telah
mengkategorikan kemampuan-kemampuan tersebut menjadi 6 kelompok kemampuan, yaitu kemampuan menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi,
melakukan inferensi, mengeksplanasi, dan melakukan swa-regulasi Facione, 1990. Keenam kategori inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini, karena
pengelompokan kategori yang komprehensif dan banyak digunakan oleh kebanyakan jurnal yang membahas tentang berpikir kritis. Bahkan kategori ini
digunakan untuk membuat alat tes dalam hal kemampuan berpikir kritis Facione, 2013. Kemampuan-kemampuan ini pada hakikatnya merupakan proses-proses
kognitif yang dijelaskan dalam taksonomi Bloom Anderson Krathwohl, 2000. Namun dalam taksonomi Bloom, kategori-kategori ini diterapkan dalam berbagai
konteks yang bersifat umum, sedangkan dalam teori berpikir kritis hanya dikhususkan pada argumen, klaim, pemikiran dan bentuk representasi lainnya.
Keenam kategori ini dijelaskan sebagai berikut:
1 Menginterpretasi. Secara umum kemampuan ini diartikan sebagai
kemampuan untuk menafsirkan dan memaknai informasi yang diterima. Menginterpretasi berarti mengubah dari suatu bentuk representasi ke dalam
bentuk representasi lain Anderson Krathwohl, 2000. Kemampuan ini juga mencakup kemampuan seseorang untuk memahami dan mengungkapkan arti atau
signifikansi dari suatu hal, dengan mendeskripsikan dan mendefinisikan suatu hal, menyebutkan, mengartikan, memahami makna tersirat maupun tersurat dari suatu
pernyataan, mengelompokkan suatu hal dalam suatu kategori tertentu, serta memparafrasekan suatu informasi dengan kata-kata sendiri atau dengan bentuk
ungkapan lain Facione, 1990. Kemampuan menginterpretasi ini berbeda dari sekadar mengerti dan memahami suatu hal, di mana terdapat penekanan pada
aktivitas memaknai atau menafsirkan suatu hal berdasarkan pemahaman atau skema tertentu yang dimiliki seseorang.
2 Menganalisis. Kemampuan ini melibatkan aktivitas mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan, argumen-argumen, ide-ide, serta elemen-elemen yang tersirat maupun tersurat dalam suatu pernyataan atau argumen dan
menguraikan serta menganalisis elemen-elemen tersebut Facione, 1990. Hal ini sejalan dengan pengertian menganalisis secara umum, yaitu menguraikan suatu
hal menjadi bagian-bagian dan menelaah bagian itu sendiri dan relasi-relasinya Anderson Krathwohl, 2000. Misalnya, mampu mengidentifikasi pernyataan-
pernyataan yang mendukung atau menentang suatu opini penulis dalam suatu paragraf, mencermati usulan-usulan terkait suatu masalah dan menelaah
persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaannya, atau menentukan mana yang menjadi kesimpulan utama, klaim-klaim pendukung, atau elemen-elemen
lain dalam suatu argumen Facione, 1990.
3 Mengevaluasi. Mengevaluasi berarti membuat penilaian berdasarkan
kriteria dan standar tertentu Anderson Krathwohl, 2000. Standar dan kriteria yang dimaksud di sini adalah kualitas dan kredibilitas atau seberapa suatu
pernyataan atau argumen dapat dipercaya, serta kekuatan logis yang dimilikinya Facione, 1990. Dalam berpikir kritis, objek yang dinilai dan dievaluasi dapat
berupa klaim, argumen, pernyataan-pernyataan, atau bentuk representasi dari persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, keyakinan, atau opini seseorang.
4 Melakukan inferensi. Kemampuan melakukan inferensi adalah
kemampuan untuk menarik kesimpulan, alternatif-alternatif, prediksi, dan hipotesis dari informasi yang ada Facione, 1990. Dalam melakukan inferensi,
seseorang harus dapat menemukan pola-pola dari serangkaian data atau informasi yang tersedia Anderson Krathwohl, 2000. Inferensi mencakup kemampuan
untuk menarik kesimpulan yang beralasan, menentukan pola sebab-akibat, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memprediksi, mengungkapkan dugaan, berasumsi, memperkirakan alternatif- alternatif terhadap suatu masalah, dan sebagainya.
5 Mengeksplanasi. Kemampuan mengeksplanasi atau menjelaskan
adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan dan menjelaskan hasil penalaran beserta proses penalaran yang dilakukan Facione, 1990. Contohnya
adalah ketika seseorang menyampaikan argumen atau pendapatnya, menjelaskan suatu hal baik secara lisan maupun tertulis, menjelaskan langkah demi langkah
penalarannya, menjelaskan dengan bukti dan data-data yang mendukung, dan sebagainya.
6 Melakukan swa-regulasi. Kemampuan melakukan swa-regulasi adalah
kemampuan untuk memantau proses penalaran yang dilakukan diri sendiri. Hasil konsensus para ahli yang diperoleh melalui teknik Delphi mengartikan swa-
regulasi sebagai kemampuan memantau aktivitas kognitif diri sendiri beserta hasil penalaran dan elemen-elemen yang digunakan dalam aktivitas tersebut, yang
mencakup pemeriksaan diri dan koreksi diri Facione, 1990. Contohnya adalah ketika seseorang mampu merefleksikan pemikirannya sendiri, memeriksa kembali
bukti-bukti dan langkah-langkah yang digunakannya, menyadari bias yang mungkin dimiliki, dan mengoreksi penalaran diri sendiri apabila ditemukan
kesalahan dari hasil pemeriksaan diri tersebut.
b. Disposisi berpikir kritis