menggunakan pendekatan kontekstual. Penilain yang digunakan oleh peneliti yaitu penilaian kognitif dari soal evaluasi hasil belajar untuk mendapatkan data
hasil belajar, sedangkan untuk mendapatkan data kedisiplinan belajar peneliti menggunakan observasi dan lembar kuesioner.
4.3.1 Penerapan Pendekatan Kontekstual
Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual disetiap siklus I dan siklus II. Pendekatan ini digunakan oleh peneliti dengan menggunakan tahap-
tahap pendekatan kontekstual di dalam penelitiannya. Pendekatan kontekstual terdiri dari 7 tahapan, tahap yang pertama adalah mengembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, tahap
kedua adalah melakukan kegiatan inquiri, tahap ketiga adalah mengembangkan sifat ingin tahu siswa denga bertanya, tahap keempat adalah menciptakan belajar
masyarakat, tahap kelima adalah hadirkan model pembelajaran sebagai contoh pembelajaan, tahap keenam adalah melakukan refleksi diakhir pertemuan, dan
tahap terakhir adalah melakukan penilaian. Pada siklus I, peneliti melakukan pertemuan sebanyak dua kali pada tanggal
10 Oktober 2016 dan 11 Oktober 2016. Sebelumnya siswa dijelaskan mengenai tahapan pendekatan kontekstual supaya siswa dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik. Pendekatan kontekstual ini menuntut siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang sebelumnya sudah dimiliki oleh siswa. Selain
itu siswa juga dituntut untuk mengembangkan rasa ingin tahunya, sehingga siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Di dalam pembelajaran, peneliti membentuk sebuah kelompok diskusi untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan pengamatan dan melakukan penilaian. Peneliti harus memberikan contoh konkrit untuk siswa, supaya siswa dapat memahami materi dengan mudah.
Siklus II dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pertemuan pertama pada tanggal 17 Oktober 2016 dan pertemuan kedua pada tanggal 18 Oktober 2016.
Langkah-langkah pembelajaran siklus II sama dengan langkah-langkah pembelajaran siklus I. Hanya saja indikator pembelajaran dan tujuan
pembelajarannya berbeda. Berikut ini adalah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siklus I dan siklus II:
4.3.1.1 Siklus I 1. Pertemuan I
Pertemuan pertama siklus I peneliti melaksanakan penelitian untuk pertama kalinya yang dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang sudah dibuat. Peneliti membahas mengenai konsep perkalian dengan menganalisis kasus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pembukaan yang
dilakukan peneliti diawali dengan berdoa, mengabsen siswa yang hadir, dan mengkondisikan siswa. Sebelum peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran
siswa diberi motivasi berupa bernyanyi dengan lirik yang sudah diubah oleh peneliti. Peneliti melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa tentang isi
lirik lagu yang sudah dinyanyikan oleh siswa. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui materi yang akan mereka pelajari. Pada
tahap konstruktivisme siklus I pertemuan pertama, peneliti akan menjelaskan konsep perkalian dengan memberikan kasus seperti “Jika kalian membeli obat,
lalu di kemasan obat terdapat tulisan obat diminum 3 x 1 sehari, itu apakah obatnya diminum tiga butir dalam sehari atau satu butir sebanyak tiga kali?”.
Peneliti memberikan pertanyaan pada tahap ini karena konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa erdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Sehingga kasus yang diberikan kepada siswa dalah kasus yang biasa ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut adalah gambar 4.5 kegiatan siswa pada tahap konstruktivisme.
Gambar 4.5 Guru menjelaskan materi kepada siswa
Kegiatan pada gambar 4.5 tersebut adalah siswa sedang melkukan konstruktivisme dengan guru memberikan sebuah kasus kemudian siswa
mengkaitkan dengan materi. Setelah kegiatan konstruktivisme, peneliti meminta siswa untuk membuat kelompok yang terdiri dari lima siswa. Pembagian
kelompok dilakukan dengan cara mengacak siswa. Siswa diminta untuk mendiskusikan mengenai konsep perkalian menggunakan proses inkuiri yang
dimulai dari tahap merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan. Inkuiri berarti proses pembelajaran
yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pada tahap ini siswa diberikan rumusan masalah berupa pertanyaan
“apa pengertian dari perkalian?” kemudian siswa diminta menjawab pertanyaan tersebut sebagai hipotesis sementara, namun tidak menjawab pertanyaan karena
belum mengetahui konsep perkalian. Selanjutnya siswa diminta untuk membaca lembar kerja siswa yang sudah dibagikan oleh peneliti yang berupa pengertian
perkalian, langkah-langkah melakukan perkalian sebagai kegiatan mengumpulkan data, dan soal-soal perkalian. Siswa diminta untuk mengamati media berupa tabel
perkalian sebagai bantuan untuk mengerjakan soal tentang perkalian yang terdapat dalam lembar kerja siswa, kegiatan ini merupakan kegiatan menganalisis data.
Siswa diminta untuk mencatat semua hasil diskusi untuk menyimpulkan di dalam kelompok tentang konsep perkalian menggunakan kalimat siswa sendiri dan siswa
diminta untuk menyampaikan cara melakukan perkalian sebagai kegiatan menyimpulkan, namun kesimpulan yang dibuat siswa masih salah dalam
mengkalikan perkalian tiga angka dikarenakan siswa yang kurang teliti.
Gambar 4.6 Siswa melakukan kegiatan diskusi
Setelah kegiatan inkuiri dilaksanakan secara kelompok, siswa diberikan pertanyaan mencongak 1 3 x 4 diubah ke dalam bentuk penjumlahan, 2 5 + 5 + 5
+ 5 diubah kedalam bentuk perkalian, dan 3 6 x 7 berapa hasilnya. Pertanyaan tersebut diberikan untuk mengetahui cara siswa melakukan proses perkalian
dengan mengerjakan soal. Peneliti melakukan tahap bertanya, agar dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan siswa, sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan siswa dalam berpikir. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk
menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran,
membangkitkan motivasi
siswa untuk
belajar, merangsang
keingintahuan siswa terhadap sesuatu, memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan dan membimbing untuk menemukan dan menyimpulkan sesuatu.
Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa “jika kita akan mengubah 8 x 6 ke dalam bentuk penjumlahan, bagaimana caranya?”. Namun ternyata ada dua
kelompok yang belum paham tentang konsep perkalian, sehingga peneliti harus menjelaskan kembali tentang konsep perkalian secara lebih detail.
Gambar 4.7 Siswa melakukan Kegiatan bertanya
Kegiatan selanjutnya adalah setiap kelompok maju ke depan untuk mendemonstrasikan konsep perkalian dan menyampaikan jawaban dari hasil
diskusi. Sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan atas kebenaran dari konsep yang sudah didemonstrasikan. Kegiatan ini adalah kegiatan kontekstual
terhadap masyarakat belajar yang bertujuan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain dengan memberikan kritik dan saran untuk
melengkapi konsep yang sudah diterima.
Gambar 4.8 Siswa menggunakan media untuk mengerjakan soal
Pertemuan pertama siklus I peneliti menampilkan media untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep perkalian. Peneliti menjelaskan
kembali konsep perkalian menggunakan media tabel perkalian. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu pengertian perkalian dan peneliti juga menjelaskan
tentang perkalian bersusun panjang, selanjutnya peneliti menjelaskan konsep perkalian dengan menggunakan tabel perkalian. Konsep yang dijelaskan peneliti
sama dengan materi yang ada pada lembar kerja siswa yang sudah dibual oleh peneliti.
1. Mengubah perkalian ke dalam bentuk penjumlahan
4 x 5 diubah ke dalam bentuk penjumlahan 5 + 5 + 5 + 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Mengubah penjumlahan kedalam bentuk perkalian
6 + 6 + 6 diubah ke dalam bentuk perkalian 3 x 6 Jadi konsep perkalian adalah penjumlahan berulang.
3. Perkalian bersusun panjang
234 x 3 = ratusan puluhan satuan 234
200 + 30 + 4 3 x
Penjabaran 12 4 x 3
= 12
Kalikan nilai tempat satuan dengan 3
90 30 x 3 = 90
Kalikan nilai tempat puluhan dengan 3
600 + 200 x 3 = 600
Kalikan nilai tempat ratusan dengan 3
702 Kemudian dijumlahkan
Setelah tahap pemodelan dilakukan, siswa diberi kesempatn jika ada yang ingin ditanyakan. Siswa juga diminta untuk mengumpulkan lembar kerja siswa
yang sudah diberikan oleh peneliti. Siswa diberiakn soal evaluasi sebagai bagian dari penilaian nyata. Tahap penilaian nyata tersebut bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar siswa. Tahap penelitian menyusun penialain berupa kognitif melalui mengerjakan lembar kerja siswa,
penilaian afektif melalui kedisiplinan siswa ketika berdiskusi, dan penilaian psikomotorik melalui menilai cara siswa mendemonstrasikan konsep perkalian.
Peneliti melakukan refleksi pada pertemuan pertama yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sudah disusun dan kegiatan belajar sesuai dengan langkah- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
langkah pendekatan kontekstual. Namun dalam pertemuan ini siswa kelas IV masih sibuk ngobrol dengan teman sebangku, sehingga mengganggu siswa yang
lainnya untuk belajar dan menyebabkan kelas tidak kondusif. Pada pertemuan pertama peneliti masih mengalami kesulitan dalam mengkondisikan kelas karena
belum terbiasa dengan kegiatan belajar secara diskusi. Dari hasil refleksi peneliti menemukan kesulitan siswa saat memahami konsep perkalian, sehingga dapat
diperbaiki dalam pertemuan selanjutnya.
2. Pertemuan II Pertemuan kedua siklus I peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya. Pembahasan materi pada pertemuan kedua masih membahas smateri tentang konsep perkalian
dan perkalian bersusun panjang dengan memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pembukaan
pembelajaran yang diawali dengan berdoa, kemudian melakukan absensi dan mengkondisikan siswa. Peneliti memotivasi dengan mengajak siswa untuk
bernyanyi lagu yang sudah diubah liriknya oleh peneliti. Apersepsi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada siswa. Guru
memberikan pertanyaan untuk mengetahui seberapa jauh siswa mengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Peneliti juga menyampaikan tujuan
pembelajaran “anak-anak hari ini kita akan mempelajari tentang perkalian bersusun pendek”. Tujuan pembelajaran disampaikan agar siswa dapat
mengetahui materi yang akan dipelajari. Peneliti menyampaikan pertanyaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“anak-anak kenapa perkalian mempunyai cara penyelesaian perkalian bersusun panjang dan bersusun pendek?” di awal pembelajaran untuk memberi tahu cara
penyelesaian perkalian yaitu menggunakan dua cara. Tahap konstruktivisme dipertemuan kedua, peneliti tidak hanya memberikan pertanyaan lisan namun juga
menyajikan soal untuk dijawab siswa. Siswa diminta untk berkelompok degan jumlah setiap kelompok terdiri
dari lima siswa. Tujuan siswa berkelompo adalah untuk mendiskusikan manfaat perkalian dengan menggunakan proses inkuiri. Siswa diberi pertanyaan oleh
peneliti “mengapa harus ada perkalian di dalam kehidupan sehari-hari?” bagian tersebut termasuk kedalam bagian merumuskan masalah. Siswa diminta untk
membuat hipotesis atau jawaban sementara dari pertanyaan tersebut. Siswa diminta untuk membaca materi mengenai perkalian yang sudah diberikan
sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan petunjuk jika masih ada siswa yang lupa mengenai konsep perkalian. Siswa diminta untuk mengamati
beberapa contoh soal perkalian dan jawaban soal tersebut sebagai kegiatan mengumpulkan data.
Siswa diminta untuk menganalisis manfaat perkalian berdasarkan pengamatan secara kelompok dan mencatat hasil diskusi sebagai kegiatan
menganalisis data. Kebanyakan siswa memberikan jawaban bahwa manfaat perkalian adalah untuk mempermudah menjumlahkan bilangan atau angka dalam
jumlah banyak. Siwa diminta untuk membuat kesimpulan berdasarkan hasil diskusi kelompok untuk kegiatan menyimpulkan.
Gambar 4.9 Guru menjelaskan materi
Dalam mengerjakan soal, ketika siswa merasa tidak memahami soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa, maka siswa boleh bertanya kepada guru
tentang bagian yang belum dipahami Bertanya. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi maka siswa mencoba bertanya tentang bagian yang belum mereka pahami,
sehingga mereka setelah bertanya dapat memecahkan masalahnya sendiri. Setelah siswa sudah memahami materi yang diberikan, maka guru mengarahkan siswa
untuk membuat kelompok diskusi. Guru membagi siswa kedalam enam kelompok dengan jumlah anggota kelompok 5-6 siswa. Ketika siswa sudah berada di dalam
kelompok diskusi, guru membagikan lembar kerja kelompok. Dengan membagikan lembar kerja kelompok diharapkan siswa dapat bekerja sama
menyelesaikan soal pada lembar kerja kelompok Masyarakat belajar.
Gambar 4.10 Siswa berdiskusi
Seluruh anggota kelompok harus ikut serta bertukar pendapat dan pikiran dalam proses berdiskusi. Siswa yang tidak mau ikut serta dalam berdiskusi akan
dicatat oleh ketua kelompok dan akan diserahkan catatan tersebut kepada guru. Pada pertemuan kedua siklus I materi yang dibahas masih mengenai perkalian,
tetapi perkalian dengan cara bersusun panjang. Dalam mempermudah siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian dengan cara perkalian bersusun panjang, guru
menggunakan media berupa tabel perkalian untuk mempermudah siswa dalam mengerjakan soal Pemodelan. Dengan menggunakan media berupa tabel
perkalian, diharapkan siswa mampu mengerjakan soal dengan benar dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Gambar 4.11 Siswa menulis refleksi
Di akhir pembelajaran guru meminta siswa untuk menuliskan refleksi tentang apa saja yang sudah didapatkan siswa selama mengikuti pembelajaran.
Dengan menuliskan refleksi, guru dapat mengetahui tingkat antusias siswa dan tingkat pemahaman siswa dalam mengikuti pembelajaran Refleksi. Setelah
melakukan refleksi, guru melakukan penilaian terhadap hasil mengerjakan soal pada lembar kerja siswa dan pada hasil mengerjakan pada lembar kerja kelompok.
Pada pertemuan kedua siklus I diakhir pertemuan guru membagikan soal evaluasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hasil belajar siswa untuk siklus I, dengan membagikan dan siswa mengerjakan soal evalusi hasil belajar siklus I guru dapat melihat peningkatan hasil belajar
siswa selama dua kali pertemuan dan dapat melihat keberhasilan menggunakan pendekatan kontekstual.
4.3.1.2 Siklus II 1. Pertemuan I
Pada pertemuan pertama siklus II, diawal pertemuan guru menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada pertemuan pertama siklus
II guru menjelaskan materi mengenai operasi hitung pembagian. Guru menjelaskan materi mengenai pembagian dan guru menjelaskan konsep
pembagian terlebih dahuli. Guru memberikan penjelasan mengenai konsep pembagian kemudian menjelaskan mengenai pembagian dengan cara pembagian
tanpa sisa. Guru menjelaskan meteri dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari Konstruktivisme. Setelah guru selesai menjelaskan, guru
membiarkan siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahunya dengan memberikan lembar kerja siswa tentang pembagian. Guru memberikan contoh tentang
menggunakan cara pembagian tanpa sisa, kemudian siswa dapat menggunakan penalarannya untuk memahami cara pembagian tanpa sisa Inkuiri.
Gambar 4.12 Guru menjelaskan materi
Setelah siswa sudah melakukan penalaran untuk memahami materi, tetapi siswa masih belum juga memahami sepenuhnyatentang pembagian tanpa sisa.
Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya kepada guru tentang bagian yang belum dipahami Bertanya. Kegiatan bertanya ini dilakukan supaya siswa makin
memahami materi yang diberikan oleh guru.
Gambar 4.13 Siswa bertanya kepada guru
Setelah siswa memahami materi dengan bertanya kepada guru, selanjutnya guru membentuk siswa dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dalam
setiap kelompok. Guru membetuk kelompok dengan maksud agar siswa mampu bekerja sama dengan teman dalam satu kelompok. Ketika sudah di dalam
kelompok, siswa harus ikut serta dalam proses diskusi, seluruh anggota kelompok harus mengeluarkan pendapat dan pemikiran mereka, sehingga kegiatan
berdiskusi dapat berjalan dengan lancar Masyarakat belajar. Siswa dapat menggunakan media tabel perkalian yang sudah diberikan oleh guru pada
pertemuan siklus I sebagai alat bantu dalam mengerjakan soal. Sebelumnya guru memberikan contoh menggunakan tabel perkalian yang bisa juga dipakai sebagai
tabel pembagian. Guru memberikan penjelasan di depan kelas cara menggunakannya, kemudian siswa mempraktikkan sendiri Pemodelan.
Gambar 4.14 Refleksi siswa
Setelah seluruh lembar kerja sudah selesai dikerjakan oleh siswa, guru membimbing siswa untuk menuliskan refleksi tentang kegiatan yang sudah
dilaksanakan pada pertemuan pertama siklus II. Siswa menuliskan refleksi tentang apa yang sudah didapatkan selama mengikuti kegiiatan pembelajaran Refleksi.
Kemudian siswa mengumpulkan refleksi yang sudah mereka tulis, sehingga guru dapat mengukur tingkat pemahaman dan antusias siswa.
Gambar 4.15 Penilaian kelompok
Setelah pembelajaran selesai melakukan pembelajaran pertemuan pertama siklus II, kemudian guru melakukan penilaian. Penilaian ini bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guru melakukan penilaian pada hasil mengerjakan lembar kerja siswa dan lembar kerja kelompok Penilaian nyata. Kemudian penilaian tersebut dibagikan lagi
kepada siswa agar siswa dapat melihat nilai hasil mengerjakannya.
2. Pertemuan II Pertemuan kedua siklus II, adalah penelitian terakhir dan keberhasilan
siklus akan terlihat. Pada pertemuan kedua siklus II ini, siswa mendapatkan materi mengenai pembagian dengan sisa. Guru menjelaskan dipapan tulis mengenai cara
pembagian dengan sisa. Guru mengaitkan materi yang disampaikan dengan kejadian sehari-hari Konstruktivisme. Hal tersebut dilakukan supaya siswa
semakin mudah untuk menalar materi yang disampaikan sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Setelah siswa mendapatkan penjelasan materi dari
guru, untuk kegiatan awalnya siswa diberikan lembar kerja siswa. Dengan menggunakan lembar kerja siswa, guru akan mudah melihat pemahaman siswa.
Siswa mengerjakan soal pada lembar kerja siswa dengan mengingat penjelasan yang sudah diberikan oleh guru. Dengan rasa tahu yang tinggi siswa harus bisa
menalar soal yang terdapat pada lembar kerja siswa dan siswa harus mencari jawabannya sendiri Inkuiri.
Gambar 4.16 Guru menjelaskan materi
Dalam mengembangkan pengetahuan siswa, siswa yang belum memahami materi yang sudah dijelaskan dapat bertanya kepada guru. Guru membuka
pertanyaan untuk setiap siswa yang belum memahami materi mengenai pembagian dengan sisa. Dengan bertanya, maka siswa akan semakin mudah
dalam memahami materi yang sebelumnya belum mereka pahami Bertanya. Berbagai pertanyaan yang muncul dari siswa adalah cara menyelesaikan
pembagian dengan sisa.
Gambar 4.17 Siswa bertanya kepada guru
Ketika siswa sudah memahami materi yang diberikan oleh guru, maka selanjutnya guru membentuk beberapa keompok diskusi. Dengan membentuk
kelompok diskusi, maka diharapkan siswa dapat bekerja sama dalam mengerjakan soal yang terdapat dlam lembar krja kelompok. Semua anggota kelompok harus
berpartisipasi dalam bertukar pendapat dan pemikiran untuk memecahkan soal yang terdapat pada lembar kerja kelompok Masyrakat belajar. Jika ada satu
siswa yang tidak ikut serta dalam bertukar pendapat, maka guru berhak tidak memberikan nilai untuk siswa tersebut. Hal tersebut dilakukan karena
menunjukkan kurang disiplinnya siswa dalam bekerjasama. Siswa dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengerjakan dapat menggunakan media tabel perkalian yang digunakan pada siklus I, terlebih dahulu guru memberikan cara menggunakan tabel tersebut dalam
mengerjakan pembagian Pemodelan. Setelah pembelajaran selesai dilakukan, maka diakhir pembelajaran guru
memberikan arahan kepada siswa untuk menuliskan refleksi. Menuliskan refleksi diakhir pembelajaran dengan maksud supaya siswa dapat menuliskan segala
sesuatu yang diperoleh ketika mengikuti pembelajaran pertemuan kedua siklus II Refleksi.
Gambar 4.18 Refleksi siswa
Setelah siswa
selesai menuliskan
refleksi, kemudian
siswa mengumpulkan refleksi yang sudah mereka tulis dan diserahkan kepada guru. Di
akhir pertemuan, karena pertemuan kedua adalah pertemuan terakhir di siklus II, maka guru memberikan lembar soal evaluasi siklus II. Sebelum pembelajaran
selesai, siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II secara individu dan jika sudah selesai, siswa mengumpulkan hasil mengerjakannya. Setelah semua hasil
dikumpulkan, maka guru melakukan penilaian terhadap hasil mengerjakan lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, dan lembar soal evaluasi siklus II Penilaian
nyata. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.19 Penilaian soal evaluasi siklus II
Hasil belajar yang sudah dinilai oleh guru, dibagikan kembali kepada siswa. Siswa dapat melihat nilai dari hasil mengerjakan soal yang sudah mereka
kerjakan pada pertemuan siklus II. Dengan dinilainya soal evaluasi siklus II, maka guru dapat melihat peningkatan hasil belajar siklus II melalui pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual. Setelah guru dapat mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II setelah melaksanakan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual, maka kemudian guru dapat melihat peningkatan kedisiplinan belajar siswa untuk siklus I dan siklus II.
4.3.1.3 Pembahasan Siklus I dan Siklus II Pada pertemuan pertama siklus I sampai dengan pertemuan kedua siklus II
peneliti selalu mengawali kegiatan pembelajaran dengan tahap konstruktivisme, yaitu membangun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Peneliti selalu memberikan kasus yang berbeda pada setiap awal pertemuan agar siwa dapat memiliki raasa ingin tahu. Siklus I pertemuan pertama
peneliti menyajikan kasus tentang analisis konsep perkalian, pada pertemuan kedua siklus I peneliti menyajikan kasus tentang menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari menggunakan perkalian bersusun panjang dan pendek. Siklus II pertemuan pertama peneliti menyajikan kasus mengenai konsep
pembagian, sedangkan pada pertemuan kedua siklus II peneliti menyajikan kasus tentang cara pembagian dengan sisa dan tanpa sisa. Pada tahap selanjutnya,
peneliti melakukan proses inkuiri pada pertemuan pertama siklus I sampai dengan pertemuan kedua siklus II. Pada tahap inkuiri, disetiap pertemuan peneliti
membentuk kelompok secara acak dengan berhitung. Disetiap siklus peneliti selalu membentuk kelompok berjumlah 6 kelompok dengan jumlah anggota setiap
kelompoknya berjumlah 5 siswa. Pada setiap siklus peneliti melaksanakan tahap inkuiri yang terdiri dari rumusan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan
data, menganalisis data dan menyimpulkan. Pada siklus I pertemuan pertama siswa diberikan rumusan masalah mengenai pengertian perkalian, sedangkan
siklus I pertemuan kedua siswa diberikan rumusan masalah mengenai manfaat perkalian bagi kehidupan sehari-hari. Pada siklus II pertemuan pertama siswa
diberikan rumusan masalah mengenai pengertian pembagian, sedangkan pertemuan kedua siklus II siswa diberikan rumusan masalah mengenai manfaat
pembagian bagi kehidupan sehari-hari. Hipotesis pada siklus I dan siklus II adalah siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan pemahaman
mereka. Mengumpulkan data pada siklus I pada pertemuan pertama siswa diminta untuk membaca materi dalam LKS atau sumber lainnya mengenai llangkah-
langkah perkalian. Pertemuan kedua siklus I siswa diminta untuk mengamati tabel perkalian untuk menyelesaikan soal yang yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari. Pada pertemuan pertama siklus II siswa diminta unntuk membaca PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
materi mengenai pembagian, sedanagkan pada pertemuan kedua siklus II siswa diminta untuk mengamati soal cerita pembagian. Menganalisis data pada siklus I
dan siklus II siswa diminta untuk menganalisis setiap data yang telah diperoleh secara berkelompok. Pada siklus I dan siklus II siswa memberikan kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis secara kelompok. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat
berguna yaitu untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran, membangkitakan motivasi siswa untuk belajar,
merangsang keingin tahuan siswa terhadap sesuatu, memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan dan membimbing siswa untuk menemukan atau
menyimpulkan sesuatu. Pada siklus I pertemuan pertama peneliti menanyakan tentang konsep perkalian, namun ternyata ada 3 kelompok yang masih belum
paham mengenai konsep perkalian, sehingga peneliti menjelaskan kembali mengenai konsep perkalian secara detail. Pertemuan kedua siklus I peneliti
memberikan motivasi tentang manfaat perkalian bagi kehidupan sehari-hari agar siswa tidak merasa sulit mengenal perkalian dalam kehidupan sehari-hari. Pada
siklus II pertemuan pertama peneliti bertanya mengenai konsep pembagian, sedangkan pada pertemuan kedua siklus II peneliti bertanya tentang manfaat
pembagian dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Belajar adalah konsep dalam pendekatan kontekstual
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Pada siklus I pertemuan pertama setiap kelompok diminta untuk
mendemonstrasikan konsep perkalian dan kelompok lain diminta untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan tanggapan atas kebenaran konsep yang telah disajikan setiap kelompok. Pertemuan kedua siklus I setiap siswa perwakilan kelompok diminta
untuk maju untuk mempresentasikan hasil diskusi tentang perkalian bersusun panjang dan bersusun pendek, kelompok yang lain diminta untuk memberika
tanggapan mengenai kebenaran hasil yang dipresentasikan setiap perwakilan kelompok. Pada siklus II pertemuan pertama setiap kelompok diminta untuk
mendemonstrasikan konsep pembagian, kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan atas kebenaran konsep yang sudah didemonstrasikan oleh kelompok
lain. Pertemua kedua siklus II siswa perwakilan setiap kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil mengerjakan soal pembagian, kelompok lain
diminta untuk memberikan tanggapan tentang kebenaran hasil dsikusi kelompok tersebut. Tahap pemodel bertujuan untuk siswa menggunakan media yang sudah
diberikan oleh peneliti pada masing-masing kelompok. Peneliti menampilkan media tabel perkalian di siklus I dan garis penaksiran di siklus II kemudian
peneliti memberikan contoh penggunaan media terlebih dahulu. Setelah siswa mengetahui cara menggunakan media, setiap kelompok diminta untuk
mengerjakan LKS yang sudah dibagikan dengan bantuan media tersebut untuk mempermudah siswa menyelesaikan soal.
Tujuan peneliti melakukan refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian-
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui. Penulisan refleksi tentang pengalaman belajar melalui refleksi dimaksud untuk mengetahui pengetahuan
yang dimiliki siswa. Pada tahap refleksi peneliti memberikan refleksi secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tertulis dengan pertanyaan yang sama di siklus I dan siklus II. Peneliti meminta siswa menjawab refleksi sejujur mungkin agar menjadi bahan evaluasi
dipertemuan berikutnya. Tahap penilain nyata bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Tahap ini
peneliti menyusun penilaian berupa kognitif, afektif dan psikomotorik secara rinci yang tercantum di rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah mengetahui hasil
belajar siswa, peneliti dapat mengetahui kedisiplinan siswa. Kedisiplinan belajar siswa diukur dengan menggunakan lembar kuesioner
yang dibagikan oleh guru pada akhir pembelajaran disetiap akhir pertemuan setiap siklus. Peneliti membagikan kuesioner dengan menggunakan pendekatan
kontekstual. Kuesioner yang sudah dibagikan, disusun berdasarkan indikator- indikator kedisiplinan yang sudah dibuat. Dimana indikator-indikator kedisiplinan
tersebut adalah 1 mengerjakan tugas lebih cepat lebih baik, 2 membiasakan diri membereskan apa yang sudah dimulai, 3 mengindari mengulur-ulur waktu, 4
berusaha untuk menjadi percaya diri, 5 menghindari kecemasan, 6 merencanakan yang akan terjadi, dan 7 menyiapkan diri saat belajar.
Pada kondisi awal tampak presentase 66,7 atau sebanyak 20 siswa kategori minimal cukup disiplin dan presentase 33,3 atau 10 anak termasuk
kedalam siswa yang kurang disiplin. Hasil dari kedisiplinan belajar siswa pada kondisi awal tersebut adalah ketika siswa kelas IV A SD Negeri Jetis Bantul
hanya memiliki 30 murid dan pada saat pembelajaran siklus I dan siklus II, siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul bertambah 1 orang siswa, sehingga menjadi 31
siswa. Kedisiplinan belajar siswa saat pembelajaran mengalami peningkatan dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kondisi awal ke siklus I dengan diterapkannya pendekatan kontekstual. Pada kegiatan pembelajaran siklus I tampak presentase 83,8 atau sebanyak 26 siswa
kategori minimal cukup disiplin dalam pembelajaran sudah mengikuti kegiatan belajar sampai tahap refleksi, meskipun masih ada presentase 16,2 atau
sebanyak 5 siswa yang kurang disiplin atau dalam artian siswa masih ada yang tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas dan siswa masih ada yang keluar
kelas tanpa meminta ijin guru. Pada siklus I pertemuan pertama siswa masih belum terbiasa mendapatkan masalah diawal pembelajaran dan menemukan
konsep belajar sendiri sehingga siswa masih bingung dengan tujuan pembelajaran, sehingga peneliti selalu memberikan contoh kongrit dengan konsep perkalian.
Pada siklus I kedisiplinan siswa belum tampak pada setiap sesi kegiatan seperti siswa yang masih sering keluar kelas tanpa meminta ijin, mengumpulkan tugas
tidak sesuai waktu yang diberikan, belum menyiapkan alat tulis sebelum pelajaran dimulai dan belum ikut berdiskusi saat kegiatan berdiskusi berlangsung. Pada saat
pembelajaran siklus I pertemuan pertama ada 3 siswa yang keluar kelas tanpa ijin guru, dan pada pengumpulan tugas ada 2 kelompok yang mengumpulkan tugas
tidak tepat waktu. Pada siklus I pertemuan kedua ada 6 siswa yang keluar kelas sudah meinta
ijin kepada gurupeneliti. Setiap anggota kelompok sudah tampak ikut berdiskusi dan mau bergantian mencatat hasil diskusi, sehingga seluruh kelompok 6
kelompok sudah tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Dalam pertemuan kedua siswa sudah terlihat disipli dalam menyiapkan alat tulis sebelum
pembelajaran dimulai dan ketika 15 menit sebelum bel masuk siswa sudah berada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di dalam kelas. Tiga siswa yang sebelumnya tidak ijin ketika keluar kelas sudah mulai meminta ijin ketika akan keluar kelas.
Kedisiplinnan belajar pada siklus I meningkat pada siklus II dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Pada kegiatan pembelajaran siklus II tampak
presentase peningkatan kedisiplinan sebesar 96,8 atau sebanyak 30 siswa dan termasuk dalam kategori minimal cukup disiplin. Dari 30 siswa tersebut sudah
disiplin dalam mengumpulkan tugas tepat waktu, menyiapkan alat tulis sebelum pembelajaran dimulai, dan sudah keluar kelas dengan meminta ijin kepada guru.
Pada pertemuan pertama siklus II terdapat 1 kelompok yang 1 anggota kelompoknya hanya mengganggu teman satu kelompoknya dan tidak ikut
berdiskusi. Satu siswa tersebut ketika ditanyai dan ditegur oleh guru hanya menunduk dan tidak mau menatap guru yang sedang bertanya. Pada siklus II
pertemuan kedua satu siswa yang pada pertemuan pertama siklus II hanya mengganggu teman saat berdiskusi sudah mulai bersedia ikut berdiskusi dan
bersedia menuliskan hasil diskusi. Semua kelompok 6 kelompok sudah tepat waktu dalam mengumpulkan hasil diskusi. Siswa sudah terbias dalam
mengumpulkan tugas tepat waktu dan keluar kelas dengan meminta ijin kepada guru terbukti ketika sudah tidak ada lagi siswa yang keluar kelas tanpa meminta
ijin kepada guru. Hasil pembahasan di atas dapat diketahui bahwa penerapan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan kedisiplinan siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Jetis Bantul. Penelitian ini membuktikan bahwa
hipotesis dengan menerapkan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kedisiplinan siswa. Setelah mengetahui hasil kedisiplinan belajar siswa, peneliti dapat melihat hasil dari hasil belajar siswa secara menyeluruh dari silklus I dan
siklus II. Peneliti mengukur hasil belajar siswa menggunakan soal hasil belajar yang
diberikan pada akhir pertemuan siklus I dan akhir pertemuan siklus II. Siswa mengerjakan soal hasil belajar berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 butir
soal pilihan ganda. Hasil belajar siswa diperoleh dari soal evaluasi hasil belajar yang dikoreksi dan dinilai oleh peneliti. SD Negeri Jetis Bantul menetapkan nilai
KKM pada mata pelajaran matematika yaitu 75. Hasil belajar siswa pada kondisi awal diperoleh dari nilai ulangan tengah semester siswa pada mata pelajaran
matematika tahun ajaran 20162017. Siswa yang belum lulus KKM ada 13 siswa 43,3 sedangkan siswa yang sudah lulus KKM ada 17 siswa 56,7.
Setelah pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu
77,64 terdapat 19 siswa 61,3 yang sudah lulus KKM dan ada 12 siswa 38,7 yang belum lulus KKM. Dengan hasil yang diperoleh siswa pada siklus I, maka
peneliti ingin melanjutkan penelitian pada siklus II. Pembelajaran siklus II tidak berbeda jauh dengan pembelajaran siklus I, masih menggunakan pendekatan
kontekstual. Hasil belajar siklus II mengalami peningkatan dari hasil belajar siklus I. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 84,72.
Berdasarkan perolehan nilai siswa, maka terdapat 26 siswa 83,9 yang lulus KKM dan ada 5 siswa 16,1 yang belum lulus KKM. Oleh karena itu rata-rata
hasil belajar siswa dapat meningkat menjadi 84,72 dan peneliti mengakhiri penelitian pada siklus II.
Hasil dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa penerapan pendekatan kontekstual yang sudah disesuaikan dengan langkah-langkahnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul. Hal ini dapat membuktikan bahwa hipotesis tentang penerapan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Pada bab V ini membahas tentang kesimpulan, keterbatasan peneliti dan juga saran. Peneliti akan menguraikan masing-masing sub bab sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan