Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan dengan metode Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul pada sub bab sistem pernapasan manusia.

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA KRISTEN WAIBAKUL PADA SUB BAB SISTEM

PERNAPASAN MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh:

ANDRIANI RAMBU ANAJAWA NIM : 091434051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

TUHAN YESUS KRISTUS yang luar biasa

m encur ahkan ber kat kepada penyusun unt uk

m enyelesaikan set iap t anggung jaw ab dan kuat

dalam m enghadapi set iap t ant angan

BAPAK DAN M AMA

t er im a kasih unt uk cint a dan kasih yang t ulus

t anpa pam r ih

kuper sem bahkan hidupku unt uk m enyenangkan

kalian


(5)

v

MOTTO

KAREN A M ASA D EPAN SUN GGUH AD A, D AN H ARAPAN M U TI D AK AKAN H I LAN G


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul dengan menggunakan metode Team Games Tournament (TGT) pada sub bab sistem pernapasan manusia. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus yang didesain menggunakan model Kemmis dan Sanford. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul berjumlah 54 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan teknik tes, angket, teknik observasi, dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan deskriptif kualitatif dan kuntitatif.

Setelah diterapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TGT, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata dan presentase aspek kognitif siswa. Sebelum tindakan pretasi belajar siswa masih rendah yaitu 0% siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas 41. Setelah diberi tindakan, presentase siswa yang tuntas belajar menjadi 44,4% dengan nilai rata-rata kelas 65,7 pada Pos Test siklus I, dan meningkat menjadi 81,5% siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas 74,6 pada Pos Test siklus II. Motivasi siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan presentase siswa yang termotivasi berdasarkan hasil angket pada siklus I yaitu 88,9% dengan skor rata-rata kelas 83,5 meningkat menjadi 96,3% dengan skor rata-rata-rata-rata 84,9 pada siklus II. Hasil observasi motivasi belajar siswa secara kelompok juga mengalami peningkatan skor pada setiap kelompok dengan presentase 100% kelompok termotivasi pada setiap siklus. Berdasarkan hal tersebut, maka terjadi peningkatan perestasi belajar dan motivasi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT.

Kata Kunci : (1) Prestasi belajar, (2) model pembelajaran kooperatif metode Team Games Tournament (TGT), sistem pernapasan manusia


(9)

ix

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the learning achievement and increasing student motivation by implementing cooperative learning method in section Team Games Tournament (TGT) human respiratory system. This study was class action research and conducted in two cycles designed using the model of Kemmis and Sanford. Subjects in thid study were students of class XI Science Waibakul Christian High School in total 54 student. Data collection techniques used in this study were test techniques, questionnaires, observation, and documentation techniques. Data analysis done was qualitative and quantitative descriptive analysis.

Once the cooperative learning method TGT applied the student achievement increased. This is indicated by an increase of the average grade and the percentage of students cognitive learning achievement. Before the achivement of student learning is still low at 0% of students who passed the study with an average value of 41 classes. After a given action, the percentage of students who pass the study reached to 44.4% with an average score of 65.7 on the posttest class first cycle, and increased to 81.5% of students who passed the study with an average grade of 74.6 on the posttest class second cycle. Motivation of students also increased from cycle I to cycle II. This is evidenced by an increase in the percentage of students who are motivated by the results of the questionnaire in the first cycle reaching 88.9% with an average score of 83.5 increasing to 96.3% with an average score of 84.9 on the second cycle. The observation of students' motivation in the group also increased in each group with a percentage of 100% at each cycle. Based on that, if can be concluded that there was an increase in student achievement and motivation after participating in the learning process by implementing the cooperative learning model TGT method.

Key word: (1) academic achievement, (2) cooperative learning methods Team Games Tournament (TGT), the human respiratory system


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada TUHAN Yang Maha Esa atas penyertaan dan cinta-NYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA KELAS XI IPA SMA KRISTEN WAIBAKUL PADA SUB BAB SISTEM PERNAPASAN MANUSIA”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi. Dalam proses penyusunan dan menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari akan keterlibatan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu membimbing penulis dengan sabar dan teliti meyusun dan menyelesaikan skripsi.

2. Ibu Luisa Diana Handoyo S. Si., M.Si., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu membimbing penulis dengan sabar dan teliti meyusun dan menyelesaikan skripsi.

3. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang tercinta, yang telah membagikan ilmu kepada penulis untuk diterukan kepada generasi muda selanjutnya.

4. Segenap Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak Samuel Umbu Sorung, S. Pd, selaku Kepala SMA Kristen Waibakul yang telah memberika ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA Kristen Waibakul.


(11)

xi

6. Ibu Serlina Rambu Kareri Toga, S. Pd, selaku guru Biologi yang telah membantu dan memberikan pengarahan dan selaku observer kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di SMA Kristen Waibakul.

7. Ibu Torine Rambu Baba Ama, S. Pd, selaku guru Bahasa Indonesia yang telah membantu mengobservasi kegiatan penelitain di SMA Kristen Waibakul. 8. Segenap guru dan karyawan SMA Kristen Waibakul yang telah membantu

dalam pelaksanaan penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar dan dapat penulis selesaikan dengan baik.

9. Siswa-siswi kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul tahun ajaran 2012/2013 yang telah membantu dan memberikan partisipasi baiknya selama melaksanakan penelitian.

10.Bapak dan Mama tercinta, Umbu Kabobu dan April Sedu Oyi yang senantiasa mendoakan, memenuhi segala kebutuhan penulis baik secara finansial maupun moral serta segala cinta kasih yang luar biasa dalam hidup penulis.

11.Kakak dan adik-adikku tersayang, Herlina Rambu Mina, Onky Umbu Deki Sipul, dan Winarti Rambu Tagu Dima yang selalu mendoakan penulis dan memberikan dukungan serta kasih sayang kepada penulis.

12.Seluruh keluarga besar Lairika-Pasunga-Katikuloku yang telah memberikan semangat dalam menempuh studi.

13.Heryang, sahabat kecilku (Charles, Arji, Arnest, Tanta, Ira, Astin, Supeny), sahabat seperjuangan (Siska, Duyung, Cio, Eran, Prima, Putu, Rere, Lana, Tiel, Dara, Rere), teman-teman Pendidikan Biologi 2009 terima kasih untuk semangat dan motivasi yang luar biasa dalam hidup penulis.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap, semoga karya ini dapat bemanfaat bagi banyak orang.


(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 4

D. Variabel Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Belajar ... 6

B. Pengertian Prestasi Belajar ... 8

1. Faktor Internal ... 8

2. Faktor Eksternal ... 9

C. Motivasi Siswa ... 9


(13)

xiii

2. Motivasi Ekstrinsik ... 10

D. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

1. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

2. Keterbatasan Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

E. Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) ... 14

1. Pengertian Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) ... 14

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Team Games Tournament (TGT) ... 15

F. Materi Sistem Pernapasan Manusia ... 19

1. Alat-alat Peranapasan Manusia ... 19

2. Mekanisme Pernapasan ... 22

3. Volume Udara dan Frekuensi Pernapasan ... 24

4. Pertukaran Gas di Dalam Tubuh ... 26

5. Gangguan Sistem Pernapasan Manusia ... 27

G. Penelitian yang Relevan ... 27

H. Kerangka Berpikir ... 29

I. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Desain Penelitian ... 31

C. Setting Penelitian ... 32

1. Obyek Penelitian ... 32

2. Subyek Penelitian ... 32

3. Tempat Penelitian ... 32

4. Waktu Penelitian ... 33

D. Rancangan Tindakan ... 33

1. Pra Tindakan ... 33

2. Siklus I ... 34

3. Siklus II ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 44

1. Instrumen Pembelajaran ... 44

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 45

F. Metode Analisis Data ... 50


(14)

xiv

2. Analisis Kualitatif ... 55

G. Indikator Keberhasilan ... 57

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Deskripsi Proses Penelitian ... 58

1. Pra tindakan ... 58

2. Pelaksanaan Siklus I ... 58

3. Pelaksanaan Siklus II ... 69

B. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 79

1. Prestasi Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 79

2. Motivasi Belajar Siswa Aspek Afektif ... 84

C. Pembahasan ... 85

1. Peningkatan Prestasi Belajar Aspek Kognitif ... 85

2. Peningkatan Motivasi Siswa Aspek Afektif ... 88

BAB V. KESIMPULAN ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok TGT ... 18

Tabel 3.1 Skor Permainan Akademik Siklus I ... 38

Tabel 3.2 Skor Permainan Akademik Siklus II... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa ... 47

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 49

Tabel 3.5 KategoriKetuntasan Individu... 50

Tabel 3.6 Kategori Skor Angket Motivasi ... 52

Tabel 3.7 Kriteria Predikat Motivasi Kelas ... 52

Tabel 3.8 Keterangan Motivasi Individu ... 52

Tabel 3.9 Skor Motivasi Belajar Siswa ... 53

Tabel 3.10 Kategori Motivasi Kelompok ... 54

Tabel 3.11 Keterangan Motivasi Kelompok ... 54

Tabel 3.12 Penjabaran Penggunaan Instrumen ... 56

Tabel 3.13 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 57

Tabel 4.1 Skor dan Kategori Permainan Akademik Siklus I ... 65

Tabel 4.2 . Skor Dan Kategori Permainan Akademik Siklus II ... 76

Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Pre Test Siswa ... 79

Tabel 4.4 Hasil Analisis Nilai Pos Test Siswa siklus I... 80

Tabel 4.5 Hasil Analisis Nilai Pos Test Siswa siklus II ... 81

Tabel 4.6 Hasil Analisis Skor Angket Motivasi Siswa Siklus I ... 82

Tabel 4.7 Hasil Analisis Skor Angket Motivasi Siswa Siklus II ... 82

Tabel 4.8 Hasil Analisis Observasi Motivasi Belajar Kelompok Siklus I... 83

Tabel 4.9 Hasil Analisis Observasi Motivasi Belajar Kelompok Siklus II ... 84


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rancangan Meja Turnamen ... 18

Gambar 2.2 Alat-alat Pernapasan Manusia ... 19

Gambar 2.3 Bagian-bagian Paru-paru Manusia ... 22

Gambar 2.4 Mekanisme Pernapasan ... 24

Gambar 3.1 PTK Model Gabungan Sanford dan Kemmis ... 32

Gambar 4.1 Kelompok Diskusi Mengerjakan LKS Siklus I ... 62

Gambar 4.2 Proses Pelaksanaan Permainan Akademik Siklus I ... 65

Gambar 4.3 Pos Test Siklus I ... 68

Gambar 4.4 Kelompok Diskusi Mengerjakan LKS Siklus II ... 73

Gambar 4.5 Proses Pelaksanaan Permainan Akademik Siklus II... 76

Gambar 4.6 Pos Test Siklus II ... 78

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 86

Gambar 4.8 Grafik Afektif Siswa ... 89

Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Motivasi Siswa Berdasarkan Hasil Angket dari Siklus I ke Siklus II... 90

Gambar 4.10 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Motivasi Kelompok Berdasarkan Hasil Observasi dari Siklus I ke Siklus II ... 93


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 101

Lampiran2 Rencana Program Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 104

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Siklus (LKS) I ... 109

Lampiran4 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ... 112

Lampiran 5 Kisi-Kisi Soal Pre Test ... 114

Lampiran 6 Soal Pre Test... 116

Lampiran 7 Kunci Jawaban Pre Test ... 122

Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal Pos Test Siklus I ... 123

Lampiran 9 Soal Pos Test Siklus I ... 125

Lampiran 1 0 Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Pos Test Siklus I ... 131

Lampiran 11 Soal, Kunci Jawaban, dan Panduan Skoring Permainan Akademik Siklus I ... 134

Lampiran 1 2 Angket Motivasi Siklus I ... 138

Lampiran 1 3 Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus I ... 140

Lampiran 14 RPP Siklus II ... 141

Lampiran 1 5 LKS Siklus II ... 146

Lampiran 1 6 Kunci Jawaban LKS Siklus II ... 149

Lampiran 1 7 Kisi-Kisi Soal Pos Test Siklus II ... 152

Lampiran 1 8 Soal Pos Test Siklus II ... 154

Lampiran 1 9 Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Pos Test Siklus II... 159

Lampiran 20 Soal, Kunci Jawaban, dan Panduan Skoring Permainan Akademik Siklus II ... 162

Lampiran 21 Angket Motivasi Siklus II ... 165

Lampiran 22 Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus II ... 167

Lampiran 23 Hasil Penskoran Permainan Akademik Siklus I ... 168

Lampiran 24 Hasil Penskoran Permainan Akademik Siklus II ... 173

Lampiran 25 Hasil Analisis Nilai Pre Test ... 178

Lampiran 26 Hasil Analisis Nilai Post Test Siklus I ... 182

Lampiran 27 Hasil Analisi Nilai Post Test Siklus II ... 189


(18)

xviii

Lampiran 29 Hasil Analisis Skor Angket Motivasi Siswa Siklus II ... 202

Lampiran 30 Hasil Analisis Skor Observasi Motivasi Siswa Siklus I ... 209

Lampiran 31 Hasil Analisis Skor Observasi Motivasi Siswa Siklus II ... 214

Lampiran 32 Surat Pengantar dari Universitas Sanata Dharma ... 219

Lampiran 33 Surat Perijinan Penelitian dari Pemda... 220

Lampiran 34 Surat Pernyataan Telah Menyelesaikan Penelitian di SMA Kristen Waibakul ... 221


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan merupakan bidang yang sangat luas. Pendidikan dapat

diartikan secara khusus dan dapat pula diartikan secara meluas. Pendidikan dalam

arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak

yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi

dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai (Sadulloh,

2011). Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan

kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat (Sadulloh, 2011).

Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pendidikan di antaranya menurut

Islamuddin (2012:3), “pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha

pengajaran dan pelatihan”. Dalam usaha tersebut terdapat suatu proses belajar

mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif mewarnai interaksi antara guru dengan anak didik (Djamarah dan Zain,

2010).

Kesiapan Guru dan kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar juga

menentukan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan standar keberhasilan

yang ditetapkan. Dengan seperangkat teori yang telah disiapkan oleh guru, perlu

juga dipersiapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar agar


(20)

melihat salah satu peranan penting guru untuk memilih metode pembelajaran yang

tepat.

Metode pembelajaran mempunyai peranan yang cukup besar dalam kegiatan

belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan

ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan

tujuan. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan

penggunaan metode yang tepat sesuai dengan standar keberhasilan yang telah

ditetapkan dalam suatu tujuan pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran tersebut

mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dalam meningkatkan pembelajaran biologi, dikenal berbagai macam metode

pembelajaran salah satunya adalah metode Team Games Tournament (TGT). Metode pembelajaran TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

yang mudah dan sangat relevan diterapkan karena metode pembelajaran ini

melibatkan keaktifan seluruh siswa tanpa adanya pembedaan status dengan

mengimplementasikan unsur permainan dan penguatan. Dalam metode ini siswa

berperan sebagai tutor sebaya.

Berdasarkan pengamatan dan penuturan guru mata pelajaran biologi,

pembelajaran biologi di kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul menerapkan metode

pembelajaran inquiry. Metode inquiry adalah salah satu metode pembelajaran dengan cara guru memunculkan suatu peristiwa yang menimbulkan teka-teki, dan

memotivasi siswa untuk mencari pemecahan masalah. Metode inquri merupakan metode pembelajaran yang sangat dianjurkan penggunaannya pada penerapan

kurikulum 2013 karena dapat membantu siswa memiliki sikap ilmiah, membantu

siswa mandiri, dan dapat membantu dalam menghindari cara-cara belajar


(21)

yang cukup panjang dan proses pemecahan masalah tersebut memerlukan

pembuktian secara ilmiah. Selain penerapan metode pembelajarn inquiry yang memakan waktu yang lama, metode ini juga masih belum maksimal diterapkan

pada pembelajaran biologi materi sistem pernapasan manusia pada kelas XI IPA

SMA Kristen Waibakul karena keterbatasan fasilitas sekolah. Oleh karena itu,

diperlukan metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik mampu

memecahkan masalah tanpa memerlukan waktu yang lama contohnya permainan

akademik yang akan diterapkan melalui metode pembelajaran TGT.

Kemampuan siswa dalam memahami materi sistem pernapasan pada manusia

dengan penerapan metode inquiry tidak sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 74 dan tidak mencapai standar nasional yang ditetapkan yaitu 75.

Nilai rata-rata yang dicapai adalah 65,4 dan hanya 46% yang mencapai standar

KKM yang telah ditetapkan. Selain pencapaian kognitif yang tidak maksimal,

siswa juga kurang memiliki motivasi dalam pembelajaran. Karena siswa dituntut

untuk mencari dan menemukan konsep sendiri.Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh penerapan metode

TGT pada materi sistem pernapasan manusia pada kelas XI IPA di SMA Kristen

Waibakul.

B. Rumusan Masalah

Perumusan pokok dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode

pembelajaran TGT dapat meningkatkan prestasi siswa kelas XI IPA SMA


(22)

2. Apakah penerapan metode pembelajaran TGT dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul pada materi

sistem pernapasan manusia?

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, masalah dibatasi pada upaya peningkatan prestasi siswa

sebagai aspek kognitif dan peningkatan motivasi belajar siswa sebagai aspek

afektif pada sub bab sistem pernapasan manusia dengan Standar Kompetensi (SK)

menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan

atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas dan

Kompetensi Dasar (KD) yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan

proses, serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada

manusia dan hewan (misalnya burung). Adapun materi yang akan pelajari adalah

struktur dan fungsi alat pernapasan pada manusia, mekanisme pernapasan pada

manusia, volume udara dan frekuensi pernapasan, proses pertukaran gas di dalam

tubuh, dan gangguan sistem pernapasan pada manusia.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang terdiri dari:

1. Variabel Bebas : model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT


(23)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi dan motivasi

belajar siswa kelas XI IPA Kristen Waibakul dengan menggunakan metode

pembelajaran TGT pada materi sistem pernapasan manusia.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan prestasi tentang sistem pernapasan pada manusia

siswa kelas XI IPA pada SMA Kristen Waibakul.

b. Dapat meningkatkan motivasi belajar biologi tentang sistem

pernapasan manusia pada siswa kelas XI IPA pada SMA Kristen

Waibakul.

2. Bagi Guru

Memberikan masukan pada guru biologi tentang pengembangan proses

pelaksanaan pembelajaran biologi dengan metode pembelajaran TGT.

3. Bagi Peneliti

Memberikan gambaran yang jelas di lapangan tentang penerapan metode


(24)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Para ahli memberikan pengertian belajar yang berbeda-beda di antaranya

adalah:

1. Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational

Physocology dalam Syah (2008:64) menyatakan “belajar adalah suatu proses

adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif”.

2. Menurut Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psycology dalam Syah (2008) membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama

berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku relatif menetap

sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua adalah belajar ialah

proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

3. Reber (1989) dalam kamusnya, dictionary of psychology dalam Syah (2008) membatasi belajar dengan dua macam defenisi. Pertama, belajar adalah

proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan

kemampuan bereaksi yang relatif lama sebagai hasil latihan yang

berkelanjutan.

4. Menurut Siregar dan Nara (2011:3) “belajar merupakan sebuah proses

yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,


(25)

Menurut Siregar dan Nara (2011), belajar adalah sebuah proses yang

kompleks dan mengandung beberapa aspek, yaitu:

1. bertambahnya jumlah pengetahuan;

2. adanya kemampuan mengingat dan memproduksi;

3. adanya penerapan pengetahuan;

4. menyimpulkan makna;

5. menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas;

6. adanya perubahan sebagai pribadi.

Ciri-ciri belajar menurut Siregar dan Nara (2011)

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut

bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan

sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat

disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat interkasi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan oleh para ahli, peneliti

menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan

dengan latihan yang berlangsung secara bertahap yang ditunjukkan dengan adanya

perubahan kemampuan yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),


(26)

B. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Anonim (2011:427) adalah “penguasaan pengetahuan

dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan

dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Menurut Linawati

(1999) dalam Akbar dan Hawadi (2001:168), “prestasi belajar adalah hasil

penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan

tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan

dari siswa”. Prestasi belajar menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran yang diberikan. Prestasi belajar atau keberhasilan belajar

dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor indeks

prestasi studi, angka kelulusan, prediksi keberhasilan dan sebagainya. Untuk

mengetahui seberapa jauh pengamalan belajar telah dipahami siswa, dilakukan

evaluasi hasil belajar.

Menurut Akbar dan Hawadi (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dapat berasal dari dalam diri sendiri (faktor internal) dan dari luar diri

(faktor eksternal).

1. Faktor Internal

a. Kemampuan intelektual. Dari beberapa penelitian, ditemukan adanya

korelasi positif dan cukup kuat antara taraf intelegensi dengan prestasi

seseorang, yaitu berkisar 0,70.

b. Minat. Pada umumnya, seseorang akan merasa senang untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan minatnya

c. Bakat. Bakat merupakan kapasitas untuk belajar dan karena itu baru


(27)

d. Motivasi berprestasi. Semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang,

maka akan semakin baik prestasi yang akan diraihnya.

e. Konsep diri. Konsep diri menunjukkan bagaimana seseorang

memandang dirinya serta kemampuan yang ia miliki. Siswa yang memiliki

konsep diri yang positif akan lebih berhasil di sekolah.

2. Faktor Eksternal

a. Menguasai bahan pelajaran. Untuk dapat memahami bahan dari suatu

buku, hal yang pertama untuk diketahui adalah gambaran umum isi buku

tersebut yang bisa dilihat dari pendahuluan dan judul setiap bab.

b. Membuat ringkasan dan mencatat.

c. Belajar dari berbagai sumber. Untuk memperkaya pengetahuan dan

menambah pemahaman serta penguasaan terhadap suatu materi adalah

dengan mempelajarinya dari berbagai macam sumber.

C. Motivasi Siswa

Para ahli telah mengemukakan pengertian motivasi dengan dengan berbagai

sudut pandang masing-masing, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menurut Wlodkowski (1985) dalam Siregar dan Nara (2011) menjelaskan

bahwa motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan timbulnya

perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.

2. Imron (1996) dalam Siregar dan Nara (2011:49) menjelaskan bahwa


(28)

menjadi alasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang.

3. Menurut Croplay (1985) dalam Siregar dan Nara (2011) menjelaskan

bahwa motivasi juga merupakan tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku

tertentu.

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan oleh para ahli, peneliti

menyimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam

diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan atau perilaku untuk

mencapai suatu tujuan.

Menurut Siregar dan Nara (2011), jenis-jenis motivasi dibagi menjadi dua

yaitu:

1. motivasi intrinsik : motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa

adanya rangsangan dari luar;

2. motivasi ekstrinsik : motivasi yang berasal dari luar, misalnya pemberian

pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor

eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.

Imron (1996) dalam Siregar dan Nara (2011), mengemukakan 6 unsur atau

faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran, yaitu:

1. cita-cita atau aspirasi pembelajaran;

2. kemampuan pembelajaran;

3. kondisi pembelajaran;


(29)

5. unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran;

6. upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2009:37), “pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar”. Menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2009), menjelaskan

elemen-elemen yang terkait dalam pembelajaran kooperatif yang juga merupakan ciri-ciri

pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Saling ketergantungan positif. Guru menciptakan suasana yang mendorong

agar siswa merasa saling membutuhkan.

2. Interaksi tatap muka. Saling tatap muka dalam kelompok mendorong

siswa untuk berdialog, sehingga siswa dapat belajar dari sesamanya. Hal ini

juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.

3. Kuntabilitas individual. Penilaian kinerja yang ditujukan untuk

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.

Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada

kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok

yang membutuhkan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai

kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu

semua anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan

kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan


(30)

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Keterampilan sosial

seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan

mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi

orang lain, mandiri dan mberbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin

hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja

diajarkan.

Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan

dan juga kelemahan.

1. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif

a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan

pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir

sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa

yang lain.

b. Dapat mengembangkan kemampuan mengugkapkan ide atau gagasan

dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannnya dengan ide-ide

orang lain.

c. Dapat membantu anak untuk respek kepada orang lain dan menyadari

akan segala ketebatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggungjawab dalam belajar.

e. Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan

prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk


(31)

dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positf terhadap sekolah.

f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik

memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan

yang dibuat adalah tanggungjawab kelompoknya.

g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi

dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses

pendidikan jangka panjang.

2. Keterbatasan Model Pembelajaran Kooperatif

a. Untuk siswa yang dianggap memilki kelebihan, mereka akan merasa

terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

Akibatnya, keadaan seperti ini dapat menggangu iklim kerja dalam

kelompok.

b. Ciri utama model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling

membelajarkan. Jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa

yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif

didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikin, guru perlu

menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah


(32)

d. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya

mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang

cukup panjang sehingga hal tersebut tidak mungkin dapat tercapai hanya

dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan model pembelajaran

kooperatif.

e. Walaupun kemampuan kerja sama merupakan kemampuan yang

sangat penting untuk siswa, tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang

hanya didasarkan pada kemampuan secara individual.

E. Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

1. Pengertian Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

Menurut Gora dan Sunarto (2010:61), “metode pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5

sampai 6 orang siswa yang memiliki kemapuan, jenis kelamin dan suku atau

ras yang berbeda”. Untuk mengecek penguasaan materi pelajaran oleh siswa,

maka diberikan permainan akademik. Sedangkan menurut Huda Miftahul

(2012:116), ”Team Games Tournament (TGT) adalah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Slavin yang penerapannya mirip dengan metode

Student Team Achievment Development (STAD) dalam hal komposisi kelompok, format instruksional, dan lembar kerjanya. Team Games Tournament (TGT) umumnya berfokus pada level kemampuan”.

Menurut Slavin dalam Gora dan Sunarto (2010) model pembelajaran


(33)

a. siswa bekerja secara kelompok-kelompok kecil;

b. games tournament;

c. penghargaan kelompok.

2. Langkah-langkah Pelaksanaan TGT

Menurut Slavin dalam Gora dan Sunarto (2010), pembelajaran kooperatif

dengan metode TGT perlu ditempuh melalui beberapa tahap.

a. Mengajar (teach), mempresentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa,

dan memberikan motivasi.

b. Belajar kelompok (team study), siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin,

dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan

tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS.

Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama,

saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok

yang salah dalam menjawab.

Meskipun belajar kelompok adalah kegiatan siswa, namun guru harus

tetap memantau siswa dan menciptakan suasana pembelajaran yang

kondusif demi lancarnya kegiatan belajar kelompok. Guru misalnya

menjaga ketenangan dan ketertiban kelas, mengingatkan siswa untuk

saling membantu dalam kesulitan, memantau pekerjaan siswa dan jalannya

kegiatan, serta memberikan penguatan atas setiap kegiatan yang dilakukan


(34)

c. Permainan (game tournament), permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan permainan

ini untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai

materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan

dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

Dalam permainan ini, setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya masing-masing

ditempatkan dalam meja-meja tournament. Tiap meja turnamen ditempati

oleh lima sampai enam orang peserta dan diusahkan agar tidak ada peserta

yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen

diusahakan setiap peserta homogen. Permainan diawali dengan

memberitahukan aturan permainan, setelah itu permainan dimulai dengan

membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci

diletakkan terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).

Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai

berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu

pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian

pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor

soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan

soal sesuai dengan nomor undian yang diambil pemain.

Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang

sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam soal, setelah waktu untuk

mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil

pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.


(35)

diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang

pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab

salah, maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal

berikutnya sampai semua kartu soal selesai dibacakan, dimana posisi

pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja

turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, penantang, dan pemain.

Dalam permainan ini, pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal

dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan

jawaban kepada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap

pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan

menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah

disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya

dan melaporkan nilai yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah


(36)

G a m b a r

2 . 1 :

R g a m b a r

2.1: Rancangan Meja Turnamen

Sumber: Buku Cooperatif Learning, Teori, Riset, dan Praktek ( Slavin:2005:168)

d. Penghargaan kelompok (team recognition). Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh kelompok dari permainan.

Tabel 2.1: Kriteria Penghargaan Kelompok TGT Skor Kelompok Kriteria Penghargaan

≤ 40 Tim Baik 41 – 45 Tim Sangat Baik

≥ 46 Tim Super Sumber: Slavin (2005:175)

Aktivitas metode pembelajaran TGT merupakan rangkaian kegiatan yang

terdiri atas mengajar, belajar kelompok, permainan yang bersifat akademis oleh

siswa dengan kemampuan setara dengan masing-masing kelompok, dan


(37)

bekerja sama, saling membantu dan membangun pemahaman dari suatu materi,

dan mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.

F. Materi Sistem Pernapasan Manusia

1. Alat-alat Pernapasan Manusia

Pernapasan pada manusia dilakukan melalui alat respirasi yang terdiri dari

hidung, faring, laring, trakea, paru-paru, bronkus, dan alveolus.

Gambar 2.2: Alat-alat Pernapasan Manusia Sumber : Buku Biologi SMA Kelas XI (Priadi, 2010:109)

a. Rongga Hidung

Rongga hidung merupakan tempat pertama kali masuknya udara ke

dalam tubuh. Udara disaring oleh rambut rongga hidung dan dihangatkan

di ruang nasal sesuai dengan suhu tubuh. Bau udara yang masuk dikenali

oleh indera pembau kemudian masuk ke faring.

b. Faring

Faring (tekak) merupakan daerah pertemuan saluran respirasi dan


(38)

hidung yang disebut uvula atau anak tekak. Selanjutnya udara masuk ke

laring.

c. Laring

Laring terdiri dari lempengan-lempengan tulang rawan. Bagian dalam

dindingnya digerakkan oleh otot untuk menutup serta membuka epiglotis

(katup pangkal tenggorokan). Pada pangkal tenggorokan inilah terdapat

pita suara.

d. Trakea

Trakea tersusun atas cincin tulang rawan yang terletak di depan

kerongkongan dan berbentuk pipa dengan panjang sekitar 10 cm. bagian

dalam trakea licin karena dilapisi oleh selaput lendir dan mempunyai

lapisan yang terdiri dari sel-sel bersilia. Lapisan bersilia ini berfungsi

untuk menahan debu atau kotoran dalam udara agar tidak masuk ke dalam

paru-paru.

e. Paru-paru

Paru-paru adalah alat pernapasan yang terletak di dalam rongga dada

dan di atas diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang

membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru dibungkus oleh

selaput yang disebut pleura yang dibagi menjadi dua yaitu pleura viseralis

(selaput dalam) dan pleura parietalis (selaput luar).

Paru-paru terdiri atas dua bagian yaitu, paru-paru kiri dan paru-paru

kanan. Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus sedangkan paru-paru kanan

terdiri atas tiga lobus. Di dalam paru-paru terdapat bronkus dan bronkiolus


(39)

f. Bronkus dan Bronkiolus

Bronkus dan bronkiolus merupakan percabangan dari trakea. Bronkus

bercabang menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan

bercabang menjadi tiga bronkiolus sedangkan bronkus kiri bercabang

menjadi dua bronkiolus. Masing masing pembuluh alveolus berakhir pada

alveolus.

g. Alveolus

Alveolus merupakan ujung dari saluran respirasi yang dibangun oleh

epitel pipih selapis. Alveolus memiliki dinding yang sangat tipis dan

elastis. Pada permukaan luarnya terdapat banyak kapiler darah sehingga

memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida secara

difusi. Pada paru-paru terdapat kurang lebih 300 juta alveolus.

Gambar 2.3. Bagian-bagian Paru-paru Manusia

Sumber : Buku Biologi 2B untuk SMA Kelas XI (Diah, Aryulina; dkk, 2010:51)


(40)

2. Mekanisme Pernapasan

Proses pernapasan pada manusia dapat terjadi secara sadar maupun tidak

sadar. Pernapasan secara sadar terjadi jika kita melakukan

pengaturan-pengaturan saat bernapas, misalnya pada saat latihan dengan cara menarik

napas panjang, kemudian menahannya beberapa saat kemudian

mengluarkannya. Pernapasan secara tidak sadar yaitu pernapasan yang

dilakukan secara otomatis dan dikendalikan oleh saraf di otak, misalnya

pernapasan yang terjadi pada saat kita tidur nyenyak.

Saat bernapas, selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi (menghirup udara)

dan ekspirasi (menghembuskan udara). Proses inspirasi dan ekspirasi diatur

oleh otot-otot diafragma dan otot antar tulang rusuk. Berdasarkan proses

ekspirasi dan inspirasi serta tempat terjadinya, mekanisme pernapasan

manusia dibedakan menjadi dua, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.

a. Pernapasan Dada

Pernapasan dada disebut juga pernapasan tulang rusuk.

Proses Inspirasi

1) Muskulus interkostalis (otot antar tulang rusuk) bagian luar berkontraksi.

2) Tulang rusuk terangkat.

3) Volume rongga dada membesar dan paru-paru mengembang.

4) Paru-paru mengembang menyebabkan tekanan udara di dalam

rongga paru-paru menjadi lebih rendah dari tekanan udara di luar.


(41)

Proses Ekspirasi

1) Muskulus interkostalis (otot antar tulang rusuk) bagian luar berelaksasi.

2) Tulang rusuk turun.

3) Volume rongga dada menyempit dan paru-paru mengecil.

4) Volume paru-paru yang mengecil menyebabkan tekanan udara di

dalam rongga dada menjadi lebih tinggi dari tekanan udara di luar.

5) Udara keluar dari paru-paru.

b. Pernapasan Perut

Proses Inspirasi

1) Otot diafragma berkontraksi.

2) Diafragma mendatar.

3) Rongga dada dan paru-paru mengembang.

4) Tekanan di dalam rogga dada menjadi kecil, sehingga udara dari

luar masuk ke paru-paru.

Proses Ekspirasi

1) Otot diafragma berelaksasi.

2) Diafragma kembali melengkung.

3) Rongga dada dan paru-paru mengecil.

4) Tekanan di dalam rogga dada menjadi naik, sehingga udara keluar


(42)

Gambar 2.4: Mekanisme Pernapasan

Sumber:http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pok ok/MP_505/Image/h13.jpg

3. Volume Udara dan Frekuensi Pernapasan

Volume udara pernapasan pada seseorang berbeda-beda, bergantung pada

ukuran paru-paru, kekuatan bernapas, dan mekanisme bernapas. Pada orang

dewasa, volume paru-paru berkisar pada 5 sampai 6 liter, sebagai berikut.

a. Volume Tidal (VT): volume udara hasil isnpirasi dan hasil ekspirasi

pada setiap kali bernapas normal, sebanya kira-kira 500 ml pada rata-rata

orang dewasa muda.

b. Volume Cadangan Inspirasi (VCI) atau udara komplementer: volume

udara ekstra yang masih dapat dihirup setelah volume tidal, biasanya

mencapai 3000 ml.

c. Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) atau udara suplementer: jumlah

udara yang masuk dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir

ekspirasi normal, pada keadaan normal sebanyak kira-kira 1100 ml sampai


(43)

d. Volume Residu (VR): volume udara yang masih tetap berada di

paru-paru setelah ekspirasi kuat, kira-kira sebanyak 1000 ml-1200 ml.

Dalam proses bernapas, terkadang diperlukan penyatuan dau atau lebih

jenis-jenis volume udara di atas. Kombinasi dari jenis-jenis volume itu disebut

kapasitas aru-paru. Beberapa jenis kapasitas paru-paru adalah sebagai berikut:

a. Kapasitas Inspirasi

Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah dengan

volume cadangan inspirasi. Kapasitas inspirasi merupakan jumlah udara

yang dapat dihirup oleh seseorang melalui inspirasi dan mengembangkan

paru-parunya sampai jumlahnya maksimum (kira-kira 3500 ml).

b. Kapasitas Residu Fungsional

Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi

ditambah dengan volume residu. Besarnya kapasitas residu fungsional

adalah udara yang tersisa dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal

(kira-kira 2300 ml).

c. Kapasitas Vital

Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah

dengan volume tidal ditambah volume cadangan ekspirasi. Kapasitas vital

ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru

seseorang setelah terlebih dahulu mengisi paru-paru secara maksimum dan

kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 ml).

d. Kapasitas Paru-paru Total

Kapasitas paru-paru total adalah volume maksimum dimana paru-paru


(44)

5800 ml) atau sama dengan kapasitas vital ditambah dengan volume

residu.

Pada orang dewasa normal, frekuensi pernapasan berkisar antara 15-18

kali setiap menit pada saat melakukan aktivitas berat. Beberapa faktor yang

mempengaruhi frekuensi pernapasan, antara lain aktivitas tubuh, usia, jenis

kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, dan kadar CO2 maupun O2 di udara.

4. Pertukaran Gas di Dalam Tubuh

Pertukaran gas di dalam tubuh tidak hanya di dalam paru-paru, melainkan

juga di jaringan. Pertukaran gas terjadi karena perbedaan tekanan udara. Gas

yang bertekanan tinggi akan berdifusi ke tempat gas yang bertekanan rendah.

a. Respirasi Eksternal

Respirasi eksternal berhubungan dengan proses pertukaran gas antara

udara di dalam alveolus dengan darah di dalam kapiler paru-paru. Darah

yang masuk ke kapiler paru-paru membawa CO2 bertekanan lebih tinggi

dari pada tekanan udara di atmosfer, menyebabkan CO2 berdifusi keluar

dari darah masuk ke paru-paru.

b. Respirasi Internal

Respirasi internal berhubungan dengan pertukaran gas antara darah

didalam pembuluh kapiler dengan cairan jaringan. Darah yang masuk ke

kapiler mengandung oksihemoglobin. Oksihemoglobin akan

membebaskan O2 sehingga berdifusi keluar dari darah dan masuk ke


(45)

5. Gangguan Sistem Pernapasan Manusia

Beberapa gangguan pada sistem pernapasan manusia antara lain sebagai

berikut.

a. Sinusitis yaitu infeksi pada bagian sinus, infeksi ini terjadi ketika

saluran hidung yang mnegarah ke sinus tersumbat.

b. Laryngitis yaitu infeksi pada daerah laring yang menyebabkan suara

parau atau serak.

c. Bronkitis akut yaitu infeksi pada daerah bronkus yang biasanya

didahului olaeh infeksi saluran respirasi bagian atas oleh virus yang

kemudian diikuti dengan infeksi bakteri.

d. Pneumonia yaitu infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh virus

dan bakteri sehingga bronkus dan alveolus berisi banyak cairan. Kondisi

ini menyebabkan terganggunya proses pertukaran udara.

e. Tuberkolosis (TB) yaitu infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis.

f. Bronkitis kronis yaitu tersumbatnya saluran udara oleh cairan mukus

sehingga suplai udara ke paru-paru terganggu.

G. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan antara lain sebagai berikut.

1. Daniel Sirilus Edo (2008) dalam skripsinya yang berjudul penggunaan

model pembelajaran kooperatif metode TGT (Team Games Tournament) dengan topik bahasan logika matematika pada kelas XB SMA ST.

Mikael-Sleman. Berdasarkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan penelitian ini


(46)

menunjukkan bahwa siswa yang berhasil dalam kegiatan belajar sebanyak 21

siswa (80,7%). Hasil tersebut merupakan akumulasi dari kriteria penilaian

sangat baik 4 siswa (15,4%), kriterium baik sebanyak 7 siswa (26,9%), dan

kriteria cukup sebanyak 10 siswa (38,4%). Sedangkan siswa yang mengalami

kekurang sekalian sebanyak 5 siswa (19,3%) yang merupakan akumulasi dari

kriteria kurang sebanyak 4 siswa (15,4%) dan kurang sekali 1 siswa (3,9%).

Pada tes kedua tingkat keberhasilan siswa bertambah mencapai 96,1%. Hasil

tersebut merupakan akumulasi dari kriteria penilaian sangat baik, baik, dan

cukup masing-masing sebanyak 53,4%, 30,8%, dan 11,5%. Data tersebut

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan metode TGT.

2. Suchi Nuvita Rahayu Wangi (2010) dalam skripsinya yang berjudul studi

komparasi model pembelajaran kooperatif metode jigsaw terhadap model pembelajaran kooperatif metode TGT (Team Games Tournament) terkait dengan sikap, minat dan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA N 11

Yogyakarta pada mata pelajaran matematika. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa secara keseluruhan sikap, minat, dan motivasi berprestasi siswa dalam

belajar matematika menggunakan metode jigsaw (untuk sebagian besar

indikator) pada seluruh sesi adalah baik. Kecuali motivasi berprestasi dalam

belajar matematika pada kelompok asal (seluruh indikatornya) adalah cukup.

Sikap, minat dan motivasi berprestasi siswa dalam matematika menggunakan

TGT dengan seluruh indikator yang diperiksa pada sesi presentasi guru,

presentasi siswa, kelompok kerja dan turnamen, menyatakan bahwa siswa

memiliki sikap, minat, dan motivasi berprestasi yang baik. Terdapat perbedaan


(47)

menggunakan metode jigsaw dengan saat menggunakan metode TGT. Secara keseluruhan sikap, minat, dan motivasi berpresatsi siswa dalam belajar

matematika menggunakan TGT dikatakan lebih baik dalam menumbuhkan

sikap, minat dan motivasi berprestasi siswa dalam belajar matematika

dibandingkan belajar matematika menggunakan metode jigsaw.

H. Kerangka Berpikir

Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi belajar

siswa, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan keterlibatan

siswa dalam proses belajar mengajar. Upaya tersebut juga perlu didukung oleh

metode pembelajaran yang bervariasi, salah satunya adalah metode pembelajaran

TGT yang diterapkan pada pembelajaran biologi di kelas XI IPA SMA Kristen

Waibakul dengan materi sistem pernapasan manusia. Aktivitas metode

pembelajaran TGT merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri atas mengajar,

belajar kelompok, permainan yang bersifat akademis oleh siswa dengan

kemampuan setara dengan masing-masing kelompok, dan pemberian penghargaan

terhadap kelompok. Kegiatan ini bertujuan agar siswa bekerja sama, saling

membantu dan membangun pemahaman dari suatu materi, dan mencapai tujuan

bersama dalam pembelajaran. Dengan penerapan metode TGT pada pembelajaran

materi sistem pernapasan manusia, diharapkan siswa kelas XI IPA SMA Kristen


(48)

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas diajukan hipotesis

tindakan sebagai berikut.

1. Metode pembelajaran TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul tentang sistem pernapasan manusia.

2. Metode pembelajaran TGT dapat meningkatkan motivasi siswa kelas XI


(49)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian untuk meningkatkan prestasi

belajar dan motivasi siswa yang pelaksanaannya menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini mengkaji keberhasilan metode TGT

terhadap peningkatan prestasi belajar dan motivasi siswa pada sub bab sistem

pernapasan manusia. Menurut Wibawa (2004) dalam Taniredja (2010:15)

menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang

mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan”.

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini akan menggunakan model yang dikembangkan oleh

Sanford dan Kemmis. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus meliputi

tahapan Planning (Perencanaan), Action (penerapan tindakan), Observation and Evaluation (mengobservasi dan mengevaluasi proses hasil tindakan) dan

Reflection (Refleksi). Menurut Depdiknas dalam Taniredja (2010:28) model gabungan Sanford dan Kemmis dikembangkan untuk memperoleh batasan

penelitian tindakan adalah sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang siklis

dan bersifat reflektif mandiri yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan

terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi.

Berikut ini merupakan alur tahapan dalam PTK yang dikutip oleh Taniredja


(50)

Gambar 3.1. PTK Model Gabungan Sanford dan Kemmis (adaptasi Depdiknas, 1999)

C. Setting Penelitian

1. Obyek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar dan motivasi siswa

pada pembelajaran biologi kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul sub bab

sistem pernapasan manusia dengan penerapan metode TGT.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Kristen

Waibakul yang berjumlah 54 orang terdiri dari 30 orang siswa putri dan 24

siswa putra.

3. Tempat Penelitian

Tempat akan dilaksanakan penelitian ini adalah di kelas XI IPA SMA


(51)

4. Waktu Penelitian

Waktu akan dilaksanakan penelitian adalah pada tanggal 25 Februari 2013

sampai tanggal 14 Maret 2013.

D. Rancangan Tindakan

Rancangan tindakan pada penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus dan

setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi

dan evaluasi, serta tahap refleksi.

1. Pra Tindakan

a. Mengidentifikasi masalah dengan cara menganalisis prestasi belajar

siswa pada tahun sebelumnya pada materi sub bab sistem pernapasan

manusia.

b. Mengobservasi kegiatan siswa dan guru melalui informasi dari guru

mata pelajaran biologi untuk mendapat gambaran awal kondisi kegiatan

belajar mengajar biologi di kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul.

c. Menghubungi pihak sekolah SMA Kristen Waibakul untuk

memperoleh persetujuan sebagai tempat mengadakan penelitian.

d. Membicarakan dengan dosen pembimbing tentang informasi

permasalahan yang ada dan menentukan judul penelitian.

e. Mengerjakan rancangan penelitian sambil mengadakan studi

kepustakaan hingga rancangan penelitian selesai dengan bimbingan dari

dosen pembimbing.

f. Permintaan ijin kepada pihak kampus dalam hal ini adalah kepada

Sekretariat Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (JPMIPA)


(52)

g. Penyerahan surat ijin dari kampus kepada pihak sekolah SMA Kristen

Waibakul untuk mengadakan penelitian.

2. Siklus I

a. Planning (perencanaan)

Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan

antara lain sebagai berikut.

1) Peneliti bersama guru menggali data awal karakteristik siswa untuk

membagi siswa dalam kelompok berdasarkan kemampuan akademik,

jenis kelamin, suku, dan ras.

2) Menyusun silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) siklus I yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif

dengan metode TGT yang difokuskan pada strategi mengajar dengan

memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah

dalam kelompok dalam rangka mencapai tujuan bersama serta

menyelesaikan permainan akademik yang akan disajikan, rencana

pembelajaran ini akan digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran

yang akan dilaksanakan. Pembuatan RPP siklus I juga disesuaikan

dengan materi tentang alat-alat pernapasan manusia dan mekanisme

pernapasan manusia.

a) Silabus selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 b) RPP siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2

3) Menyusun dan mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS), soal

permainan akademik dan soal tes baik itu soal tes kemampuan awal


(53)

a) LKS siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 b) Kunci jawaban LKS siklus I selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 4

c) Kisi-kisi soal pre test selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5

d) Soal pre test selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 e) Kunci jawaban dan pedoman skoring pre test selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 7

f) Kisi-kisi soal post test siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8

g) Soal post test siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9

h) Kunci Jawaban dan pedoman skoring post test siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

i) Soal, kunci jawaban, dan panduan skoring permainan akademik siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11

4) Menyiapkan kartu undi, kartu soal, dan kartu jawab untuk

turnamen, dan menyiapkan tabel skoring siswa.

5) Menyusun dan mempersiapkan angket motivasi dan lembar

observasi motivasi siswa.

a) Angket motivasi siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12

b) Lembar observasi motivasi siswa siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13


(54)

b. Action (Pelaksanaan)

Tindakan akan dilaksanakan sebagaimana yang telah direncanakan,

selama kegiatan belajar mengajar berlangsung peneliti akan meminta

bantuan guru mata pelajaran biologi untuk mengamati aktivitas dan

perilaku siswa. Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan bersifat

fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan apa

yang akan terjadi di lapangan. Adapun perencanaan pelaksanaan tindakan

yaitu sebagai berikut.

1) Peneliti bertindak sebagai guru yang membimbing dan

mengarahkan siswa.

2) Guru melakukan apersepsi dengan cara pemodelan yang diikuti

oleh semua siswa yaitu dengan mengajak semua siswa untuk menahan

napas sejenak.

3) menyampaikan motivasi, KD, menjelaskan tujuan pembelajaran,

yaitu dengan materi pembelajaran yaitu alat-alat pernapasan pada

manusia dan mekanisme pernapasan manusia;

4) Sebelum diskusi, diadakan pre test yang mencakup keseluruhan materi siklus I dan siklus II.

5) Mengkoordinasikan siswa menjadi 9 kelompok (@ kelompok 6

orang) yang telah ditentukan oleh peneliti bersama guru sebagai

kelompok asal.

6) Siswa melakukan kegiatan diskusi dan mengerjakan LKS dengan


(55)

LKS dengan cara lotere, siswa yang menjawab adalah siswa yang

loterenya dipilih.

7) Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT yaitu menerapkan

permainan akademik yang diikuti oleh seluru siswa dan guru sebagai

fasilitator.

Langkah-langkah permainan akademik sebagai berikut.

a) Perwakilan dari setiap kelompok asal (kelompok diskusi)

menempati meja turnamen sesuai dengan yang telah ditentukan

oleh guru.

b) Kartu soal dan kunci diletakkan terbalik di atas meja sehingga

soal dan kunci tidak terbaca sebelum permainan berlangsung.

c) Setiap kelompok menentukan siapa yang menjadi pembaca

soal, penjawab soal, dan penantang dengan cara undian. Siswa

yang mendapat giliran sebagai pembaca juga bertugas menghitung

waktu.

d) Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang

berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal, pembaca

soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang

diambil pemain.

e) Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang

sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam soal, setelah waktu

untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan

hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah


(56)

f) Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya

diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang

yang pertama kali memberikan jawaban benar.

g) Jika semua pemain menjawab salah, maka kartu dibiarkan saja.

h) Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai

semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar

searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen

dapat berperan sebagai pembaca soal, penantang, dan penjawab

soal.

i) Dalam permainan ini, pembaca soal hanya bertugas untuk

membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut

menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta lain.

j) Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu

meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan

berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah

disediakan.

Tabel 3.1. Skor Permainan Akademik Siklus I Nama :…. Kelompok: ….

No Nama Anggota kelompok

Skor Jumlah I II III IV

1 2 3

8) Pemberian angket untuk mengetahui perkembangan motivasi

siswa.


(57)

c. Observation (Observasi)

Observasi adalah tahap pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pada

tahap observasi ini, dilakukan observasi terhadap motivasi siswa selama

penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT. Observasi

dilakukan oleh guru mata pelajaran biologi kelas XI SMA Kristen

Waibakul dan juga dibantu oleh salah satu guru lainnya. Pengamatan juga

menggunakan kamera foto.

d. Evaluation (evaluasi)

Pada tahap evaluasi akan dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1) untuk mengukur pemahaman siswa (kognitif) menggunakan

permainan akademik;

2) untuk mengukur prestasi belajar menggunakan post test;

3) untuk mengetahui motivasi siswa selama proses pembelajaran

berlangsung digunakan lembar observasi motivasi;

4) untuk mengetahui peningkatan motivasi (afektif) siswa secara

individu, digunakan angket.

e. Reflection (Refleksi)

Pada tahap refleksi, peneliti dan guru akan mengkaji proses yang

terjadi, masalah-masalah yang muncul dan segala hal yang berkaitan

dengan tindakan yang dilakukan dengan cara berdiskusi, baik kelebihan


(58)

kooperatif dengan metode TGT. Hasil refleksi digunakan untuk

merencanakan tindakan pada siklus II.

3. Siklus II

a. Perencanaan

1) Mengidentifikasi masalah yang terjadi selama siklus I berlangsung

melalui refleksi dan hasil observasi, hasil angket, dan hasil tes.

2) Peneliti bersama guru mata pelajaran melakukan menggali hasil

refleksi pada siklus I untuk mengenali karakteristik siswa.

3) Menyiapkan instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan

data seperti pada siklus I.

a) RPP siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 b) LKS siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15 c) Kunci jawaban LKS siklus II selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 16

d) Kisi-kisi soal post test siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17

e) Soal post test siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18

f) Kunci jawaban dan pedoman skoring post test siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19

g) Soal, kunci jawaban, dan panduan skoring permainan akademik siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20


(59)

h) Angket motivasi siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21

i) Lembar observasi motivasi siswa siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22

b. Pelaksanaan

1) Peneliti bertindak sebagai guru yang membimbing dan

mengarahkan siswa.

2) Guru melakukan apersepsi sesuai dengan pembelajaran pada

pertemuan sebelumnya.

3) Menyampaikan motivasi, KD, serta menjelaskan tujuan

pembelajaran yaitu dengan materi volume pernapasan manusia,

frekuensi pernapasan, proses pertukaran gas di dalam tubuh, dan

gangguan atau penyakit yang terjadi pada sistem pernapasan manusia.

4) Mengkoordinasikan siswa menjadi 9 kelompok (@ kelompok 6

orang) yang telah ditentukan oleh peneliti bersama guru sebagai

kelompok asal.

5) Siswa melakukan kegiatan diskusi dan mengerjakan LKS dengan

bimbingan dari peneliti, dan kemudian melakukan pembahasan soal

pada LKS dengan cara lotere. Siswa yang menjawab adalah siswa yang

loterenya dipilih.

6) Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT yaitu menerapkan

permainan akademik yang diikuti oleh seluru siswa dan guru sebagai

fasilitator. Langkah-langkah permainan akademik yaitu sebagai


(60)

a) Perwakilan dari setiap kelompok asal (kelompok diskusi)

menempati meja turnamen sesuai dengan yang telah ditentukan

oleh guru.

b) Kartu soal dan kunci diletakkan terbalik di atas meja sehingga

soal dan kunci tidak terbaca.

c) Setiap kelompok menentukan siapa yang menjadi pembaca

soal, penjawab soal, dan penantang dengan cara undian. Siswa

yang mendapat giliran sebagai pembaca juga bertugas menghitung

waktu.

d) Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang

berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal, pembaca

soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang

diambil pemain.

e) Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang

sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam soal, setelah waktu

untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan

hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah

jarum jam.

f) Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya

diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang

yang pertama kali memberikan jawaban benar.

g) Jika semua pemain menjawab salah, maka kartu dibiarkan saja.

h) Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai

semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar


(61)

dapat berperan sebagai pembaca soal, penantang, dan penjawab

soal.

i) Dalam permainan ini, pembaca soal hanya bertugas untuk

membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut

menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta lain.

j) Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu

meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan

berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah

disediakan.

Tabel 3.2. Skor Permainan Akademik Siklus II Nama :…. Kelompok: ….

No Nama Anggota kelompok

Skor Jumlah I II III IV

1 2 3

7) Pemberian angket untuk mengetahui perkembangan motivasi

siswa.

8) Post test siklus II.

c. Observasi

Tahap observasi siklus II, secara operasional masih sama seperti pada

siklus I, dilakukan observasi motivasi siswa selama penerapan model

pembelajaran kooperatif dengan metode TGT. Observasi dilakukan oleh

guru mata pelajaran biologi kelas XI SMA Kristen Waibakul. Pengamatan

juga menggunakan kamera foto. Kelompok pada siklus I masih sama pada


(62)

d. Evaluasi

Pada tahap evaluasi siklus II masih sama dengan yang dilaksanakan

pada siklus I yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1) untuk mengukur pemahaman siswa (kognitif) menggunakan

permainan akademik;

2) untuk mengkur prestasi belajar menggunakan post test siklus II; 3) untuk mengetahui motivasi siswa selama proses pembelajaran

berlangsung digunakan lembar observasi motivasi;

4) untuk mengetahui peningkatan motivasi (afektif) siswa secara

individu, digunakan angket.

e. Refleksi

Pada tahap ini, akan ditarik kesimpulan berdasarkan pelaksanaan yang

dilakukan apakah telah berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus,

prestasi belajar dan motivasi siswa meningkat dibandingkan pada siklus I

dan telah mencapai indikator yang ditargetkan.

E. Intrumen Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat dua instrumen yang digunakan yang mendukung

proses pembelajaran dan pengumpulan data yaitu instrumen pembelajaran dan

instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

Dalam penerapan pembelajaran dibutuhkan silabus sebagai pedoman


(63)

penyusunannya berdasarkan model pembelajaran kooperatif dengan metode

TGT sebagai acuannya, silabus dan RPP juga LKS.

2. Instrument Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini bersumber dari interaksi guru dengan siswa,

serta siswa dengan siswa. Dalam proses pembelajaran yang akan

dilaksanakan, pengumpulan data penelitian dilakukan beberapa langkah.

a. Data Prestasi Belajar

Untuk memperoleh data prestasi belajar siswa, digunakan cara tes. Tes

merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau

salah. Tes juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan

jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan

dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap

hasil tertentu dari orang yang dikenai tes. Hasil tes merupakan informasi

tentang karakteristik seseorang ataupun sekelompok orang. Karateristik ini

bisa berupa kemampuan atau keterampilan seseorang.

Jenis tes yang akan digunakan adalah adalah tes objektif tipe pilihan

ganda dengan 5 pilihan jawaban yaitu a,b,c,d, dan e dan tes subyektif tipe

uraian. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa pada ranah

kognitif berpedoman pada hasil tes tertulis di setiap akhir siklus dalam

bentuk soal, yang terdiri dari 20 soal obyektif (A) dengan bobot tiap soal

jika jawaban benar adalah 1 dan jika salah 0, 5 soal uraian (B) dengan

rentang skor 1-100. Prestasi belajar siswa dikatakan tuntas apabila

mencapai skor minimal 74 sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan


(64)

b. Data Motivasi

Menurut Keller (1983) dalam Siregar dan Nara (2010), beberapa

prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, yang

disebut sebagai ARCS model yaitu Attention (perhatian), Relevance

(Relevansi), Convidence (kepercayaan diri), dan Satisfaction (kepuasan). Dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, pengumpulan

data mengenai motivasi belajar siswa dilakukan dengan teknik berikut.

1) Teknik Angket

Angket berisi pernyataan-pernyataan tentang peningkatan motivasi

belajar siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif dengan metode TGT. Lembar angket

digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa selama

berlangsungnya pembelajaran dengan metode TGT. Lembar angket

akan diberikan kepada siswa setelah proses belajaran berlangsung

bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa setelah diberi tindakan.

Angket ini terdiri dari 26 pernyataan, dan masing-masing pernyataan

disediakan empat alternatif jawaban dimana siswa harus memilih salah

satu jawaban. Empat alternatif jawaban tersebut antara lain Sangat

Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju

(SS). Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari pernyataan positif dan

pernyataan negatif. Angket motivasi ini dikembangkan berdasarkan

indikator:

a) perhatian;


(65)

(2) mencari informasi mengenai hal yang dianggap tidak

mengerti;

(3) berdiskusi tentang materi;

(4) bertanya tentang materi yang tidak dipahami;

b) relevansi;

(1) komitmen belajar;

(2) menghubungkan tugas dengan tujuan dan kepentingan;

c) keyakinan diri;

(1) keyakinan diri dalam mengikuti pembelajaran;

(2) keyakinan diri dalam mengerjakan tugas;

d) kepuasan;

(1) kepuasan mengikuti pembelajaran;

(2) kepuasan dalam berdiskusi;

(3) semangat mengikuti pembelajaran;

(4) semangat dalam berdiskusi;

(5) semangat mengenai materi dan tugas yang diberikan.

Kisi-kisi angket motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa No

Indikator Motivasi Belajar

Bentuk Pernyataan Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif 1. Perhatian

a. Perhatian mengikuti pembelajaran

20 6

b. Mencari informasi mengenai hal yang dianggap tidak dimengerti

17 19


(66)

No

Indikator Motivasi Belajar

Bentuk Pernyataan Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif d. Bertanya tentang materi yang

tidak dipahami

16 14

2 Relevansi

a. Komitmen belajar 7,8 b. Menghubungkan tugas dengan

tujuan dan kepentingan

21 18

3 Keyakinan diri

a. Keyakinan diri dalam mengikuti pembelajaran

1 2

b. Keyakinan diri dalam mengerjakan tugas

3 11

4 Kepuasan

a. Kepuasan mengikuti pembelajaran

23 25

b. Kepuasan dalam berdiskusi 26 c. Semangat mengikuti

pembelajaran

15 24

d. Semangat dalam berdiskusi 10 22 e. Semangat mengenai materi

dan tugas yang diberikan

5,9 12

2) Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak

digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses

terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang

sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Lembar observasi digunakan

sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi guna

memperoleh data motivasi belajar siswa selama penerapan metode

TGT. Pada kegiatan ini peneliti berkolaborasi dengan guru mata

pelajaran biologi kelas XI SMA Kristen Waibakul. Lembar observasi

motivasi belajar siswa yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 10

yang dinilai dari beberapa indikator yaitu :


(1)

218

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

220

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

viii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul dengan

menggunakan metode Team Games Tournament (TGT) pada sub bab sistem

pernapasan manusia. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus yang didesain menggunakan model Kemmis dan Sanford. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul berjumlah 54 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan teknik tes, angket, teknik observasi, dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan deskriptif kualitatif dan kuntitatif.

Setelah diterapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TGT, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata dan presentase aspek kognitif siswa. Sebelum tindakan pretasi belajar siswa masih rendah yaitu 0% siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas 41. Setelah diberi tindakan, presentase siswa yang tuntas belajar

menjadi 44,4% dengan nilai rata-rata kelas 65,7 pada Pos Test siklus I, dan

meningkat menjadi 81,5% siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas

74,6 pada Pos Test siklus II. Motivasi siswa juga mengalami peningkatan dari

siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan presentase siswa yang termotivasi berdasarkan hasil angket pada siklus I yaitu 88,9% dengan skor rata-rata kelas 83,5 meningkat menjadi 96,3% dengan skor rata-rata-rata-rata 84,9 pada siklus II. Hasil observasi motivasi belajar siswa secara kelompok juga mengalami peningkatan skor pada setiap kelompok dengan presentase 100% kelompok termotivasi pada setiap siklus. Berdasarkan hal tersebut, maka terjadi peningkatan perestasi belajar dan motivasi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT.

Kata Kunci : (1) Prestasi belajar, (2) model pembelajaran kooperatif metode Team

Games Tournament (TGT), sistem pernapasan manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the learning achievement and increasing student motivation by implementing cooperative learning method in

section Team Games Tournament (TGT) human respiratory system. This study

was class action research and conducted in two cycles designed using the model of Kemmis and Sanford. Subjects in thid study were students of class XI Science Waibakul Christian High School in total 54 student. Data collection techniques used in this study were test techniques, questionnaires, observation, and documentation techniques. Data analysis done was qualitative and quantitative descriptive analysis.

Once the cooperative learning method TGT applied the student achievement increased. This is indicated by an increase of the average grade and the percentage of students cognitive learning achievement. Before the achivement of student learning is still low at 0% of students who passed the study with an average value of 41 classes. After a given action, the percentage of students who pass the study reached to 44.4% with an average score of 65.7 on the posttest class first cycle, and increased to 81.5% of students who passed the study with an average grade of 74.6 on the posttest class second cycle. Motivation of students also increased from cycle I to cycle II. This is evidenced by an increase in the percentage of students who are motivated by the results of the questionnaire in the first cycle reaching 88.9% with an average score of 83.5 increasing to 96.3% with an average score of 84.9 on the second cycle. The observation of students' motivation in the group also increased in each group with a percentage of 100% at each cycle. Based on that, if can be concluded that there was an increase in student achievement and motivation after participating in the learning process by implementing the cooperative learning model TGT method.

Key word: (1) academic achievement, (2) cooperative learning methods Team Games Tournament (TGT), the human respiratory system


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas Iv Sd Negeri 02 Brujul Kecamatan

0 1 15

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia.

0 1 246

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan dengan metode Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Waibakul pada sub bab sistem pernapasan manusia

0 1 239

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMAK STELLA MARIS SURABAYA KELAS XI IPA 2 PADA POKOK BAHASAN IMPULS, MOMENTUM, DAN TUMBUKAN

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

0 0 12