2.1.1.3 Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan maka Kemendiknas 2011 telah mengidentifikasi 25 nilai yang
bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu
1 kereligiusan, 2 kejujuran, 3 kecerdasan, 4 tanggung jawab, 5 kebersihan dan kesehatan, 6 kedisiplinan, 7 tolong-menolong, 8 berfikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif, 9 kesantunan, 10 ketangguhan, 11 kedemokratisan, 12 kemandirian, 13 keberanian mengambil resiko, 14 berorientasi pada tindakan,
15 berjiwa kepemimpinan, 16 kerja keras, 17 percaya diri, 18 keingintahuan, 19 cinta ilmu, 20 kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, 21
kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, 22 menghargai karya dan prestasi orang lain, 23 kepedulian terhadap lingkungan, 24 nasionalisme, dan 25 menghargai
keberagaman.
Menurut Koesoema 2011:124, nilai-nilai yang ditanamkan dapat berupa nilai yang bersifat individual personal maupun yang lebih sosial. Nilai yang
bersifat individual personal adalah tanggung jawab, kemurahan hati, penghargaan diri, kejujuran, pengendalian diri, bela rasa, disiplin, daya tahan, percaya diri, dan
rasa terimakasih. Nilai yang bersifat lebih sosial adalah tanggung jawab, kewarganegaraan, kerjasama, keadilan, dan kesediaan mendengarkan. Tanggung
jawab termasuk ke dalam nilai karakter yang bersifat individual personal dan individual sosial karena tanggung jawab bisa terhadap diri sendiri maupun orang
lain. Dalam penelitian ini, nilai karakter yang akan dikembangkan adalah jujur,
tanggung jawab, dan kerjasama. Berikut ini akan diuraikan pengertian dari tiga
karakter yang akan dikembangkan. Menurut Raka 2011:108, kejujuran tidak
hanya mencakup pengertian tidak berbohong atau berkata benar, tetapi juga tindakan tidak mengambil yang tidak menjadi haknya. Menurut Asmani 2012:36-
37, kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Hal ini diwujudkan dalam hal
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain. Secara lebih luas Hidayatullah 2010:83, mengungkapkan bahwa kejujuran
adalah suatu sifatkebiasaan dimana seseorang memperoleh kepercayaan dengan melaporkan fakta yang benar, tidak bohong, lurus hati, tidak khianat, dan selalu
melakukan yang benar. Berdasarkan pemaparan pengertian kejujuran di atas, maka peneliti merumuskan aspek penilaian jujur yaitu dapat dipercaya dalam
pekerjaan dan dapat dipercaya dalam perkataan. Menurut Wibowo 2012:104, tanggung jawab adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya,
Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Secara lebih luas Hidayatullah 2010:87 mengungkapkan bahwa tanggung jawab adalah kemampuan memahami dan
melakukan apa yang sepatutnya dilakukan, kondisi yang mana menjadi tolak ukur terhadap seseorang, kemampuan untuk mengambil keputusan yang rasional dan
bermoral, kemampuan untuk dipercaya. Berdasarkan pemaparan pengertian tanggung jawab di atas, maka peneliti merumuskan aspek penilaian tanggung
jawab yaitu mengerjakan tugas sesuai perintah dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
Menurut Johnson dkk dalam Colaborative Learning, 2012:28, kerjasama adalah upaya umum manusia yang secara simultan mempengaruhi berbagai
keluaran instruksional. Menurut Slavin dalam Cooperative, 2005:4, kerjasama adalah dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Para siswa saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Menurut Johnson dkk 2012:8-10, ada lima komponen kerjasama yaitu: 1
Interdependensi Positif Setiap anggota kelompok memandang bahwa mereka terhubung antara
satu sama lain. Siswa harus menyadari bahwa usaha dari setiap anggota kelompok akan bermanfaat bukan hanya bagi individu yang bersangkutan,
tetapi juga bagi semua anggota kelompok. 2
Interaksi yang Mendorong Siswa saling membantu, mendukung, menyemangati, dan menghargai
usaha satu sama lain untuk belajar. 3
Tanggung Jawab Individual Siswa belajar bersama-sama supaya mereka dapat menunjukkan performa
yang lebih baik sebagai individu. Tanggung jawab individual memastikan bahwa semua anggota kelompok tahu siapa saja yang membutuhkan
bantuan, dukungan, dan dorongan yang lebih besar untuk menyelesaikan tugas dan menyadari bahwa
mereka tidak bisa hanya “menyontek” hasil kerja siswa lain begitu saja.
4 Kemampuan Interpersonal dan Kelompok kecil
Siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran dan kemampuan personal yang dibutuhkan agar dapat berfungsi sebagai sebuah tim. Kemampuan
yang dimaksud
seperti kepemimpinan,
pengambilan keputusan,
membangun kepercayaan, komunikasi, dan manajemen konflik. 5
Pemprosesan Kelompok Anggota kelompok berdiskusi seberapa baik mereka telah mencapai tujuan
dan seberapa baik mereka memelihara hubungan yang efektif. Kelompok perlu menggambarkan anggota manakah yang telah sangat membantu atau
tidak membantu. Berdasarkan pemaparan komponen kerjasama di atas, maka peneliti merumuskan
aspek penilaian kerjasama, yaitu 1 interdependensi, 2 interaksi yang mendorong, 3 tanggung jawab individual, 4 kemampuan interpersonal, dan 5 pemprosesan
kelompok.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD