Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

85 yang diperoleh kelompok berkisar pada skor 70-84. Skor tertinggi adalah 83,3 dan skor terendah adalah 78,3 dengan skor rata-rata kelas yaitu 81,3.

C. Pembahasan

1. Peningkatan Prestasi Belajar Aspek Kognitif Peningkatan prestasi belajar aspek kognitif pada sub bab sistem pernapasan manusia dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT diukur melalui peningkatan nilai post test siklus I dan post test siklus II. Berdasarkan indikator pencapaian peningkatan prestasi belajar, yaitu 43 siswa atau 80 siswa mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 74. Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT nilai rata-rata pada pre test masih rendah bahkan tidak ada siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan, artinya 46 siswa yang hadir pada saat pre test , belum tuntas belajar atau nilainya 74. Nilai rata-rata kelas adalah 41 dengan ketuntasan klasikal 0. Hal tersebut disebabkan karena siswa belum mempelajari materi sistem pernapasan manusia secara detail. Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT siklus I, nilai post test mengalami peningkatan. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 24 siswa dan 30 siswa masih belum tuntas. Nilai rata-rata kelas adalah 65,7 dan presentase ketuntasan klasikal 44,4 . Pencapaian tersebut belum memenuhi target dan KKM yang ditetapkan yaitu 70 atau 38 siswa yang tuntas, oleh kerena itu dilaksanakan siklus II untuk memenuhi target yang diharapkan. 86 Nilai post test siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai post test siklus I. Siswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 44 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 10 siswa. Nilai rata-rata siswa adalah 74,6 dengan presentase ketuntasan klasikal yaitu 81,5. Pencapaian tersebut telah memenuhi target yang ingin dicapai sehingga tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul pada susb sistem pernapasan manusia, selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan gambar 4.7, hasil perbandingan nilai rata-rata siswa post test siklus I dan post test siklus II mengalami peningkatan. Nilai rata-rata post test siklus I adalah 65,7 kemudian mengalami peningkatan pada post test siklus II sebesar 8,9 menjadi 74,6. Prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang dicapai pada tahun ajaran 20112012 yaitu 65,4 60 62 64 66 68 70 72 74 76 65,7 74,6 87 meningkat menjadi pada 74,6 pada tahun ajaran 20122013. Peningkatan yang nilai rata-rata adalah sebesar 9,2 poin. Berdasarkan hasil tersebut, penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT untuk meningkatkan prestasi belajar siswa telah mencapai target yang diharapkan yaitu 43 siswa atau 80 telah mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Beberapa siswa belum tuntas belajar dan bahkan ada yang mengalami penurunan prestasi belajar pada siklus I, hal tersebut dikarenakan siswa tersebut beberapa kali tidak hadir pada beberapa pertemuan, materi pembelajaran pada siklus II cukup banyak dan cukup rumit, dan siswa tidak bersemangat untuk menyelesaikan soal post test dengan baik dan benar. Akan tetapi secara umum nilai rata-rata siswa telah mencapai KKM dan ketuntasan klasikal telah mencapai hasil yang ditargetkan. Pencapaian prestasi belajar yang terus meningkat pada setiap tes terjadi karena siswa diajak untuk lebih aktif dalam bertanya, mengemukakan pendapat, melaksanakan permainan akademik, menyelesaikan LKS, waktu untuk berdiskusi dengan kelompok, dan kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu seperti yang dijabarkan pada bab II yaitu faktor internal siswa yang meliputi kemampuan intelektual siswa, minat, bakat, motivasi berprestasi, dan konsep diri. Selain faktor internal, faktor eksternal seperti penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran, kemauan siswa untuk membuat ringkasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting, dan keinginan siswa untuk belajar dari berbagai sumber Akbar dan Hawadi, 2001. Hal tersebut diperkuat oleh review Newman dan Thompson dalam Huda 2012 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak sekedar 88 menekankan bagaimana siswa lebih mudah memahami informasi yang sulit dipelajari dalam materi-materi pelajaran tertentu, tetapi juga menekankan pencapaian siswa yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut Newman dan Thompson dalam Huda 2012 dari lima metode pembelajaran yang diteliti, metode TGT 75 menempati urutan kedua setelah metode STAD 89 yang menunjukkan kesuksesan dalam memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan prestasi siswa. 2. Peningkatan Motivasi Siswa Aspek Afektif Peningkatan aspek afektif dapat dilihat dari peningkatan motivasi siswa pada setiap akhir siklus pembelajaran. Peningkatan aspek afektif dapat dilihat berdasarkan hasil observasi dan hasil angket. Data utama dalam penilaian aspek afektif adalah hasil angket yang diisi oleh siswa pada setiap akhir siklus pembelajaran, sedangkan hasil observasi digunakan sebagai data pendukung penilaian aspek afektif. a. Hasil Angket Pengukuran peningkatan motivasi siswa di ukur secara individu yaitu melalui angket yang diisi oleh setiap siswa pada setiap akhir siklus. Indikator yang digunakan yaitu perhatian, relevansi, keyakinan diri, dan kepuasan. Berdasarkan indikator ketercapaian peningkatan motivasi siswa yaitu 70 siswa termotivasi sesuai dengan yang ditargetkan peneliti. Pencapaian target pada penilaian motivasi siswa aspek afektif, dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengalami peningkatan pada kategori motivasi. Hasil angket yang telah diisi oleh siswa dapat dilihat pada gambar 4.8. 89 Gambar 4.8. Grafik Afektif Siswa Dari gambar di atas, jumlah siswa yang termasuk dalam kategori motivasi baik sekali mengalami peningkatan pada siklus II yang semula pada siklus I berjumalah 22 siswa menjadi 31 siswa, artinya jumlah siswa yang termotivasi mengalami penurunan pada siklus II yang semula pada siklus I sebanyak 31 siswa menjadi 22 siswa, dan satu siswa lainnya termasuk pada kategori motivasi cukup pada siklis I dan siklus II. Selanjutnya tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori motivasi kurang dan kurang sekali. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT pada sub bab sistem pernapasan manusia terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul. Peningkatan motivasi siswa kelas XI IPA SMA Kristesten Waibakul pada sub sistem pernapasan manusia , selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut ini. 5 10 15 20 25 30 35 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal Siklus I Siklus II 33 1 33 22 1 22 90 Gambar 4.9. Grafik Peningkatan Motivasi Siswa Berdasarkan Hasil Angket dari Siklus I ke Siklus II Berdasarkan gambar 4.9, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan motivasi siswa dari siklus I ke siklus II. Setelah penerapan model pembelajaran dengan metode TGT skor rata-rata yang diperoleh pada sikus I telah mencapai target yaitu 83,5 dan dengan presentase 88,9 siswa termotivasi. Skor rata-rata siswa mengalami peningkatan pada siklus II yaitu menjadi 84,9 dengan presentase 96,3 siswa termotivasi. Pencapaian tersebut telah mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 70 siswa termotivasi dengan nilai rata-rata ≥ 75. Selama proses pembelajaran siswa semakin termotivasi karena siswa merasa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat kepada sesama teman, sehingga siswa yang pada awalnya diam atau pasif akan dapat mengungkapkan pendapat pada saat diskusi berlangsung dan 84.00 86.00 88.00 90.00 92.00 94.00 96.00 98.00 M ot ivasi kelas Siklus I Siklus II 88,9 96,3 91 juga pada saat mempresentasikan hasil diskusi. Selain itu, dalam permainan akademik siswa sangat antusias untuk menyelesaikan dengan berlomba memperoleh skor yang lebih tinggi dibandingkan rekan kelompok lainnya Peningkatan motivasi belajar siswa, tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung selama proses pembelajaran berlangsung seperti cita-cita siswa itu sendri, kemampuan siswa alam pembelajaran, kondisi pada saat pembelajaran, kondisi lingkungan pembelajaran unsur-unsur dinamais belajar, dan upaya guru dalam membelajarkan pembelajar Ali Imron,1996 dalam Siregar dan Nara 2011. Selain faktor-faktor tersebut, penggunaan metode pembelajaraan kooperatif dengan metode TGT merupakan faktor penting yang tidak dapat terlepas dari pembelajaran yang menyebabkan terjadinya peningkatan motivasi siswa dari siklus I ke siklus II. b. Hasil Observasi Pada hasil observasi kelompok yang dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung berdasarkan indikator perhatian, relevansi, keyakinan diri, dan kepuasan. Hasil penelitian ini berfokus pada peningkatan motivasi belajar siswa secara kelompok. Hasil observasi yang dilakukan oleh observer selama pelaksanaan siklus I dan siklus II telah memenuhi target yang telah ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 70 siswa termotivasi dengan skor rata-rata 75. 92 Tabel 4.10 : Perbandingan Motivasi Belajar Kelompok Setelah Mengikuti Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode TGT Pada Sub Bab Sistem Pernapasan Manusia NO Kelompok ke- Skor rata-rata siklus I Skor rata-rata siklus II 1 1 76,7 78,3 2 2 76,7 79,2 3 3 76,7 80,9 4 4 75,9 80 5 5 76,7 82,5 6 6 75,9 84,2 7 7 77,5 82,5 8 8 76,7 80,9 9 9 77,5 83,3 Berdasarkan tabel 4.10, diketahui bahwa motivasi belajar kelompok siswa baik dalam mengerjakan LKS maupun saat pembahasan LKS, mengalami peningkatan yang bervariasi dari siklus I ke siklus II. Akan tetapi, skor yang diperoleh kelompok pada siklus I adalah hampir homogen dimana tidak terdapat perbedaan skor pada kelompok 1, 2, 3, 5, dan kelompok 8 dan rentang skor dengan kelompok lainnya tidak terlampau tinggi. Hal ini disebabkan oleh faktor siswa yang masih belum terbiasa dengan peneliti yang pada saat itu bertindak sebagai guru dan kegiatan yang dilakukan oleh setiap siswa dalam setiap kelompok rata-rata adalah sama. Peningkatan motivasi kelompok berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada gambar 4.10 berikut ini. 93 G a m b a r 4 . 1 . G r a f Gambar 4.10: Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Motivasi Kelompok Berdasarkan Hasil Observasi dari Siklus I ke Siklus II Berdasarkan gambar 4.10, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar oleh setiap kelompok dari siklus I ke siklus II. Meskipun skor setiap kelompok mengalami peningkatan, kategori motivasi setiap kelompok tetap pada kategori motivasi baik dan 100 kelompok termotivasi dalam belajar baik pada siklus I maupun pada siklus II. Gambar di atas, menunjukkan adanya peningkatan motivasi setiap kelompok diskusi baik dari kelompok 1 hingga kelompok 9. Peningkatan tersebut bervariasi misalnya kelompok 1 memiliki skor 76,7 pada siklus I meningkat menjadi 78, 3 pada siklus II artinya terjadi peningkatan sebanyak 1,6 poin yang merupakan peningkatan motivasi terkecil. Berbanding terbalik dengan kelompok 6 yang mengalami peningkatan cukup besar yaitu memperoleh skor 75,9 pada siklus I dan 84,2 pada siklus II, artinya kelompok 6 mengalami peningkatan skor sebesar 8,3 poin yang merupakan peningkatan motivasi terbesar diantara kelompok lainnya. 70 72 74 76 78 80 82 84 86 Siklus I Siklus II 94 Kelompok diskusi lainnya juga mengalami peningkatan skor motivasi belajar dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok diskusi merespon baik pembelajaran materi sub bab sistem pernapasan manusia. Respon positif yang ditunjukkan oleh siswa adalah siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh Guru, siswa bertanya ketika menemukan hal yang tidak dipahami, siswa berani menjawab pertanyaan yang sampaikan oleh Guru maupun pertanyaan dari rekan siswa itu sendiri, mencatat hal-hal yang dianggap penting dan beberapa siswa bahkan menginginkan adanya metode pembelajaran koopertaif dengan metode TGT pada pembelajaran selanjutnya. Selain itu, siswa juga menunjukkan sikap saling menghargai satu sama lain saat berdiskusi. Berdasarkan hasil angket dan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul memiliki respon positif terhadap pembelajaran materi sub bab sistem pernapasan manusia dengan menggunakan metode TGT. Hal ini apat dilahat dari adanya peningkatan skor motivasi pada setiap kelompok diskusi dan peningkatan presentase siswa yang termotivasi dari siklus I ke siklus II. Pada penelitian ini, peningkatan motivasi siswa pada setiap siklus seiring dengan peningkatan prestasi belajar setiap siklus. Hal ini diperkuat dengan pendapat Djamarah 2011 yang menyatakan bahwa dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu di jadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. 95 Kehendak atau keinginan seseorang untuk berhasil dalam kehidupannya dalam melakuan sesuatu tugas atau pekerjaan, motif untuk memperoleh kesempurnaan disebut motif berprestasi. Motif semacam itu merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia yang berasal dari dalam diri manusia yang bersangkutan Uno, 2008. Demikian pula yang terjadi pada siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul yang dapat dismpulkan memiliki motivasi berprestasi terbukti bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar pada setiap siklus. Pada penelitain ini, peneliti bertindak sebagai guru. Kondisi ini juga memberikan pengaruh bagi siswa dimana siswa diperhadapkan dengan suatu kondisi yang baru bagi mereka, sehingga memberikan pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa. Apabila dalam penelitian ini, guru mata pelajaran biologi kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul sendiri yang melakukan pengajaran, maka diharapkan juga terjadi peningkatan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa. Pada metode pembelajaran TGT, terjadi interaksi turnamen berupa permainan akademik yang dilakukan oleh siswa. Dalam permainan akademik, siswa yang memiliki kemampuan akademik sama akan saling berlomba untuk mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan berlomba dengan siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi pula, siswa yang memiliki kemampuan akademik sedang akan berlomba dengan siswa yang memiliki kemampuan akademik sedang, siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah akan berlomba dengan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah. Oleh karena itu, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi 96 yang terbaik di meja turnamennya. Hal ini memotivasi siswa dalam belajar sehingga berpengaruh juga pada prestasi belajar siswa. Adanya permainan akademik pada proses pembelajaran, menjadikan suasana pembelajaran menarik perhatian siswa, sehingga siswa juga aktif dalam proses pembelajaran. 97

BAB V PENUTUP

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas Iv Sd Negeri 02 Brujul Kecamatan

0 1 15

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia.

0 1 246

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan dengan metode Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul pada sub bab sistem pernapasan manusia

0 1 239

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMAK STELLA MARIS SURABAYA KELAS XI IPA 2 PADA POKOK BAHASAN IMPULS, MOMENTUM, DAN TUMBUKAN

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

0 0 12