4 Kedominanan atribut, menunjukkan pada kenyataan bahwa
beberapa atribut dominan obvious daripada yang lainnya. Atribut nyata, maka lebih mudah menguasai konsep dan jika
atributnya tidak nyata maka sulit untuk menguasai suatu konsep. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep
memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya adalah atribut konsep, atribut nilai-nilai, jumlah atribut dan juga kedominanan atribut.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah pemahaman setiap murid terhadap suatu konsep Berg dalam Suryanto, 2002:13. Sebagai contohnya adalah mengenai
konsep tentang gaya. Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu tarikan atau dorongan yang memungkinkan perubahan gerak benda. Tetapi siswa
terkadang menjadi bingung dalam membedakannya konsep dan satuan antara gaya, massa dan berat. Dalam fisika berat adalah suatu gaya
dengan satuan Newton, sedangkan massa adalah ukuran inersia suatu benda dengan satuan kg. Namun, siswa masih menuliskan bahwa berat
adalah sama dengan massa dan memiliki satuan kg. Mereka beranggapan bahwa jika tidak ada gaya, maka benda tidak akan bergerak. Senada
dengan Berg, Rustaman 2012:26 juga mengungkapkan bahwa konsepsi seseorang berbeda dengan konsepsi orang lain. Budi 1992: 114 juga
berpendapat bahwa konsepsi adalah kemampuan dalam memahami konsep baik yang diterima melalui indra maupun kondisi lingkungannya.
Duit 1996, konsepsi adalah representasi mental mengenai ciri-ciri dunia luar atau domain-domain teoritik. Konsepsi merupakan
perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap suatu obyek yang diamatinya yang sering bahkan selalu muncul sebelum pembelajaran,
sehingga sering diistilahkan konsepsi pra pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi
merupakan pemahaman seseorang dalam memahami konsep yang diterima melalui indra maupun kondisi lingkungannya.
3. Mikonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi merupakan penjelasan yang salah dan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima
para ahli. Miskonsepsi terjadi bukan hanya berasal dari siswa, tetapi bisa berasal juga dari guru maupun dari sebuah buku Eka, 2014:1.
Senada dengan Eka, Suparno 2005:8 menjelaskan bahwa miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep
yang diakui oleh para ahli. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep,
gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Penyebab miskonsepsi dapat berasal dari siswa, guru, buku, konteks, dan metode mengajar.
Sedangkan Feldsine dalam Suparno, 2005:4 mengungkapkan bahwa miskonsepsi adalah sebagai suatu kesalahan dan hubungan
yang tidak benar antara konsep-konsep.
Miskonsepsi merupakan kesalahan konsep terjadi perbedaan konsepsi antara orang satu dengan yang lainnya dalam mempelajari
konsep dalam memahami makna konsep melalui proses presepsi tahap-tahap perekaman informasi Budi, 1992: 114.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah kesalahan konsep yang terjadi karena perbedaan konsepsi
antara orang satu dengan lainnya dalam mempelajari konsep sehingga menyebabkan tidak adanya hubungan yang benar antara
konsep-konsep seperti yang diungkapkan oleh para ahli. b.
Penyebab Terjadinya Miskonsepsi Paul 2005:35 menjelaskan bahwa penyebab miskonsepsi itu
dapat dibedakan menjadi beberapa hal, di antaranya adalah: 1
Siswa Miskonsepsi dari siswa dapat dikelompokkan dalam
beberapa hal, antara lain prakonsepsi atau konsep awal siswa yang sudah salah, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik,
alasan yang tidak lengkapsalah, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa yang belum tepat, kemampuan
siswa dalam memahami materi yang masih sulit, minat belajar siswa yang rendah.
2 Guru
Seorang guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti akan materi yang diajarkan secara benar, maka akan
menyebabkan siswa mendapatkan miskonsepsi. Selain itu, guru
bukan berasal dari lulusan fisika sehingga tidak menguasai ilmu fisika dengan baik. Kebanyakan guru saat mengajar hanya
melalui penjelasan berbicara dan menulis bukan melalui eksperimen ataupun diskusi. Pemberian rumusan materi juga
langsung ditujukan kepada siswa, sehingga siswa kurang memahami konsep yang ada.
3 Buku Teks
Buku teks merupakan salah satu yang dapat menyebarkan miskonsepsi. Beberapa buku teks melakukan kesalahan dalam
menjelaskan materi. Buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang belajar dapat juga menumbuhkan miskonsepsi
karena mereka sulit untuk menangkap isinya. 4
Konteks Miskonsepsi dapat juga terjadi dari konteks kehidupan
siswa sehari-hari, misalnya pengalaman, bahasa sehari-hari, teman lain, keyakinan dan ajaran agama. Pengalaman dari siswa
tentunya dapat menyebabkan miskonsepsi, misalnya pada kasus kekekalan energi.
Dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengalami bahwa mereka akan merasa lelah setelah bekerja keras. Tampak bahwa
energi hilang dan tidak kekal. Di sini siswa akan berpikir tentang kekekalan energi dalam pengertian terbatas dan tidak
dalam pengertian luas. Selain itu, bahasa sehari-hari juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Misalnya dalam penggunaan satuan
berat. Biasanya satuan berat menggunakan kg, tetapi dalam fisika berat adalah suatu gaya dengan satuan Newton. Teman
dalam hal ini juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Misalnya dalam kegiatan kerja kelompok. Jika salah satu dari anggota
kelompok yang dianggap pandai membuat kesalahan konsep, maka teman lain dalam kelompok tersebut juga akan mengalami
kesalahan konsep. Tidak hanya pengalaman, bahasa sehari-hari dan teman,
tetapi keyakinan dan ajaran agama juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Misalnya mengenai kisah penciptaan alam semesta
yang akan membuat siswa mempunyai dualisme gagasan, yakni gagasan menurut ilmu dan gagasan menurut agama.
5 Metode Mengajar
Metode mengajar yang digunakan oleh guru, yang menekankan satu segi konsep bahan yang digeluti akan
membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan, tetapi hal ini justru akan menimbulkan miskonsepsi siswa. Guru
perlu kritis dengan metode yang digunakan dan tidak membatasi diri dengan satu metode saja. Guru dapat menggunakan metode
ceramah, metode praktikum, metode demonstrasi dan metode diskusi.
Penggunaan beberapa
metode mengajar
akan memperkecil tingkat miskonsepsi siwa.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya guru, buku teks,
konteks pengalaman, bahasa sehari-hari, teman, keyakinan dan ajaran agama serta metode mengajar.
c. Mendeteksi Adanya Miskonsepsi
Miskonsepsi dapat dideteksi melalui enam cara yang dikelompokkan sebagai berikut ini Suparno, 2005: 121.
1 Peta Konsep
Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi Fisika yang dialami oleh siswa. Identifikasi
miskonsepsi dengan menggunakan peta konsep dapat diimbangi dengan wawancara. Menggunakan peta konsep, siswa diminta
untuk mengungkapkan gagasan pokok tentang konsep yang dianggap menggandung miskonsepsi dengan disusun secara
hirarkis. Miskonsepsi dapat dilihat dari proporsisi yang salah dan tidak ada hubungan yang lengkap antar konsep.
2 Tes Multiple Choice dengan Reasoning terbuka
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat diidentifikasi dengan menggunakan tes multiple choice pilihan ganda dengan
reasoning alasan terbuka. Tipe tes ini mengharuskan siswa untuk menjawab soal pilihan ganda dan menuliskan alasan
mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu Amir dkk, 1987. Melalui jawaban dari siswa itulah, peneliti dapat mengetahui
miskonsepsi yang terjadi pada siswa.
3 Tes Esai Tertulis
Tes esai tertulis juga menjadi salah satu cara untuk mendeteksi adanya miskonsepsi. Tetapi sebelumnya guru harus
mempersiapkan tes esai terlebih dahulu. Selanjutnya Untuk mengetahui lebih mendalami tentang miskonsepsi yang dialami
oleh siswa pada setiap bidangnya, maka guru dapat melakukan wawancara.
4 Wawancara Diagnosis
Wawancara diagnosis dapat digunakan juga untuk mendeteksi miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa
konsep terlebih dahulu yang diperkirakan sulit dimengerti siswa. Kemudian siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka
mengenai konsep-konsep tersebut. Dari sinilah dapat dimengerti konsep alternatif yang ada dan sekaligus dinyatakan dari mana
mereka memperoleh konsep alternatif tersebut. Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur. Untuk wawancara bebas,
guru dapat bertanya dengan bebas dan siswa juga dapat menjawab sebebas mungkin. Wawancara terstruktur, guru sudah
menyiapkan garis besar daftar pertanyaan. Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh siswa, maka guru dapat mendeteksi
miskonsepsi yang dialami oleh siswa. 5
Diskusi dalam Kelas Diskusi dalam kelas bertujuan untuk mengungkapkan
gagasan mereka mengenai konsep yang sudah diajarkan.
Melalui diskusi inilah, guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman mereka mengenai konsep yang sudah ada dan
kesalahan atau miskonsepsi yang terjadi pada siswa. 6
Praktikum dengan Tanya Jawab Praktikum dengan tanya jawab akan membantu guru
untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Selama kegiatan praktikum berlangsung guru memberikan beberapa
pertanyaan kepada siswa. Guru memperhatikan setiap uraian jawaban yang diungkapkan oleh siswa, apakah konsep tersebut
benar adanya ataukah keliru. d.
Kiat Mengatasi Miskonsepsi Suparno 2005:55 menjelaskan bahwa secara garis besar
langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi adalah:
1 mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa,
2 mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut,
3 mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi.
4. Hakikat Pembelajaran IPA