82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dalam penelitian ini dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian meliputi deskripsi pelaksanaan penelitian dan
deskripsi data miskonsepsi.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar wilayah Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Pendidikan UPT PP
Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Sebelum melakukan penelitian peneliti meminta kepada UPT Pelayanan Pendidikan mengenai daftar
nama SD Negeri Se-Kecamatan Godean. Adapun daftar nama SD Negeri se-Kecamatan Godean dapat dilihat pada lampiran 5. Selain itu sebelum
menyebarkan angket soal, peneliti juga membuat surat ijin kepada Bappeda yang selanjutnya diberikan kepada kecamatan, UPT dan yang
terakhir adalah kepada sekolah. Penelitian ini dilakukan di 20 SD Negeri se-Kecamatan Godean
yang menggunakan KTSP. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 242 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah instrumen tes dan non tes. Instrumen tes yang digunakan berupa tes pilihan ganda dan uraian, sedangkan instrumen non tes yang
digunakan berupa kuisioner. Untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi
pada siswa maka peneliti menggunakan tes. Soal-soal tes terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Dalam soal siswa diminta untuk
memilih jawaban dari pilihan jawaban yang tersedia dan melingkari salah satu pernyataan yang ada yakin benar atau tidak yakin benar dari setiap
soal pilihan ganda. Soal-soal tersebut sudah teruji kualitasnya karena sebelumnya instrumen yang dibuat sudah divalidasi oleh 4 ahli dan sudah
melalui proses revisi terlebih dahulu, setelah itu baru didistribusikan ke 20 SD Negeri se-Kecamatan Godean. Dari hasil jawaban siswa, dapat
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD semester 2.
2. Deskripsi Data Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri se-
Kecamatan Godean Deskripsi
data dalam
penelitian ini
bertujuan untuk
mendeskripsikan miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V SD se- Kecamatan Godean. Analisis data dilakukan terhadap dua instrumen soal
yaitu soal pilihan ganda dan uraian. Deskripsi data untuk soal pilihan ganda disajikan dan dianalisis berdasarkan Kompetensi Dasar. Dalam
penelitian ini, terdapat 6 Kompetensi Dasar yang akan dibahas, di bawah ini peneliti akan menjelaskan Kompetensi Dasar tersebut beserta dengan
aitem soal.
Tabel 4.1 KD dan Nomor Soal yang Mewakili pada Instrumen Pilihan Ganda
No Kompetensi Dasar
Aitem Soal 1
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek,
gaya magnet. 1, 2, 3
2 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat 4, 5, 6, 7, 8, 9
3 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
10, 11, 12, 13 4
6.2 Membuat suatu karyamodel, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-
sifat cahaya 14
5 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena
pelapukan 15, 16, 17, 18
6 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
19, 20
Tabel 4.1. merupakan pembagian aitem soal sesuai dengan KD yang telah ditentukan oleh peneliti. Di bawah ini dijelaskan analisis
deskripsi pilihan ganda tiap aitem soal. a.
Deskripsi Soal Pilihan Ganda Analisis deskripsi yang pertama adalah instrumen soal pilihan ganda.
Analisis ini untuk mengetahui miskonsepsi soal pilihan ganda dilihat dari jawaban siswa yang salah tetapi yakin benar. Berdasarkan 20
soal pilihan ganda dapat dilihat hasil miskonsepsi secara umum pada diagram batang di bawah ini:
Gambar 4.1 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Kelas V secara umum
Dari gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa: 1. Secara keseluruhan data miskonsepsi tiap butir soal.
2. Rata-rata miskonsepsi pada diagram batang di atas adalah 40. Pada tabel di atas terlihat bahwa semua KD dalam penelitian ini
mengalami miskonsepsi. Artinya siswa mengalami miskonsepsi pada konsep pesawat sederhana KD 5.1 dan KD 5.2, cahaya
6.1 dan 6.2, pembentukan tanah KD 7.1 serta struktur bumi KD 7.3.
3. Miskonsepsi tertinggi terletak pada aitem 10 yakni mengenai konsep sifat-sifat cahaya, sedangkan miskonsepsi terendah
terletak pada aitem 6 yakni mengenai ciri-ciri katrol. Selanjutnya peneliti mendeskripsikan hasil pengolahan data
miskonsepsi IPA Fisika secara khusus yaitu dengan meninjau setiap
KD yang telah diujikan. Hasil yang diperoleh peneliti pada pengujian soal setiap KD sebagai berikut:
1 KD 5.1 Mendeskripsikan hubungan gaya, gerak, dan energi
melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet. Untuk mengetahui miskonsepsi siswa tentang KD 5.1,
siswa diuji dengan memberikan 3 soal yang mewakili dari 2 indikator. Pada indikator 5.1.1 diwakili oleh soal nomor 1,
sedangkan indikator 5.1.2 diwakili oleh soal nomor 2 dan 3. a. Analisis Aitem 1
Soal aitem 1 tentang penerapan gaya gravitasi. Jawaban benar adalah “air mengalir dari tempat yang tinggi
ke tempat yang rendah”, ditunjukkan oleh jawaban C, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A, B, D
dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah
ini. Gambar 4.2 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 1
Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 1 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
penerapan gaya gravitasi. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari
pilihan jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3j.
Pada soal nomor 1 sebanyak 181 siswa dengan persentase 74,79, mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban C dan yakin benar, bahwa penerapan gaya gravitasi ditunjukkan oleh contoh air mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah lampiran 3j. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 1 dengan
jawaban A salah dan yakin benar ada 36 siswa dengan jumlah persentase 14,88, sedangkan dengan jawaban B
salah dan yakin benar ada 10 siswa dengan persentase 4,13, selanjutnya dengan jawaban D salah dan yakin
benar ada 6 siswa dengan persentase 2,48. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 1 dengan jawaban salah dan
yakin benar yakni sebesar 21,9 atau 52 siswa. Miskonsepsi terbesar pada jawaban A, artinya ada 36 siswa
yang memiliki pemahaman bahwa jarum kompas dapat menunjukkan arah utara dan selatan.
b. Analisis Aitem 2 Indikator 5.1.2 terbagi menjadi 2 soal, yakni soal
nomor 2 dan nomor 3. Soal aitem 2 mengenai yang bukan termasuk gaya gravitasi terhadap benda. Jawaban benar
adalah “benda cepat mengalami pelapukan”, ditunjukkan oleh jawaban B, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika
jawabannya A, C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram
batang di bawah ini. Gambar 4.3 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 2
Gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep faktor yang
mempengaruhi gaya. Terjadinya miskonsepsi pada siswa kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari pilihan
jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3j.
Pada soal nomor 2 sebanyak 105 siswa dengan persentase 43,39 mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban B dan yakin benar, bahwa yang bukan termasuk gaya gravitasi terhadap benda adalah permukaan
air selalu datar lampiran 3j. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 2 antara lain dengan jawaban
A salah dan yakin benar ada 27 siswa dengan jumlah persentase 11,16, jawaban C salah dan yakin benar ada 38
siswa dengan jumlah persentase 15,70, sedangkan dengan jawaban D salah dan yakin benar ada 41 siswa dengan
persentase 16,94. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 2 dengan jawaban salah dan yakin benar sebesar
44,24 atau 106 siswa. Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban D, artinya ada 41 siswa yang memiliki pemahaman
bahwa permukaan air selalu datar bukan termasuk pengaruh gaya gravitasi terhadap benda.
c. Analisis Aitem 3 Soal aitem 3 mengenai yang bukan termasuk cara
untuk memperbesar gaya gesek. Jawaban benar adalah “memperhalus permukaan benda”, ditunjukkan oleh
jawaban D, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A, B, C dengan tingkat keyakinan yakin benar.
Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.4 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 3
Gambar 4.4 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 3 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep cara
memperbesar gaya gesek. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari
pilihan jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3j.
Pada soal nomor 3 sebanyak 111 siswa dengan persentase 45,87 mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban D dan yakin benar, bahwa yang bukan termasuk cara untuk memperbesar gaya gesek adalah
memperhalus permukaan benda lampiran 3j. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 3 antara lain
dengan jawaban A salah dan yakin benar ada 20 siswa
dengan jumlah persentase 8,26, jawaban B salah dan yakin benar ada 25 siswa dengan jumlah persentase
10,33, jawaban C salah dan yakin benar ada 48 siswa dengan jumlah persentase 19,83. Persentase miskonsepsi
siswa pada aitem 3 dengan jawaban salah dan yakin benar yakni sebesar 38,42 atau 93 siswa. Miskonsepsi terbesar
pada jawaban C, artinya ada 48 siswa yang memiliki pemahaman bahwa memberi pula tau paku-paku pada
sepatu sepak bola bukan termasuk cara untuk memperbesar gaya gesek.
2 KD 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Untuk mengetahui miskonsepsi siswa tentang KD 5.2,
siswa diuji dengan memberikan 6 soal yang mewakili dari 3 indikator. Pada indikator 5.2.1 diwakili oleh soal nomor 4, 5, 6,
selanjutnya indikator 5.2.2 diwakili oleh soal nomor 7 dan 8, sedangkan indikator 5.2.3 diwakili oleh soal nomor 9.
d. Analisis Aitem 4 Soal aitem 4 mengenai kedudukan titik tumpu,
beban, dan kuasa pada pengungkit pertama gunting. Jawaban benar adalah “pengungkit yang titik tumpunya
te rletak di antara beban dan kuasa”, ditunjukkan oleh
jawaban B, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A, C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar.
Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.5 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 4
Gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 4 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
kedudukan suatu pengungkit. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari
pilihan jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar.
Pada soal nomor 4 sebanyak 104 siswa dengan persentase 42,98, mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban B dan yakin benar, bahwa gunting termasuk pengungkit yang titik tumpunya terletak di antara
beban dan kuasa lampiran 3k. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 4 antara lain, jawaban A salah
dan yakin benar ada 43 siswa dengan persentase 17,77, jawaban C salah dan yakin benar ada 27 siswa dengan
jumlah persentase 11,16, sedangkan jawaban D salah dan
yakin benar ada 8 siswa dengan jumlah persentase 3,31. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 4 dengan jawaban
salah dan yakin benar sebesar 32,24 atau 78 siswa. Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban A, artinya ada
43 siswa yang memiliki pemahaman bahwa pengungkit yang bebannya terletak di antara titik tumpu dan kuasa
adalah kedudukan dari pengungkit 1 atau gunting. e. Analisis Aitem 5
Soal aitem 5 mengenai bagian sekrup yang menggunakan prinsip kerja bidang miring. Jawaban benar
adalah “bagian badan dan bagian bawah atau ditunjukkan oleh nomor II dan III”, ditunjukkan oleh jawaban B, maka
siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A, C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang
terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.6 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 5
Gambar 4.6 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 5 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
bidang miring. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari pilihan jawaban
siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3k.
Pada soal nomor 5 sebanyak 120 siswa dengan persentase 49,5 mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban B dan yakin benar, bahwa bagian sekrup yang menggunakan prinsip kerja bidang miring pada
gambar yaitu nomor II bagian tengah dan nomor III bagian bawah lampiran 3k. Siswa yang mengalami miskonsepsi
pada soal nomor 5 antara lain, jawaban A salah dan yakin benar ada 37 siswa dengan persentase 15,29, jawaban C
salah dan yakin benar ada 39 siswa dengan jumlah
persentase 16,1, sedangkan jawaban D salah dan yakin benar ada 25 siswa dengan jumlah persentase 10,33.
Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 5 dengan jawaban salah dan yakin benar sebesar 41,74 atau 101 siswa.
Miskonsepsi terbesar pada jawaban C, artinya ada 39 siswa yang memiliki pemahaman bahwa nomor III dan I pada
gambar sekrup menggunakan prinsip kerja bidang miring. f. Analisis Aitem 6
Soal aitem 6 mengenai salah satu ciri-ciri katrol tetap. Jawaban benar adalah “katrol yang dipasang pada
tempat tertentu dengan posisi tetap”, ditunjukkan oleh jawaban A, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika
jawabannya B, C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram
batang di bawah ini. Gambar 4.7 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 6
Gambar 4.7 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 6 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
katrol tetap. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari pilihan jawaban
siswa yang menjawab salah dan yakin benar dalam lampiran 3k.
Pada soal nomor 6 sebanyak 199 siswa dengan persentase 82,23 mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban A dan yakin benar, bahwa salah satu ciri- ciri katrol tetap adalah katrol yang dipasang pada tempat
tertentu dengan posisi tetap lampiran 3k. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 6 antara lain,
jawaban B salah dan yakin benar ada 6 siswa dengan jumlah persentase 2,48, jawaban C salah dan yakin benar
ada 5 siswa dengan jumlah persentase 2,07, sedangkan jawaban D salah dan yakin benar ada 6 siswa dengan
jumlah persentase 2,48. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 6 dengan jawaban salah dan yakin benar sebesar
7 atau 17 siswa. Miskonsepsi terbesar pada jawaban B dan D, artinya ada 6 siswa yang memiliki pemahaman
bahwa salah satu ciri katrol tetap adalah dapat bergerak bebas
dan beberapa
roda katrol
disusun secara
berdampingan dalam satu poros.
g. Analisis Aitem 7 Indikator 5.2.2 mengenai contoh jenis tuas atau
pengungkit jenis pertama yang diwakili oleh dua soal, yakni soal nomor 7 dan nomor 8. Soal aitem 7 mengenai gambar
contoh sebuah tuas pada golongan pertama, kedua, atau ketiga. Jawaban benar adalah “golongan kedua”,
ditunjukkan oleh jawaban B, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A, C, D dengan tingkat
keyakinan yakin
benar. Miskonsepsi
yang terjadi
ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini. Gambar 4.8 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 7
Gambar 4.8 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 7 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
pengungkit golongan pertama. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari
pilihan jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3k.
Pada soal nomor 7 sebanyak 132 siswa dengan persentase 54,55 mempunyai konsep benar dengan
memilih jawaban B dan yakin benar, bahwa orang mendorong gerobak merupakan contoh jenis tuas golongan
pertama lampiran 3k. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 7 antara lain, jawaban A salah dan yakin
benar ada 20 siswa dengan jumlah persentase 8,26, jawaban C salah dan yakin benar ada 47 siswa dengan
jumlah persentase 19,42, sedangkan jawaban D salah dan yakin benar ada 3 siswa dengan jumlah persentase 1,24.
Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 7 dengan jawaban salah dan yakin benar sebesar 28,9 atau 70 siswa.
Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban C, artinya ada 47 siswa yang memiliki pemahaman bahwa orang
mendorong celeng termasuk tuas atau pengungkit golongan ketiga.
h. Analisis Aitem 8 Soal aitem 8 mengenai letak titik kuasa pada tuas
jenis ketiga. Jawaban benar adalah “ditunjukkan oleh nomor 1 atau bagian ujung sekop”, ditunjukkan oleh jawaban A,
maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya B,
C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di
bawah ini. Gambar 4.9 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 8
Gambar 4.9 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 8 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
pengungkit jenis ketiga. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari pilihan
jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3k.
Pada soal nomor 8 sebanyak 88 siswa dengan persentase 36,36 mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban A dan yakin benar, bahwa pada gambar sekop yang merupakan contoh tuas jenis ketiga letak titik
kuasa pada nomor 1 lampiran 3k. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 8 antara lain, jawaban B salah
dan yakin benar ada 68 siswa dengan jumlah persentase
28,10, jawaban C salah dan yakin benar ada 27 siswa dengan jumlah persentase 11,16, jawaban D salah dan
yakin benar ada 19 siswa dengan jumlah persentase 7,85. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 8 dengan jawaban
salah dan yakin benar sebesar 47,11 atau 114 siswa. Miskonsepsi terbesar pada jawaban B, artinya ada 68 siswa
yang memiliki pemahaman bahwa letak titik kuasa pada sekop ditunjukkan oleh nomor 2.
i. Analisis Aitem 9 Indikator 5.2.3 mengenai penerapan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang diwakili oleh satu soal. Soal aitem 9 mengenai jalan di pegunungan yang
dibuat dengan lintasan berkelok-kelok. Jawaban benar adalah “bidang miring”, ditunjukkan oleh jawaban C, maka
siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A, B, D dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang
terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.10 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 9
Gambar 4.10 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 9 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
penerapan bidang miring. Terjadinya miskonsepsi pada siswa kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari
pilihan jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3k.
Pada nomor 9 sebanyak 215 siswa dengan persentase 88,84, mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban C dan yakin benar, bahwa jalan di pegunungan
dibuat dengan
lintasan berkelok-kelok
merupakan jenis penerapan bidang miring lampiran 3k. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 9
antara lain, jawaban A salah dan yakin benar ada 12 siswa dengan jumlah persentase 4,96, jawaban D salah dan
yakin benar ada 6 siswa dengan jumlah persentase 2,48. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 9 dengan jawaban
salah dan yakin benar sebesar 7,4 atau 18 siswa. Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban A, artinya ada
12 siswa yang memiliki pemahaman bahwa jalan di pegunungan
dibuat dengan
lintasan berkelok-kelok
merupakan penerapan dari roda berporos. 3
KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya Untuk mengetahui miskonsepsi siswa tentang KD 6.1,
siswa diuji dengan memberikan 4 soal yang mewakili dari 2 indikator. Pada indikator 6.1.1 diwakili oleh nomor 10, 11, dan
12, sedangkan indikator 6.1.2 diwakili oleh nomor 13. j. Analisis Aitem 10
Soal aitem 10 mengenai peristiwa yang tidak menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus. Jawaban
benar adalah “terbentuknya pelangi setelah hujan”, ditunjukkan oleh jawaban C, maka siswa dinyatakan
miskonsepsi ketika jawabannya A, B, D dengan tingkat keyakinan
yakin benar.
Miskonsepsi yang
terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.11 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 10
Gambar 4.11 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 10 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
sifat cahaya yang merambat lurus. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat
dari pilihan jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3l.
Pada soal nomor 10 sebanyak 5 siswa dengan persentase 2,07 mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban C dan yakin benar, bahwa salah satu sifat cahaya yang merambat lurus tidak dapat ditunjukkan
melalui terbentuknya pelangi setelah hujan lampiran 3l. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 10
yang paling besar adalah jawaban A salah dan yakin benar, yakni sebanyak 183 siswa dengan persentase 75,62.
Miskonsepsi lainnya juga terjadi pada jawaban B salah dan yakin benar sebanyak 5 siswa dengan jumlah persentase
2,07, sedangkan jawaban D salah dan yakin benar ada 29 siswa dengan jumlah persentase 11,98. Persentase
miskonsepsi siswa pada aitem 10 dengan jawaban salah dan yakin benar yakni sebesar 89,7 atau 217 siswa.
Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban A, artinya ada 183 siswa yang memiliki pemahaman bahwa pantulan sinar
kendaraan bermotor pada malam hari tidak menunjukkan cahaya merambat lurus.
k. Analisis Aitem 11 Soal aitem 11 mengenai jarak benda terhadap
cermin. Ja waban benar adalah “sama”, ditunjukkan oleh
jawaban B, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A, C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar.
Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.12 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 11
Gambar 4.12 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 11 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
sifat cahaya. Terjadinya miskonsepsi siswa SD kelas V se- Kecamatan Godean dapat dilihat dari jawaban siswa yang
menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3l. Pada soal nomor 11 sebanyak 163 siswa dengan
persentase 67,36 mempunyai konsep benar dengan memilih jawaban B dan yakin benar, bahwa ketika
seseorang sedang bercermin pada cermin datar, maka jarak benda dengan cermin akan sama dengan jarak bayangan
dengan cermin lampiran 3l. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 11 antara lain, jawaban A
salah dan yakin benar ada 17 siswa dengan jumlah persentase 7,02, jawaban C ada 24 siswa dengan jumlah
persentase 9,92, sedangkan jawaban D ada 4 siswa dengan jumlah persentase 1,65. Persentase miskonsepsi
siswa pada aitem 11 dengan jawaban salah dan yakin benar sebesar 18,6 atau 45 siswa. Miskonsepsi terbesar ada pada
jawaban C, artinya ada 24 siswa yang memiliki pemahaman bahwa jarak benda dengan cermin akan dekat
dengan jarak bayangan cemin datar.
l. Analisis Aitem 12 Soal aitem 12 mengenai pengertian bayangan maya.
Jawaban benar adalah “bayangan yang dapat kita lihat dalam cermin, tetapi di tempat bayangan tersebut tidak
terdapat cahaya pantul”, ditunjukkan oleh jawaban D, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A, B, C
dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah
ini. Gambar 4.13 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 12
Gambar 4.13 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 12 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
sifat-sifat cahaya. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari pilihan
jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti dalam lampiran 3l.
Pada soal nomor 12 sebanyak 51 siswa dengaan persentase 21,07 mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban D dan yakin benar, bahwa bayangan maya adalah bayangan yang dapat dilihat dalam cermin, tetapi di
tempat bayangan tersebut tidak terdapat cahaya pantul lampiran 3l. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada
soal nomor 12 antara lain, jawaban A salah dan yakin benar ada 52 siswa dengan persentase 21,49, jawaban B salah
dan yakin benar ada 20 dengan persentase 8,26, jawaban C salah dan yakin benar ada 32 dengan persentase 13,22.
Persentase miskonsepsi pada aitem 12 dengan jawaban salah dan yakin benar sebesar 43 dengan miskonsepsi
terbesar pada jawaban A. Artinya ada 52 siswa yang memiliki pemahaman bahwa bayangan maya adalah
bayangan yang arahnya terbalik terhadap bendanya. m. Analisis Aitem 13
Indikator 6.1.2 mengenai sifat bayangan yang dibentuk oleh kaca spion diwakili oleh satu soal, yakni pada
soal nomor 13. Soal aitem 13 mengenai sifat yang dibentuk oleh kaca spion pada mobil atau motor. Jawaban benar
adalah “semu, tegak, diperkecil”, ditunjukkan oleh jawaban A, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya
B, C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi
yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.14 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 13
Gambar 4.14 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 13 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
sifat cahaya pada kaca spion. Pada soal ini sebanyak 66 siswa dengan persentase
27,27 mempunyai konsep yang benar dengan memilih jawaban A dan yakin benar, bahwa sifat bayangan yang
dibentuk oleh kaca spion pada mobil atau motor adalah semu, tegak, dan diperkecil lampiran 3l. Siswa yang
mengalami miskonsepsi pada soal nomor 13 antara lain, jawaban B salah dan yakin benar ada 58 siswa dengan
persentase 23,97, jawaban C salah dan yakin benar ada 18 siswa dengan persentase 7,44, jawaban D salah dan yakin
benar ada 52 siswa dengan persentase 21,49. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 13 dengan jawaban salah dan
yakin benar sebesar 53 atau 128 siswa. Miskonsepsi
terbesar terjadi pada jawaban B, artinya ada 58 siswa yang memiliki pemahaman bahwa sifat bayangan yang dibentuk
oleh kaca spion pada mobil atau motor adalah semu, tegak, dan diperbesar.
4 KD 6.2 Membuat suatu karya.model, misalnya periskop atau
lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat- sifat cahaya.
Untuk mengetahui miskonsepsi siswa tentang KD 6.2, siswa diuji dengan memberikan 1 soal yang mewakili dari 1
indikator. n. Analisis Aitem 14
Soal aitem 14 mengenai bahan utama pembuatan kaca pembesar. Jawaban benar adalah “bola lampu”,
ditunjukkan oleh jawaban A, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya B, C, D dengan tingkat
keyakinan yakin
benar. Miskonsepsi
yang terjadi
ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini. Gambar 4.15 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 14
Gambar 4.15 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 14 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
bahan pembuatan kaca pembesar. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat
dari pilihan jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar.
Pada soal nomor 14 sebanyak 183 siswa dengan persentase 75,62 mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban A dan yakin benar, bahwa bahan utama pada pembuatan kaca pembesar sederhana adalah bola
lampu lampiran 3m. Siswa yang mengalami miskonsepsi antara lain, jawaban B salah dan yakin benar ada 5 siswa
dengan persentase 2,07, jawaban C salah dan yakin benar ada 5 siswa dengan persentase 2,07, selanjutnya jawaban
D salah dan yakin benar ada 29 siswa dengan persentase 11,98. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 14
dengan jawaban salah dan yakin benar sebesar 16,12 atau 39 siswa. Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban D,
artinya ada 29 siswa yang memiliki pemahaman bahwa air merupakan bahan utama pembuatan kaca pembesar.
5 KD 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena
pelapukan. Untuk mengetahui miskonsepsi siswa tentang KD 7.1
siswa diuji dengan memberikan 4 soal yang mewakili dari 2
indikator. Pada indikator 7.1.1 diwakili oleh nomor 15, 16, dan 17, sedangkan indikator 7.1.2 diwakili oleh nomor 18.
o. Analisis Aitem 15 Soal aitem 15 mengenai ciri dari batuan granit.
Jawaban benar adalah “terbentuk dari lava yang membeku dengan sangat lama, dapat digunakan untuk pelapis dinding
atau ubin, tidak mengandung banyak gas”, ditunjukkan oleh
jawaban A, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya B, C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar.
Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.16 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 15
Gambar 4.16 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 15 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
ciri-ciri batuan. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari pilihan
jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar.
Pada soal nomor 15 sebanyak 78 siswa dengan persentase 32,23 yang menjawab benar dengan memilih
jawaban A dan yakin benar yaitu ciri dari batuan granit ditunjukkan oleh terbentuknya dari lava yang membeku
dengan sangat lama, dapat digunakan untuk pelapis dinding atau ubin, tidak mengandung banyak gas lampiran 3n.
Siswa yang mengalami miskonsepsi antara lain, jawaban B salah dan yakin benar ada 52 siswa atau 21,49, jawaban C
salah dan yakin benar ada 22 siswa atau 9,09, sedangkan jawaban D salah dan yakin benar ada 18 siswa atau 7,44.
Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 15 dengan jawaban salah dan yakin benar sebesar 38 atau 92 siswa.
Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban B, artinya ada 52 siswa yang memiliki pemahaman bahwa ciri-ciri batuan
granit adalah terbentuk dari lava yang membeku, dapat digunakan untuk pelapis dinding atau ubin, tidak
mengandung banyak gas. p. Analisis Aitem 16
Soal aitem 16 mengenai ciri-ciri dari batuan basal. Jawaban ben
ar adalah “memiliki warna hijau keabu-abuan, berasal dari magma, memiliki rongga-
rongga kecil”, ditunjukkan oleh jawaban B, maka siswa dinyatakan
miskonsepsi ketika jawabannya A, C, D dengan tingkat
keyakinan yakin
benar. Miskonsepsi
yang terjadi
ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini. Gambar 4.17 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 16
Gambar 4.17 diagram batang di atas menunjukkan bahwa pada aitem 16 ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep ciri-ciri batuan basal. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean
dapat dilihat dari pilihan jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar seperti pada lampiran 3n.
Pada soal nomor 16 sebanyak 57 siswa dengan persentase 23,55 mempunyai konsep yang benar dengan
memilih jawaban B dan yakin benar, bahwa ciri-ciri dari batuan basal adalah memiliki warna hijau keabu-abuan,
berasal dari magma, memiliki rongga-rongga kecil lampiran 3n. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada
soal nomor 16 antara lain, jawaban A salah dan yakin benar ada 31 siswa dengan persentase 12,81, jawaban C salah
dan yakin benar ada 38 siswa dengan persentase 15,70,
selanjutnya jawaban D salah dan yakin benar ada 16,12. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 16 dengan
jawaban salah dan yakin benar sebesar 44,6. Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban D, artinya ada 39 siswa yang
memiliki pemahaman bahwa ciri-ciri batuan basal adalah memiliki warna hijau keabu-abuan, berasal dari endapan
hasil pelapukan batuan tanah, terdiri dari butiran-butiran kapur yang halus.
q. Analisis Aitem 17 Soal aitem 17 mengenai pengertian pelapukan fisis.
Jawaban benar adalah “proses pelapukan batuan karema pengaruh suhu, hujan, dan angin”, ditunjukkan oleh
jawaban A, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya B, C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar.
Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.18 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 17
Gambar 4.18 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 17 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
pelapukan fisis. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari pilihan
jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar. Pada nomor 17 sebanyak 120 siswa dengan
persentase 49,59 mempunyai konsep yang benar dengan memilih jawaban A dan yakin benar, bahwa pelapukan fisis
adalah proses pelapukan batuan karena pengaruh suhu, hujan, dan angin lampiran 3n. Siswa yang mengalami
miskonsepsi antara lain, jawaban B salah dan yakin benar ada 23 siswa dengan persentase 9,50, jawaban C salah
dan yakin benar ada 31 siswa dengan persentase 12,81, sedangkan jawaban D salah dan yakin benar ada 11 siswa
dengan persentase 4,55. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 17 dengan jawaban salah dan yakin benar
sebesar 26,86 atau 65 siswa. Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban C, artinya ada 31 siswa yang memiliki
pemahaman bahwa pelapukan fisis adalah pelapukan yang menghasilkan perubahan zat mineral pembentuk batuan.
r. Analisis Aitem 18 Indikator 7.1.2 diwakili oleh satu soal, yakni soal
nomor 18. Soal aitem 18 mengenai penyebab pelapukan biologi. Jawaban benar adalah “lumut kerak, lumut, humus
dari daun dan akar tanaman”, ditunjukkan oleh jawaban D, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A,
B, C dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di
bawah ini. Gambar 4.19 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 18
Gambar 4.19 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 18 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
penyebab pelapukan biologi. Pada soal nomor 18 sebanyak 52 siswa dengan persentase 21,49 yang menjawab benar
dengan memilih jawaban D dan yakin benar, bahwa beberapa penyebab pelapukan biologi adalah lumut kerak, lumut,
humus dari daun dan akar tanaman lampiran 3n. Siswa yang mengalami miskonsepsi antara lain,
jawaban A salah dan yakin benar ada 67 siswa dengan persentase 27,69, jawaban B salah dan yakin benar ada 31
siswa dengan persentase 12,81, sedangkan jawaban C salah
dan yakin benar ada 32 siswa dengan persentase 13,22. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 18 dengan jawaban
salah dan yakin benar sebesar 53,7 atau 130 siswa. Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban A, artinya ada 67
siswa yang memiliki pemahaman bahwa penyebab pelapukan biologi adalah lumut, lumut kerak, akar tanaman dan batuan.
6 KD 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
Untuk mengetahui miskonsepsi siswa tentang KD 7.3 siswa diuji dengan memberikan 2 soal yang mewakili dari 1
indikator yakni nomor 19 dan 20. s. Analisis Aitem 19
Soal aitem 19 mengenai urutan lapisan penyusun bumi dari yang paling dalam sesuai pada gambar. Jawaban
benar adalah “inti dalam bumi, inti luar bumi, mantel bumi, kerak bumi”, ditunjukkan oleh jawaban D, maka siswa
dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya A, B, C dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang terjadi
ditampilkan pada gambar diagram batang di bawah ini.
Gambar 4.20 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 19
Gambar 4.20 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 19 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
lapisan penyusun bumi. Terjadinya miskonsepsi pada siswa SD kelas V se-Kecamatan Godean dapat dilihat dari pilihan
jawaban siswa yang menjawab salah dan yakin benar. Pada soal nomor 19 sebanyak 89 siswa dengan
persentase 36,78 menjawab benar dengan memilih jawaban D dan yakin benar, bahwa dari urutan gambar
lapisan penyusun bumi dari yang paling dalam adalah inti dalam bumi, inti luar bumi, mantel bumi, kerak bumi
lampiran 3o. Siswa yang mengalami miskonsepsi antara lain, jawaban A salah dan yakin benar ada 48 siswa dengan
persentase 19,83, jawaban B salah dan yakin benarada 31 siswa dengan persentase 12,81, sedangkan jawaban C
salah dan yakin benar ada 33 siswa dengan persentase 13,64. Persentase miskonsepsi siswa pada aitem 20
dengan jawaban salah dan yakin benar sebesar 46,3 atau 112 siswa. Miskonsepsi terbesar pada jawaban A, artinya
ada 48 siswa yang memiliki pemahaman bahwa urutan lapisan penyusun bumi dalam menurut gambar adalah inti
dalam bumi, kerak bumi, mantel bumi, inti luar bumi. t. Analisis Aitem 20
Soal aitem 20 mengenai magma yang ditunjukkan pada gambar. Jawaban benar adalah “ditunjukkan oleh
huruf A gambar paling bawah”, ditunjukkan oleh jawaban A, maka siswa dinyatakan miskonsepsi ketika jawabannya
B, C, D dengan tingkat keyakinan yakin benar. Miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada gambar diagram batang di
bawah ini. Gambar 4.21 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 20
Gambar 4.21 di atas menunjukkan bahwa pada aitem 20 ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
letak magma dalam gambar. Sebanyak 170 siswa dengan persentase 70,25 menjawab benar dengan memilih
jawaban A dan yakin benar yakni magma pada gambar ditunjukkan dengan huruf A lampiran 3o.
Siswa yang mengalami miskonsepsi antara lain, jawaban B salah dan yakin benar ada 28 siswa dengan
persentase 11,57, jawaban C salah dan yakin benar ada 13 siswa dengan persentase 5,37, sedangkan jawaban D salah
dan yakin benar ada 2 siswa dengan persentase 0,83. Persentase miskonsepsi siwa pada aitem 20 dengan jawaban
salah dan yakin benar sebesar 17,77 atau 43 siswa. Miskonsepsi terbesar terletak pada jawaban B, artinya ada
28 siswa yang memiliki pemahaman bahwa letak magma dalam gambar ditunjukkan oleh huruf B.
b. Deskripsi Jawaban Siswa Pada Soal Uraian
Analisis penelitian selanjutnya yaitu data berupa soal uraian. Jika pada soal pilihan ganda deskripsi data disajikan dan dianalisis
berdasarkan Kompetensi Dasar, maka pada soal uraian deskripsi data disajikan dan dianalisis berdasarkan konsepnya. Terdapat 5 konsep
yang akan dibahas, yaitu konsep mengenai pesawat sederhana pengungkit dan bidang miring, cahaya, dan jenis-jenis batuan.
Berdasarkan 5 soal uraian dapat dilihat hasil miskonsepsi secara umum pada diagram batang di bawah ini:
Gambar 4.22 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Uraian Secara Umum
Gambar 4.22 di atas menunjukkan bahwa: a. Ada miskonsepsi IPA Fisika pada instrumen uraian. Pada
tabel di atas terlihat bahwa semua KD dalam penelitian ini mengalami miskonsepsi.
b. Miskonsepsi IPA yang terjadi pada instrumen uraian rata- rata sebesar 45. Pada tabel di atas terlihat bahwa semua
KD dalam penelitian ini mengalami miskonsepsi. c. Miskonsepsi paling besar terjadi pada aitem 1 mengenai
konsep pengungkit. d. Miskonsepsi paling rendah pada aitem 2 mengenai konsep
pesawat sederhana bidang miring. Selanjutnya deskripsi setiap konsep dipaparkan sebagai
berikut:
1 Konsep Pesawat Sederhana
Materi IPA Fisika kelas V semester 2 terdapat beberapa pesawat sederhana yang diajarkan antara lain pengungkit,
bidang miring, katrol, dan roda berporos. Pada konsep pesawat sederhana terdapat dua soal yakni soal nomor 1 dan soal nomor
2. Pada soal nomor 1 membahas konsep pengungkit, sedangkan nomor 2 membahas konsep bidang miring.
a Pembahasan Soal Pengungkit Soal Nomor 1
Pada soal nomor 1 membahas konsep pesawat sederhana, khususnya perbedaan pengungkit. Untuk
mengetahui konsep dasar terhadap pengetahuan siswa diberikan pertanyaan sebagai berikut: “Kedua alat di atas
tampak sama. Namun, kedua alat tersebut dimasukkan ke dalam jenis pengungkit yang berbeda. Mengapa demikian?
Jelaskan” gambar A: pemecah kemiri dan gambar B: tang. Jika ditinjau dari jawaban siswa per aitem maka persentase
ditampilkan pada tabel 4.3. Tabel 4.2 Data Miskonsepsi Siswa Konsep Pengungkit
No Jawaban
Jumlah Persentase
1 Gambar a merupakan pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri
beban di antara posisi kuasa dan titik tumpu. Gambar b merupakan pengungkit jenis pertama yang memiliki ciri titik tumpu berada di
antara beban dan kuasa. 90
37,8
2 Karena A untuk memecah biji kemiri, B untuk alat
bangunanmemutar kawat 16
6,72 3
Karena A pengungkit 2, B pengungkit 3 2
0,84
No Jawaban
Jumlah Persentase
4 Karena A kuasanya terletak di antara titik tumpu dan beban, B
pengungkit yang titik tumpunya terletak di antara beban dan kuasa 2
0,84 5
Gambar A pengungkit jenis 1 dan B pengungkit jenis 2 12
5,04 6
Gambar A jenis pengungkit 3 titik tumpu, kuasa, dan beban, gambar B merupakan jenis ke 1 kuasa, titik tumpu, beban
7 2,94
7 Gambar A pengungkit jenis 2 titik tumpu, beban, kuasa dan B
jenis 1 kuasa, titik tumpu, beban 4
1,68 8
Karena berbeda titik tumpu, kuasa, dan beban 68
28,57 9
Gambar A termasuk pengungkit jenis ke 1 dan gambar B termasuk pengungkit jenis ke 3
1 0,42
10 Gambar A termasuk pengungkit jenis 3 dan gambar B pengungkit
jenis ke 2 1
0,42 11
Gambar A karena bahan untuk membuka tutup botol, gambar B untuk mencabut paku
13 5,46
12 Gambar A merupakan jenis pengungkit ke 2; gambar B merupakan
jenis pengungkit ke 2 2
0,84 13
Gambar A pengungkit jenis ke 1 titik beban berada di tengah; gambar B pengungkit jenis ke 1 karna titik kuasa berada di tengah
2 0,84
14 Tidak sesuai konteks
18 7,56
Jumlah Data 238
100 Jumlah Miskonsepsi
148 62,2
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Godean mengenai
pesawat sederhana pengungkit masih banyak mengalami kesalahan, itu artinya terjadi miskonsepsi pada materi ini.
Terbukti dari 242 responden, hanya 238 yang menjawab pertanyaan dan 90 siswa dengan persentase 37,8 yang
tepat sesuai dengan kunci jawaban, yakni “Gambar a
merupakan pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri
beban di antara posisi kuasa dan titik tumpu. Gambar b
merupakan pengungkit jenis pertama yang memiliki ciri titik tumpu b
erada di antara beban dan kuasa”. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
pengungkit ini sebanyak 148 siswa atau sebesar 62,2. Miskonsepsi terbesar jawaban siswa adalah bahwa gambar a
dengan gambar b berbeda titik tumpu, kuasa dan beban dengan jumlah 68 siswa atau 28,57. Selanjutnya
miskonsepsi terbesar kedua jawaban siswa adalah bahwa gambar A untuk memecah biji kemiri dan gambar B untuk
alat bangunanmemutar kawat dengan jumlah 16 siswa atau 6,72. Sedangkan miskonsepsi terendah ada dua jawaban
yakni bahwa gambar A termasuk pengungkit jenis ke 1 dan gambar B termasuk pengungkit jenis ke 3 ada 1 siswa,
kemudian gambar A termasuk pengungkit jenis 3 dan gambar B pengungkit jenis ke 2 juga ada 1 siswa. Dalam
materi ini ada juga siswa yang tidak menjawab sesuai dengan konteks yang ditanyakan, yakni 18 siswa atau
7,56. b
Pembahasan Soal Bidang Miring Soal Nomor 2 Pada soal nomor 2 membahas konsep pesawat
sederhana, khususnya bidang miring. Untuk mengetahui konsep dasar terhadap pengetahuan siswa diberikan
pertanyaan sebagai berikut: “Mengapa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-
kelok?” Jika ditinjau dari jawaban siswa per aitem maka miskonsepsi yang terjadi
ditampilkan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Data Miskonsepsi Siswa Konsep Bidang Miring
No Jawaban
Jumlah Persentase
1 Jalan berkelok-kelok memanfaatkan cara kerja bidang miring. Agar
orang dapat mudah mencapai tempat ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih kecil. Dengan dibuat berkelok-kelok, pengendara
kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. 190
79,5
2 Karena agar jalannya tidak tergelincir
14 5,9
3 karena kalau tidak berkelok-kelok kendaraan tidak bisa naik ke
pegunungan 1
0,4 4
Karena biar tidak ada bidang miring 1
0,4 5
Agar kuat saat pendakian kendaraan 1
0,4 6
Karena daerah daratan tinggi maka jalannya dibuat berkelok-kelok 3
1,3 7
Supaya gaya geseknya diperbesar 1
0,4 8
Karena memperbesar gaya gesek 1
0,4 9
Karena menerapkan bidang katrol 1
0,4 10
Karena di daerah pegunungan memperlambat gerak benda untuk menuju ke puncak
1 0,4
11 Tidak sesuai dengan konteks
25 10,5
Jumlah Data 239
100 Jumlah Miskonsepsi
49 20,5
Tabel 4.3. di atas menyatakan bahwa pemahaman siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Godean mengenai
pesawat sederhana bidang miring masih banyak
mengalami kesalahan, itu artinya terjadi miskonsepsi pada materi ini. Terbukti dari 242 responden, hanya 239 siswa
yang menjawab pertanyaan dan 190 siswa dengan persentase 79,5 tepat sesuai dengan kunci jawaban, yakni
“Jalan berkelok-kelok memanfaatkan cara kerja bidang miring. Agar orang dapat mudah mencapai tempat
ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih kecil. Dengan dibuat berkelok-kelok, pengendara kendaraan bermotor
lebih mud ah melewati jalan yang menanjak.”
Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep bidang miring ini sebanyak 49 siswa dengan persentase
20,5 yakni jawaban siswa salah konsep dan tidak sesuai dengan konteks. Miskonsepsi terbesar jawaban siswa adalah
bahwa jalan dibuat berkelok-kelok supaya tidak tergelincir dengan jumlah 14 siswa atau 5,9. Sedangkan jawaban
yang tidak sesuai dengan konteks ada 10,5. 2
Konsep Cahaya Materi IPA Fisika kelas V semester 2 yang dibahas
selanjutnya adalah cahaya. Dalam materi cahaya, terbagi atas beberapa hal yakni sifat-sifat cahaya cahaya dapat diuraikan,
cahaya dapat dibiaskan, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya merambat lurus, karya
sederhana yang menerapkan sifat-sifat cahaya. Pada konsep cahaya terdapat dua soal yakni soal nomor 3 dan soal nomor 5.
a Pembahasan Soal Bayangan Cermin Soal Nomor 3
Pada soal nomor 3 membahas mengenai cahaya, khususnya bayangan yang dibentuk cermin. Untuk
mengetahui konsep dasar terhadap pengetahuan siswa diberikan pertanyaan sebagai berikut: “Apakah bayangan
yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik? Jelaskan” Jika ditinjau dari jawaban siswa per aitem maka
miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Data Miskonsepsi Siswa Konsep Bayangan pada Cermin
No Jawaban
Jumlah Persentase
1 Tidak. Karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekung bergantung
pada letak benda di depan cermin. Jika benda terletak di antara F fokus dan Ppusat kelengkungan dan seterusnya maka bayangan yang
terbentuk nyata, terbalik. Jika benda terletak di antara O pusat optis dan F maka bayangan terletak di belakang cermin, maya, diperbesar, dan
tegak 91
38,7
2 Karena agar membuat bayangan cermin
4 1,7
3 Karena cahaya dapat merambat lurus
2 0,9
4 Cermin cekung tidak selalu terbalik
2 0,9
5 Karena terbuat dari semu, tegak, dan diperbesar
6 2,6
6 Karena semu, maya, terbalik
1 0,4
7 Karena terdapat pantulan cermin cekung
12 5,1
8 Karena cermin cekung cerminnya melengkung ke dalam
16 6,8
9 Karena sifat bayangannya tidak terbalik
5 2,1
10 karena tidak seperti cermin cembung
3 1,3
11 Cermin cekung bersifat mengumpulkan cahaya atau disebut konvergen
9 3,8
12 Karena bayangan bersifat tidak nyata dan semu
4 1,7
13 Karena cermin cekung memperkecil bayangan benda
1 0,4
14 Karena cermin cekung bersifat maya, terbalik, diperkecil
13 5,5
15 Karena memiliki sifat semu, terbalik, dan diperkecil
5 2,1
16 Karena bentuk cermin selalu cekung
9 3,8
17 Karena memiliki sifat mendatar, kecil, dan terbalik
2 0,9
18 Tidak ada konteks
50 21,3
Jumlah Data 235
Jumlah Miskonsepsi
144 61,3
Tabel 4.4. menyatakan bahwa pemahaman siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Godean mengenai cahaya,
khususnya bayangan yang dibentuk oleh cermin masih banyak
mengalami kesalahan,
itu artinya
terjadi miskonsepsi pada materi ini. Terbukti dari 242 responden,
hanya 235 siswa yang menjawab pertanyaan dan 91 siswa dengan persentase 38,7 yang tepat sesuai dengan kunci
jawaban, yakni “Tidak. Karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda di depan
cermin. Jika benda terletak di antara F fokus dan Ppusat kelengkungan dan seterusnya maka bayangan yang
terbentuk nyata, terbalik. Jika benda terletak di antara O pusat optis dan F maka bayangan terletak di belakang
cermin, maya, diperbesar, dan tegak”.
Dari diagram di atas terlihat bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep bayangan yang
dibentuk oleh cermin cekung sebanyak 144 siswa atau 61,3 yakni terdiri dari jawaban salah konsep dan tidak
sesuai dengan konteks. Miskonsepsi terbesar terjadi karena jawaban siswa tidak sesuai dengan konteks, yakni 50 siswa
menjawab tidak sesuai konteks atau 21,3. Selanjutnya miskonsepsi terbesar kedua jawaban siswa adalah bahwa
“karena cermin cekung cerminnya melengkung ke dalam” dengan jumlah 16 siswa atau 6,8. Sedangkan miskonsepsi
terendah dari jawaban siswa adalah bahwa “karena cermin cekung memperkecil bayangan benda
” dan “karena semu, maya, terbalik
” dengan jumlah 1 siswa atau 0,4. b
Pembahasan Soal Sifat-sifat Cahaya Soal Nomor 5 Pada soal nomor 5 membahas konsep mengenai salah
satu sifat cahaya yang dibiaskan. Untuk mengetahui konsep terhadap pengetahuan siswa diberikan pertanyaan sebagai
berikut: “Mengapa pensil pada gambar tampak seperti patah?” di samping soal ada gambar pensil yang diletakkan
di dalam gelas dan terlihat patah. Jika ditinjau dari jawaban siswa per aitem maka miskonsepsi yang terjadi ditampilkan
pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Data Miskonsepsi Siswa Konsep Sifat-sifat
Cahaya
No Jawaban
Jumlah Persentase
1 Pensil pada gambar di atas, nampak seperti patah karena cahaya datang
dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini, air 177
75
No Jawaban
Jumlah Persentase
lebih rapat dari udara sehingga cahaya dibiaskan mendekati garis normal. 2
karena ada cahaya pantulan 4
1,7 3
Karena gelas kaca terbuat dari cermin cembung 1
0,4 4
Karena pensil di dalam air mengalami perubahan di dalam air 2
0,8 5
Karena di dalam gelas terkena cahaya 8
3,4 6
Karena pensil dicelupkan ke dalam air maka akan terlihat patah 18
7,6 7
Karena cahaya dapat merambat lurus 6
2,5 8
Karena di dalam air bayangannya tidak tegak, semu 3
1,3 9
Karena pada saat di dalam air bayangan kita terbalik 1
0,4 10
Karena pensil tegak lurus dan pensil kalau terkena cahaya akan semakin patah
1 0,4
11 Karena terjadi kondensasi
1 0,4
12 Karena bagian pensil yang tercelup terlihat lebih tinggi dari kedudukan
yang sebenarnya 1
0,4 13
Karena cahaya mempunyai sifat menembus benda bening 3
1,3 14
Karena terjadi pembelokan cahaya yang menjauhi garis normal 1
0,4 15
Tidak sesuai konteks 9
4 Jumlah Data
236 100
Jumlah Miskonsepsi 59
25
Tabel 4.5 di atas menyatakan bahwa pemahaman siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Godean mengenai
sifat-sifat cahaya masih banyak mengalami kesalahan, artinya terjadi miskonsepsi pada materi ini. Terbukti dari
242 responden, hanya 236 siswa yang menjawab pertanyaan dan 177 siswa atau 75 yang tepat sesuai dengan kunci
jawaban, yakni ” Pensil pada gambar di atas, nampak seperti patah karena cahaya datang dari zat yang kurang
rapat menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini, air lebih rapat dari udara sehingga cahaya dibiaskan mendekati garis
normal. ”
Dari tabel di atas terlihat bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep sifat-sifat cahaya
sebanyak 59 siswa atau 25 yakni terdiri dari jawaban salah konsep dan tidak sesuai dengan konteks. Miskonsepsi
terbesar jawaban sis wa adalah “Karena pensil dicelupkan ke
dalam air maka akan terlihat patah ” dengan jumlah 18 siswa
atau 7,6. Persentase terkecil dari miskonsepsi ini sebesar 0,4.
3 Konsep Pembentukan Tanah Pembahasan Soal Nomor 4
Materi IPA Fisika kelas V semester 2 terdapat pembentukan tanah yang diajarkan antara lain jenis-jenis batuan,
pembentukan tanah karena pelapukan batuan, susunan tanah beserta jenis-jenisnya. Pada konsep pembentukan tanah terdapat
satu soal yakni soal nomor 4. Pada soal nomor 4 membahas pembentukan tanah, khususnya jenis-jenis batuan. Untuk
mengetahui konsep dasar terhadap pengetahuan siswa maka peneliti memberikan pertanyaan sebagai berikut, “Jelaskan
perbedaan antara batuan beku dengan batuan sedimen”. Jika
ditinjau dari jawaban siswa per aitem maka miskonsepsi yang terjadi ditampilkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data Miskonsepsi Siswa Konsep Penggolongan Jenis-jenis Batuan
No Jawaban
Jumlah Persentase
1 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang
membeku. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai.
98 42,6
2 Batuan beku terjadi karena pelapukan fisika atau biologi, batuan
sedimen terbentuk oleh magma 9
3,9 3
Batuan beku adalah batuan yang berasal dari magma dan berwarna keabu-abuan. Batuan sedimen batuan yang terdiri dari butiran-butiran
kapur yang halus dan memiliki rongga-rongga kecil 3
1,3
4 Tidak sama
14 6,1
5 Batuan beku adalah batuan yang bisa membeku
14 6,1
6 Batuan beku berasal dari es. Batuan sedimen berasal dari pasir
3 1,3
7 Batuan beku adalah batuan alami. Batuan sedimen adalah batuan
buatan 1
0,4 8
Batuan beku berasal dari endapan magma dan keras. Batuan sedimen berasal dari magma.
37 16,1
9 Batuan beku adalah batuan yang berasal dari magma yang membeku.
Batuan sedimen adalah batu yang terbentuk secara alami 2
0,9 10
Batuan beku berasal dari letusan gunung berapi. Batuan sedimen berasal dari makhluk hidup.
7 3,0
11 Batuan beku terbentuk dari lava. Batuan sedimen terbentuk dari batuan
granit 1
0,4 12
Batuan beku dibentuk oleh magma. Batuan sedimen terbentuk dari batu gamping
1 0,4
13 Batuan beku terbuat dari lava dan api pijar di gunung. Batuan sedimen
batuan yang sudah mengalami pelapukan dari tanah 10
4,3 14
Batuan beku terjadi dari magma yang membeku. Batuan sedimen terbentuk dari pecahan batu bata
1 0,4
No Jawaban
Jumlah Persentase
15 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena terjadi
pengendapan lumut; batuan sedimen: batuan yang terbentuk karena terjadi pengendapan kerak lumut
1 0,4
16 Batuan beku adalah batuan yang terbuat dari endapan pasir atau
magma; batuan sedimen adalah batuan yang tidak dipengaruhi oleh pasir
1 0,4
17 Batuan beku: batu yang terbentuk dari lava yang membeku dengan
sangat lama; batuan sedimen: mengalami metamorf 2
0,9 18
Batuan beku: batuan yang beku; batuan sedimen: dibuat dari semen 2
0,9 19
Batuan beku: terbuat dari magma yang membeku; batuan sedimen: terbentuk karena pengaruh cuaca
3 1,3
20 Batuan beku: terbuat dari lava; batuan sedimen: batu yang terkubur
1 0,4
21 Batuan beku: terbuat dari lava; batuan sedimen: terbentuk dari bahan
tipis 1
0,4 21
Tidak sesuai konteks 18
7,8 Jumlah Data
230 100
Jumlah Miskonsepsi 132
57,4
Tabel 4.6. di atas menyatakan bahwa pemahaman siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Godean mengenai
pembentukan tanah, khususnya jenis-jenis batuan masih mengalami kesalahan, artinya terjadi miskonsepsi pada
materi ini. Terbukti dari 242 responden hanya 230 siswa yang menjawab pertanyaan dan 98 siswa atau 42,6 yang
menjawab tepat sesuai dengan k unci jawaban, yakni ”
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai”.
Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep jenis-jenis batuan ini sebanyak 132 siswa atau 57,4 terdiri
dari jawaban salah konsep dan tidak sesuai dengan konteks. Miskonsepsi terbesar dari jawaban siswa adalah bahwa
“Batuan beku berasal dari endapan magma dan keras. Batuan sedimen berasal dari magma.
” yakni sebanyak 37 siswa atau 16,1.
B. Pembahasan