Meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual di SD Negeri Jetis Bantul.

(1)

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD NEGERI JETIS BANTUL

Maria Yusinta Rijayanti Universitas Sanata Dharma

2016

Meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar yang kurang pada siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas di sekolah tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk (1) mengetahui penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul (2) meningkatkan kedisiplinan dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul (3) meningkatkan hasil belajar dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul.

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan 2 siklus yang subjeknya adalah siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul. Setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, kuesioner, tes dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, lembar kuesioner dan tes.

Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kedisiplinan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul. Pada kondisi awal nilai rata-rata kedisiplinan belajar 70,1 (kategori cukup aktif) dengan persentase siswa minimal cukup aktif 66,7 %; siklus I rata-rata 78,6 (kategori cukup disiplin) dengan persentase 83,8 %; siklus II rata-rata 88,6 (kategori disiplin) dan persentasenya 96,8 %. Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata hasil belajar sebesar 75,40 sebanyak 56,7 % siswa mencapai KKM 75; siklus I 77,64 sebanyak 61,3 % siswa yang mencapai KKM; siklus II rata-rata 84,72 dan sebanyak 83,9 % siswa yang mencapai KKM.


(2)

MATHEMATICS USING CONTEXTUAL IN JETIS BANTUL ELEMENTARY SCHOOL

Maria Yusinta Rijayanti Universitas Sanata Dharma

2017

Enhance of students’ discipline and learning outcome at Jetis Bantul elementary school motivated the researcher to conduct Classroom Action Research in the school. The aims of this research were (1) to know the implementation of contextual approach to increase fourth grade students discipline and learning outcomes on Math subject at Jetis Bantul elementary school (2) enhance discipline with the implementation of contextual approach the fourth grade students on Math subject at Jetis Bantul elementary school (3) enhance learning outcome with the implementation of contextual approach the fouth grade students discipline on Math subject at Jetis Bantul elementary school.

This research was a Classroom Action Research which was conducted with 2 cycles which the subjects were fourth grade students at Jetis Bantul elementary school. Each cycle consisted of two meetings. In each cycle, there were four steps which are planning, action, observation, and reflection. The data gathering technique included interview, observation, questionnaire, and documentation. The research instruments which were used were interview guideline, observation guideline, questionnaire sheet, and test.

The implementation which contextual approach could increase fourth grade students on Math subject at Jetis Bantul elementary school. At the initial condition, the average score of the learning discipline was 70.1 (“disciplined enough” category) with the minimum percentage of adequate discipline 66.7% from 30 students; the average of cycle I was 88.6 (“disciplined enough” category) and the percentage was 83.8%; the average of cycle II was 88.6 (“disciplined” category) and the percentage is 96.8%. The implementation of contextual approach could increase students’ learning outcome. At the initial condition, the average score of the learning outcome was 75.49 as much as 56.7% students reached the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM) which is 75; cycle I was 77.64 as much as 61.3% students which reached the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM); cycle II which the average was 84.72 and as much as 83.9% students reached the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM).


(3)

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD

NEGERI JETIS BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Maria Yusinta Rijayanti NIM : 131134176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017


(4)

i

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD

NEGERI JETIS BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Maria Yusinta Rijayanti NIM : 131134176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga

selalu menumbuhkan semangat untuk mengerjakan skripsi.

Kedua orang tuaku FX.Paridjo dan Anastasia Karyanti yang telah memberikan

dukungan serta doa dan fasilitas yang diberikan supaya saya tetap semangat

mengerjakan skripsi

Dosen pembimbing skripsi yang sudah dengan sabar membimbing saya dalam

mengerjakan skripsi

Kakak Paulus Bangun Kristianto yang selalu memberikan nasihat

Teman spesialku Agung Nur Cahyo yang selalu memberikan semangat dan selalu

menemaniku saat mengerjakan skripsi

Khalih Ridho dan Bayu Widaryanto yang sudah sedia menjadi partner skripsi dan

saling memberi dukungan

Amah Wulandari, Haryo Putu, Fransiscus Caraccioli Joni, Nur Pratikto, Nurhayati,

dan Yosi yang sudah bersedia menjadi temanku dari semester I sampai sekarang.

Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan doa supaya saya dapat

menyelesaikan skripsi

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:

Universitas Sanata Dharma


(8)

v MOTTO

Jangan mudah melambung karena tersanjung, jangan mudah terjatuh karena

cibiran

Perangi rasa malas dirimu, bentangkan semangatmu

Segala sesuatu dan perkara yang terjadi selalu sertakan Tuhan, karena uluran

tanganNya akan mendorong dirimu untuk lebih kuat.

Hasil yang baik berasal dari pribadi yang baik.

Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering ketakutanlah yan

g

membuat jadi sulit. Jadi jangan mudah menyerah.


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Mei 2017 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Yusinta Rijayanti Nomor Mahasiswa : 131134176

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD NEGERI JETIS BANTUL

Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di Yogyakarta

Pada tanggal : 19 Mei 2017 Yang menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD NEGERI JETIS BANTUL

Maria Yusinta Rijayanti Universitas Sanata Dharma

2016

Meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar yang kurang pada siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas di sekolah tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk (1) mengetahui penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul (2) meningkatkan kedisiplinan dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul (3) meningkatkan hasil belajar dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul.

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan 2 siklus yang subjeknya adalah siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul. Setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, kuesioner, tes dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, lembar kuesioner dan tes.

Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kedisiplinan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul. Pada kondisi awal nilai rata-rata kedisiplinan belajar 70,1 (kategori cukup aktif) dengan persentase siswa minimal cukup aktif 66,7 %; siklus I rata-rata 78,6 (kategori cukup disiplin) dengan persentase 83,8 %; siklus II rata-rata 88,6 (kategori disiplin) dan persentasenya 96,8 %. Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata hasil belajar sebesar 75,40 sebanyak 56,7 % siswa mencapai KKM 75; siklus I 77,64 sebanyak 61,3 % siswa yang mencapai KKM; siklus II rata-rata 84,72 dan sebanyak 83,9 % siswa yang mencapai KKM.


(12)

ix

ABSTRACT

ENHANCE THE DISCIPLINE AND LEARNING OUTCOMES IN CLAS IV SUBJECT IN MATHEMATICS USING CONTEXTUAL IN JETIS BANTUL

ELEMENTARY SCHOOL

Maria Yusinta Rijayanti Universitas Sanata Dharma

2017

Enhance of students’ discipline and learning outcome at Jetis Bantul elementary school motivated the researcher to conduct Classroom Action Research in the school. The aims of this research were (1) to know the implementation of contextual approach to increase fourth grade students discipline and learning outcomes on Math subject at Jetis Bantul elementary school (2) enhance discipline with the implementation of contextual approach the fourth grade students on Math subject at Jetis Bantul elementary school (3) enhance learning outcome with the implementation of contextual approach the fouth grade students discipline on Math subject at Jetis Bantul elementary school.

This research was a Classroom Action Research which was conducted with 2 cycles which the subjects were fourth grade students at Jetis Bantul elementary school. Each cycle consisted of two meetings. In each cycle, there were four steps which are planning, action, observation, and reflection. The data gathering technique included interview, observation, questionnaire, and documentation. The research instruments which were used were interview guideline, observation guideline, questionnaire sheet, and test.

The implementation which contextual approach could increase fourth grade students on Math subject at Jetis Bantul elementary school. At the initial condition, the average score of the learning discipline was 70.1 (“disciplined enough” category) with the minimum percentage of adequate discipline 66.7% from 30 students; the average of cycle I was 88.6 (“disciplined enough” category) and the percentage was 83.8%; the average of cycle II was 88.6 (“disciplined” category) and the percentage is 96.8%. The implementation of contextual approach could increase students’ learning outcome. At the initial condition, the average score of the learning outcome was 75.49 as much as 56.7% students reached the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM) which is 75; cycle I was 77.64 as much as 61.3% students which reached the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM); cycle II which the average was 84.72 and as much as 83.9% students reached the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM).


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Meningkatkan Kedisiplinan dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri Jetis Bantul. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Cristiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S.,M.Pd selaku wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

4. Drs. Paulus Wahana, M. Hum dan Andri Anugrahana, S.Pd.,M. Pd., selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktu dan tenaga serta perhatian untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai.


(14)

xi

5. Sekretariat program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang sudah memperlancar segala keperluan perkuliahan

6. Drs. Suharyana selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jetis Bantul yang telah mengijinkan peneliti melakukan penelitian.

7. Subagiyono, S.Pd selaku guru kelas IV A SD Negeri Jetis Bantul yang telah memberikan bantuan untuk melakukan penelitian.

8. Siswa siswi kelas IV A SD Negeri Jetis Bantul selaku subjek penelitian yang telah bersedia membantu peneliti dalam proses penelitian.

9. Bapak dan ibu guru serta karyawan SD Negeri Jetis Bantul yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar

10.Keluarga besar tercinta yang telah mendukung dengan doa dan perhatiannya.

11.Teman-teman satu payung Khalih dan Bayu berkat kerjasamanya selama ini dalam menyusun skripsi ini.

12.Teman-teman PGSD kelas C dan D semester I hingga VII angkatan 2013 atas semangat, dukungan, doa dan kebersamaannya selama berproses dan berdinamika selama perkuliahan.

13.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.


(15)

xii

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa kendala yang peneliti temukan baik dari faktor dalam diri maupun dari luar. Namun, kendala tersebut tidak menjadi hambatan dalam diri peneliti melainkan menjadi semangat untuk terus maju dan menyelesaikan menyusun skripsi. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan Universitas Sanata Dharma. Penulis meminta maaf apabila dalam penyajian terdapat beberapa kesalahan baik dalam sistematika penyajian, isi, dan sebagainya, serta peneliti menerima kritik dan saran sebagai masukan untuk memperbaiki penelitian ini.

Yogyakarta, 19 April 2017 Penulis Maria Yusinta Rijayanti


(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pembatasan Masalah ... 6

1.3Rumusan Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Manfaat Penelitian ... 7

1.6Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Kedisiplinan ... 11

2.1.2 Hasil Belajar ... 12

2.1.2.1 Pengertian Hasil ... 12


(17)

xiv

2.1.3.1 Pengertian Belajar ... 13

2.1.4 Hasil Belajar ... 16

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar ... 16

2.1.4.2 Penggolongan Hasil Belajar ... 16

2.1.5 Pembelajaran ... ... 19

2.1.6 Matematika ... 20

2.1.6.1 Pelajaran Matematika ... 20

2.1.6.2 Materi Perkalian dan Pembagian ... 21

2.1.7 Pembelajaran Matematika ... 25

2.1.8 Pendekatan Kontekstual ... 26

2.1.8.1 Langkah Pendekatan kontekstual ... . 28

2.1.8.1 Kekurangan dan Kelebihan ... 28

2.1.9 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 30

2.2 Teori-teori Mendukung ... 33

2.3 Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

2.4 Desain Diagram Penelitian yang Relevan ... 37

2.5 Kerangka Berpikir... . 39

2.6 Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Setting Penelitian ... 44

3.2.1 Tempat Penelitian ... 44

3.2.2 Waktu Penelitian ... 45

3.2.3 Subjek Penelitian ... 45

3.2.4 Objek Penelitian ... 45

3.3 Rencana Tindakan ... 45

3.3.1 Persiapan ... 45

3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 46

3.3.2.1 Siklus I ... 46


(18)

xv

3.4 Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 65

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.5.1 Kuesioner ... 66

3.5.2 Dokumentasi ... 67

3.5.3 Tes ... 67

3.5.4 Wawancara ... 68

3.5.5 Observasi ... 68

3.6 Instrumen Penelitian ... 68

3.6.1 Non Tes ... 69

3.6.1.1 Pedoman Wawancara ... 69

3.6.1.2 Pedoman Observasi ... 70

3.6.1.3 Lembar Kuesioner ... 70

3.6.2 Tes ... 72

3.7 Tabel Instrumen Pengumpulan Data ... 73

3.8 Uji Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran (IK) ... 74

3.8.1 Validitas ... 74

3.8.1.1 Validitas Variabel Kedisiplinan ... 75

3.8.1.2 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 76

3.8.2 Reliabilitas ... 83

3.8.3 Indeks Kesukaran Soal (IK) ... 85

3.9 Teknik Analisis Data ... 88

3.9.1 Analisis Data Kedisiplinan Siswa ... 88

3.9.2 Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 89

3.10 Jadwal Penelitian ... 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 91

4.1.1 Perencanaan ... 91

4.1.2 Pelaksanaan ... 94

4.1.3 Observasi ... 95


(19)

xvi

4.2 Hasil Penelitian ... 97

4.2.1 Kedisiplinan Siswa ... 97

4.2.1.1 Kondisi Awal ... 97

4.2.1.2 Siklus I ... 98

4.2.1.3 Siklus II ... 100

4.2.2 Hasil Belajar ... 103

4.2.2.1 Kondisi Awal ... 103

4.2.2.2 Siklus I ... 105

4.2.2.3 Siklus II ... 106

4.3 Pembahasan ... 110

4.3.1 Penerapan Pendekatan Kontekstual ... 111

4.3.1.1 Siklus I ... 112

4.3.1.2 Siklus II ... 122

4.3.1.3 Pembahasan Siklus I dan Siklus II ... 128

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 138

5.2 Keterbatasan ... 139

5.3 Saran ... 140


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan dan Alat Ukur Siklus I ... 65

Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan dan Alat Ukur Siklus II ... 66

Tabel 3.3 Pertanyaan Wawancara ... 69

Tabel 3.4 Indikator Observasi ... 70

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kedisiplinan ... 71

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II Sebelum Validasi ... 72

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II Sesudah Validasi ... 73

Tabel 3.8 Instrumen Pengumpulan Data ... 73

Tabel 3.9 Hasil Validasi Kedisiplinan Oleh Validator ... 76

Tabel 3.10 Hasil Validasi Silabus ... 77

Tabel 3.11 Hasil Validasi RPP ... 78

Tabel 3.12 Hasil Validasi LKS ... 79

Tabel 3.13 Hasil Validasi Soal Hasil Belajar ... 79

Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Validitas Soal Hasil Belajar Siklus I ... 81

Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Validitas Soal Hasil Belajar Siklus II ... 82

Tabel 3.16 Kriteria Reliabilitas ... 83

Tabel 3.17 Reliabilitas Siklus I ... 84

Tabel 3.18 Reliabilitas Siklus II ... 84

Tabel 3.19 Kriteria Indeks Kesukaran ... 86

Tabel 3.20 Indeks Kesukaran Soal Hasil Belajar Siklus I ... 86

Tabel 3.21 Indeks Kesukaran Soal Hasil Belajar Siklus II ... 87

Tabel 3.22 Kriteria Skor Kuesioner Kedisiplinan ... 89

Tabel 3.23 Jadwal Penelitian ... 90

Tabel 4.1 Kondisi Awal Kedisiplinan Belajar Siswa ... 97


(21)

xviii

Tabel 4.3 Hasil Kedisiplinan Belajar Siswa Siklus II ... 100

Tabel 4.4 Hasil Kedisiplinan Belajar Siswa ... 101

Tabel 4.5 Nilai Ulangan Tengah Semester Mata Pelajaran Matematika Tahun 2016/2017 ... 104

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 105

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 106


(22)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan

Mc. Taggart ... 41 Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Kediiplinan Siswa ... 100 Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Presentase Kedisiplinan

Siswa ... 100 Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa ... 107 Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Jumlah Siswa yang

Mencapai KKM ... 107 Gambar 4.5 Guru Menjelaskan Materi kepada Siswa ... 110 Gambar 4.6 Siswa Melakukan kegiatan diskusi ... 111 Gambar 4.7 Siswa Melakukan Kegiatan bertanya ... 112 Gambar 4.8 Siswa Menggunakan Media untuk

Mengerjakan Soal ... 113 Gambar 4.9 Guru Menjelaskan Materi ... 114 Gambar 4.10 Siswa Berdiskusi ... 115 Gambar 4.11 Siswa Menulis Refleksi ... 116 Gambar 4.12 Guru Menjelaskan Materi ... 117 Gambar 4.13 Siswa Bertanya Kepada Guru ... 118 Gambar 4.14 Refleksi Siswa ... 118 Gambar 4.15 Penilaian Kelompok ... 119 Gambar 4.16 Guru Menjelaskan Materi ... 120 Gambar 4.17 Siswa Bertanya Kepada Guru ... 121 Gambar 4.18 Refleksi Siswa ... 122 Gambar 4.19 Penilaian Soal Evaluasi Siklus II ... 122


(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Sebelum dan Sesudah Penelitian ... 145 Lampiran 2 Instrumen Pembelajaran ... 148 Lampiran 3 Instrumen Penelitian (Lembar Kuesioner) ... 235 Lampiran 4 Hasil Kuesioner Kedisiplinan Siswa ... 239 Lampiran 5 Soal Hasil Belajar dan Kunci Jawaban ... 243 Lampiran 6 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran dan

Instrumen Penelitian ... 268 Lampiran 7 Hasil Output Data Validitas, Reliabilitas, Indeks

Kesukaran dan R-Tabel ... 282 Lampiran 8 Data Nilai Kondisi Awal dan Setelah Tindakan ... 311 Lampiran 9 Contoh Hasil Evaluasi Siswa ... 315 Lampiran 10 Hasil Wawancara Guru Kelas ... 325 Lampiran 11 Foto-foto Kegiatan ... 328 Lampiran 12 Riwayat Hidup Penulis ... 330


(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ahmadi (2014: 50) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi bawaan manusia agar dapat berkembang secara optimal dan mampu melakukan tugas dan kewajiban sebagai manusia di bumi dan secara lebih spesifik sebagai subjek pembangunan guna mencapai kebahagiaan hidup sekarang dan masa mendatang. Sekolah Dasar merupakan jenjang dasar untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya. Pendidikan di Sekolah dasar haruslah memberikan makna bagi siswa melalui kegiatan belajar yang mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Kegiatan belajar yang disiplin merupakan strategi yang baik untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa sehingga dapat


(25)

mempengaruhi hasil belajar siswa. Lickona (2014: 73-74) menyatakan disiplin adalah celah masuk bagi pendidikan karakter. Pendidikan karakter menegaskan bahwa jika disiplin hendak berfungsi, hal itu harus mengubah anak-anak pada sisi dalamnya. Disiplin harus mengubah sikap mereka, cara mereka berpikir dan merasa. Disiplin harus menyebabkan mereka ingin berperilaku secara berbeda. Disiplin harus membantu mereka mengembangkan kebajikan-kebajikan, penghormatan, empati, penilaian yang baik, dan pengendalian diri yang tanpa hal-hal ini, masalah disiplin muncul pertama kali.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkan siswa untuk belajar mengukur dan berhitung sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari mengenai bilangan seperti mengukur dan menghitung. Suherman (2008: 888) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Tinggih (dalam Suherman, 2001: 18) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang diperoleh dengan nalar. Hal ini dimaksud bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran). Ketika siswa mulai ikut serta dan percaya diri dalam kegiatan belajar terutama pada mata pelajaran matematika guru perlu untuk mempertimbangkan ruangan agar siswa dapat mengeksplor pengetahuannya dengan kondisi lingkungan atau ruang


(26)

kelas yang memadai. Pembelajaran matematika yang seharusnya anak adalah anak dihadapkan pada kehidupan nyata yang berhubungan dengan pengukuran dan perhitungan.

Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar akan maksimal jika guru melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sani (2013: 40) mengatakan bahwa pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Pembelajaran tidak terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber belajar/lingkungan belajar yang mendukung. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang tepat bagi siswa untuk mencapai tujuan belajar, dan salah satu pendekatan yang dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuannya yaitu dengan pendekatan kontekstual.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 19 Juli 2016 yang dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas IV SD Negeri Jetis Bantul mengenai proses pembelajaran matematika, cara guru untuk memperjelas konsep perkalian dan pembagian, media yang digunakan untuk memperjelas materi, kedisiplinan siswa kelas IV ketika mengikuti pembelajaran matematika, hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika, berapa banyak siswa yang nilai matematikanya di bawah


(27)

KKM, penyebab siswa tidak paham terhadap materi perkalian dan pembagian dan menanyakan pendekatan apa yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Jetis Bantul. Guru kelas menjawab seluruh pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti.

Peneliti melakukan observasi bertempat di SD N Jetis Bantul pada kelas IV pada tanggal 19 Juli 2016 tentang kompetensi dasar 1.3 melakukan operasi perkalian dan pembagian. Berdasarkan hasil observasi di kelas 4 SD Negeri Jetis Bantul pada pelajaran matematika, kelemahan siswa pada pelajaran matematika adalah (1) mengerjakan tugas lebih cepat lebih baik, (2) membiasakan diri membereskan apa yang sudah dimulai, (3) menghindari mengulur-ulur waktu, (4) berusaha untuk menjadi percaya diri, (5) menghindari kecemasan, (6) merencanakan yang akan datang, (7) menyiapkan diri saat belajar. Siswa masih kurang disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam pengamatan, hanya enam siswa atau presentasenya 20% dari 30 siswa yang keluar kelas dengan meminta ijin kepada guru dan yang lain masih belum meminta ijin saat keluar kelas dan ada yang tidak berminat untuk keluar kelas. Ada 25 siswa atau 83,3% dari 30 siswa yang sudah tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Jumlah seluruh kelas IV A SD Negeri Jetis Bantul yaitu 30 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah pendekatan yang tidak digunakan oleh guru, belum lagi masalah dari siswa itu sendiri. Rendahnya hasil belajar matematika karena adanya sugesti pada diri siswa yang sudah terlebih dahulu


(28)

menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan rumit, sehingga siswa cukup disiplin dalam mengikuti setiap pembelajaran matematika terbukti dalam kondisi awal rata-rata kedisiplinan siswa adalah 70,1 dan kondisi awal hasil belajar siswa adalah 75,4.

Salah satu cara untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui pendekatan Kontekstual. Jhonson (2007: 14) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah sebuah sistem belajar didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya. Maka dari itu, pendekatan dalam kegiatan belajar sangat menentukan keberlangsungan kegiatan belajar. Semakin menarik pendekatan yang dipilih oleh guru, maka kegiatan belajar akan membuat siswa disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar tersebut dan mau terlibat langsung dalam seluruh kegiatan pembelajaran. Pendekatan kontekstual adalah suatu proses pembelajaran yang bersifat menyeluruh atau holistik. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran kontekstual siswa dimotivasi sehingga mereka dapat memahami makna bahan pelajaran sesuai konteks konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural), untuk dapat


(29)

melaksanakan pengajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual diperlukan kerjasama antara guru yang mengampu mata pelajaran matematika (guru kelas) dengan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru matematika untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran matematika di sekolah yang menerapkan pembelajaran dengan melalui pendekatan Kontekstual, diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan belajar siswa dan hasil belajar siswa.

1.2 Pembatasan Masalah

Permasalahan peelitian ini difokuskan pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan standar kompetensi 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. Kompetensi 1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut:


(30)

1. Bagaimana proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual yang diterapkan di kelas IV SD Negeri Jetis Bantul dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa?

2. Apakah penerapan pendekatan kontekstual dengan langkah-langkah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata dapat meningkatkan kedisiplinan siswa pada pelajaran matematika selama proses pembelajaran di SD Negeri Jetis Bantul?

3. Apakah penerapan pendekatan konteksual dengan langkah-langkah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika selama proses pembelajaran di SD Negeri Jetis Bantul?

1.4 Tujuan Penelitian

Memperhatikan masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran diperlukan usaha-usaha agar dapat meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui proses pembelajaran matematika dalam rangka

meningatkan kedisiplinan dan hasil belajar di kelas IV SD Negeri Jetis Bantul dengan menggunakan pendekatan kontekstual.


(31)

2. Meningkatkan kedisiplinan siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul selama proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul selama proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual.

1.5 Manfaat Penelitian

Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini memberikan manfaat konseptual terutama pada pembelajaran, selain itu juga kepada hasil belajar dan kedisiplinan pada pembelajaran matematika.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian tindakan kelas mampu memberikan manfaat terhadap pembelajaran matematika, terutama dalam meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar pada pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual.

1.5.2 Manfaat Praktis

Pada manfaat praktis penelitian ini memberikan manfaat bagi: 1.5.2.1 Bagi Guru

Guru dapat menjadi fasilitator untuk membantu siswa di kelas dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru dapat lebih


(32)

banyak memberikan kemudahan dan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan siswa untuk proses belajar.

1.5.2.2 Bagi Siswa

Siswa akan menemukan sendiri dan menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan pengetahuan yang dimilikinya dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah kontekstual.

1.5.2.3 Bagi Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memperbaiki kinerja peneliti bahwa pendekatan kontekstual yang diterapkan pada pelajaran matematika baik bagi siswa dan sebagai pembuktian untuk membantu siswa dalam meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa.

1.6 Definisi Operasional

Pada bagian ini akan dijelaskan istilah-istilah yang digunakan pada penelitian, antara lain:

1.6.1 Kedisiplinan adalah sesuatu yang berkenaan dengan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan norma yang berlaku.

1.6.2 Hasil belajar adalah hasil pencapaian siswa melalui kegiatan belajar yang dinampakkan dalam pengetahuan dan sikap.


(33)

1.6.3 Pendekatan kontekstual adalah kosep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari.

1.6.4 Siswa sekolah dasar adalah siswa dengan kemampuan berpikir secara logis meskipun harus dengan objek yang bersifat konkret.

1.6.5 Matematika adalah pelajaran yang berkaitan dengan sesuatu yang dapat dihitung atau sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas (jumlah) dan terdapat nilai konsistensi dalam berpikir logis.

1.6.6 Pembelajaran matematika adalah proses belajar siswa dalam memahami konsep matematika dengan cara menemukan pengetahuan baru, sehingga konsep tersebut sebagai kunci untuk memecahkan masalah.


(34)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II berisi landasan teori yang akan dibahas adalah kajian pustaka, kajian penelitian yang relevan memuat beberapa hasil penelitian terdahulu yang sesuai topik penelitian, selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir, dan hipotesis yang menjadi dugaan/ jawaban sementara dari masalah penelitian.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kedisipinan

2.1.1.1 Pengertian Kedisiplinan

Lickona (2014: 73-74) mengatakan disiplin adalah celah masuk bagi pendidikan karakter. Pendidikan karakter menegaskan bahwa jika disiplin hendak berfungsi, hal itu harus mengubah anak-anak pada sisi dalamnya. Disiplin harus mengubah sikap mereka, cara mereka berpikir dan merasa. Disiplin harus menyebabkan mereka ingin berperilaku secara berbeda. Disiplin harus membantu mereka mengembangkan kebajikan-kebajikan, penghormatan, empati, penilaian yang baik, dan pengendalian diri yang tanpa hal-hal ini, masalah disiplin muncul pertama kali.

Mustari (2014: 35-36) menyatakan disiplin merujuk pada instruksi sistematis yang diberikan kepada murid. Mendisiplinkan berarti menginstruksikan orang untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan tertentu. Dalam arti lisan, disiplin berarti suatu ilmu tertentu yang diberikan kepada murid. Disiplin diri merujuk pada latihan yang membuat orang merelakan


(35)

dirinya untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku tertentu, walaupun bawaanya adalah malas. Disiplin diri adalah penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat yang mendasar. Disiplin diri biasanya disamakan

artinya dengan “kontrol diri” (self-control). Disiplin ini diperlukan dalam rangka menggunkan pemikiran sehat untuk menentukan jalannya tindakan yang terbaik yang menentang hal-hal yang lebih dikehendaki.

Jadi, kedisiplinan adalah pendidikan karakter yang memberikan instruksi kepada siswa untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan tertentu, sehingga siswa dapat mengembangkan kebijakan-kebijakan, penghormatan, empati, penilaian yang baik, dan pengendalian diri.

2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Hasil

Engkoswara (2010: 212) menyatakan bahwa hasil merupakan pengertian dari seseorang dalam memahami hasil kerja yang diperoleh nanti setelah pekerjaan tersebut selesai. Apabila hasil yang akan diperoleh sudah dapat diprediksi dan dipahami, maka dapat memberikan motivasi pada seseorang untuk lebih giat dalam melakukan pekerjaannya.

Hasil merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk memperoleh apa yang diinginkan melalui kerja keras atau upaya belajar lebih giat agar mendapatakan hasil yang maksimal atau hasil yang sudah ditargetkan secara individual, penjelasan ini diperkuat menurut Zalukhu (2010: 29) yang menyatakan bahwa hasil adalah anak dari sebuah tindakan, dan tindakan adalah anak dari


(36)

sebuah keputusan. Dipembelajaran matematika hasil merupakan kemampuan siswa dalam memahami materi perkalian dengan ditujuan yang sudah ditentukan sehingga menyebabkan peningkatan kemampuan kognitif yang akan menyebabkan timbulnya hasil dari proses belajar

Dari definisi dua ahli tersebut peneliti menyatakan bahwa hasil adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dan kesuksesan tercapainya tujuan tersebut yang akan menimbulkan hasil. Hasil merupakan sesuatu yang didapat setelah pelajaran selesai.

2.1.3 Belajar

2.1.3.1 Pengertian Belajar

Rohmah (2015: 171-172) menyatakan belajar adalah key term, istilah kunci, yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu. Belajar yaitu setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Belajar adalah perubahan kepribadian sebagai pola baru yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian/suatu pengertian. Makmun (dalam Rohmah, 2015: 172) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.


(37)

Skinner, dkk (dalam Kurniawan, 2014: 3) mengatakan bahwa belajar menurut golongan behavioristik dipandang sebagai proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Timbulnya tingkah laku itu disebabkan oleh adanya hubungan stimulus dengan respon dimana suatu stimuli tertentu akan menyebabkan respon tertentu dari individu. Bruner, dkk (dalam Kurniawan, 2014: 3) menyatakan dalam pandangan para kognitivistik belajar dipandang sebagai proses aktif individu dalam memproses individu dalam memproses informasi. Mayer, dkk (dalam Kurniawan, 2014: 3) menyatakan faham konstruktivisme memandang belajar sebagai proses aktif pebelajar dalam mengkonstruk ilmu pengetahuan melalui proses seleksi, organisasi, dan integrasi informasi.

Syah (dalam Kurniawan, 2014: 4) menyatakan belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat, mengucapkan. Apapun manifestasi belajar yang dilakukan siswa hampir dapat dipastikan selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang intensitas pengunaannya tentu berbeda dengan peristiwa belajar lainnya.

Rohmah (2015: 172) menyatakan ada beberapa karakteristik belajar antara lain, yaitu:

1. Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku

2. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman(perubahan karena pertumbuhan atau kematangan bukan merupakan hasil belajar, contoh perubahan seorang bayi)


(38)

3. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman, berarti perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi/kepekaan seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara bukan merupakan hasil belajar.

4. Perubahan tingkah laku itu menyangkut beberapa aspek kepribadian (fisik/psikis) seperti perubahan pengertian, berpikir, keterampilan, kebiasaaan, sikap, dan lain-lain.

Fudyartanto (dalam Baharudin dan Wahyuni, 2015: 15) menyatakan belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

Morgan, dkk (dalam Baharudin dan Wahyuni, 2015: 18) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dan kawan-kawan senada dengan pendapat yang dikemukakan para ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang.

Dari uraian pendapat tujuh ahli yang mendefinisikan pengertian belajar, jadi belajar adalah perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman yang


(39)

diperoleh. Belajar adalah mencari tahu apa yang belum diketahui dan mengembangkan pengetahuan yang sudah diketahui.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar

Sudjana (dalam Kurniawan, 2014: 9) mengatakan Kingsley membedakan hasil belajar siswa (individu) menjadi tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Setiap golongan bisa diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

2.1.4.2 Penggolongan Hasil Belajar

Bloom menggolongkan hasil belajar menjadi tiga bagian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Hasil Belajar Kognitif

Dimyati dan Mudjiono (dalam Kurniawan, 2014: 10-11) menyatakan hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Hasil belajar ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreativitas. Hasil belajar pengetahuan meliputi kemampuan berupa ingatan terhadap suatu yang pernah dipelajari. Hasil belajar pemahaman, yaitu kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu yang sudah dipelajari. Penerapan yaitu kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari dalam situasi nyata maupun tiruan. Hasil belajar analisis adalah kemampuan memecah suatu kesatuan entitas tertentu sehingga


(40)

menjadi jelas unsur-unsur pembentuk kesatuan suatu entitas. Hasil belajar sintetis yaitu kemampuan membuat intisari, membentuk suatu pola tertentu berdasarkan elemen-elemen yang berbeda, sehingga membentuk suatu kesatuan yang bermakna. Hasil belajar evaluasi yaitu kemampuan memberikan pendapat atau menentukan baik dan tidak baik atas sesuatu dengan menggunakan suatu kriteria tertentu. Kreativitas merupakan kemampuan kognitif tertinggi, menggantikan kemampuan evaluasi. Kreativitas adalah kemampuan untuk mengkreasi atau mencipta, yaitu kemampuan yang dipandang paling sulit/tinggi dibandingkan dengan kemampuan kognitif lainnya.

2. Hasil Belajar Afektif

Dimyati dan Mudjiono (dalam Kurniawan, 2014: 12) menyatakan hasil belajar ranah afektif yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Hasil belajar afektif terdiri dari lima jenis tahapan, yaitu:

a. Kepekaaan, yaitu sensitivitas mengenai situasi dan kondisi tertentu serta memperhatikan keadaan tersebut.

b. Partisipasi, yaitu mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c. Penilaian dan penentuan sikap, yaitu mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.


(41)

pedoman atau pegangan hidup.

e. Pembentukan pola hidup, yaitu kemampuan menghayati nilai dan membentuk menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

3. Hasil Belajar Psikomotorik

Dimyati dan Mudjiono (dalam Kurniawan, 2014: 12-13) menyatakan hasil belajar psikomotorik yaitu berupa kemampuan gerak tertentu. Kemampuan gerak ini juga bertingkat mulai dari gerak sederhana yang mungkin dilakukan secara refleks hingga gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas. Menurut Simpson (dalam Kurniawan, 2014: 12-13) gerak psikomotorik meliputi:

a. Persepsi, yaitu kemampuan memilah-milah dan kepekaan terhadap sesuatu.

b. Kesiapan, yaitu kemampuan bersiap diri secara fisik. c. Gerakan terbimbing, yaitu kemampuan meniru contoh.

d. Gerakan terbiasa, yaitu keterampilan yang berpegang pada pola. e. Gerakan kompleks, yaitu gerakan luwes, lancar, gesit, dan lincah. f. Penyesuaian, yaitu kemampuan mengubah dan mengatur kembali. g. Kreativitas, yaitu kemampuan mencipta pola baru.

Dari definisi di atas peneliti menyatakan bahwa hasil belajar berupa pengetahuan yang akan menjadi tolak ukur seberapa jauh siswa mampu memahami materi yang sudah didapatkan dan hasil nyata dari belajar adalah siswa


(42)

mampu mengaplikasikan materi tersebut ke dalam sikap dan keterampilan, karena hasil belajar bukan hanya dari kemampuan kognitif saja, tetapi sikap dan keterampilan akan ikut serta mempengaruhi hasil belajar. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada aspek penilaian kognitif. Penilaian kognitif adalah penilaian yang berkaitan dengan ingatan, kemampuan berpikir, dan intelektual.

2.1.5 Pembelajaran

2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran

Gagne (dalam Kurniawan, 2014: 27) menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian aktivitas untuk membantu mempermudah seseorang belajar, sehingga terjadi belajar secara optimal. Dalam proses pembelajaran merujuk pada segala peristiwa (events) yang bisa memberikan pengaruh langsung terjadinya belajar pada manusia. Dalam konteks pembelajaran di sekolah guru adalah salah satunya, bukan satu-satunya.

Romizowski (dalam Kurniawan, 2014: 28) menjelaskan bahwa pembelajaran itu memiliki dua ciri aktivitas yang berorientasi pada tujuan yang spesifik serta adanya sumber dan aktivitas belajar yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan, sumber dan aktivitas belajar yang ditetapkan sebelum proses belajar mengajar terjadi inilah yang terpenting. Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal berbeda namun memiliki keterkaitan, dimana dalam konteks ativitas di dalam kelas, pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif bagi terjadinya proses belajar di dalam diri siswa. Dalam pelaksanaaan pembelajaran di kelas, tujuan,


(43)

materi, dan situasi kelas yang dipandang akan kondusif bagai proses belajar siswa didesain oleh guru sebelumnya dalam bentuk desain pembelajaran.

Al-Tabany (2014: 19) menyatakan bahwa pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang memiliki tujuan untuk mempermudah seseorang dalam aktivitas belajar yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga proses belajar akan terjadi secara optimal

2.1.6 Matematika

2.1.6.1 Pelajaran Matematika

Menurut Nasution (dalam Suparman, 2009: 8) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu mengenai dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek. Ilmu ini melibatkan logika dan kalkulasi kuantitatif, dan pengembangannya telah meningkatkan idealisasi subjek.

Menurut Al-Arif (2013: 16-17) mengatakan matematika merupakan cabang dari logika yang memberikan suatu kerangka kinerja yang sistematis, dimana suatu hubungan secara kuantitatif dapat dipelajarai. Matematika berkaitan


(44)

dengan sesuatu yang dapat dihitung atau sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas (jumlah).

Zubaedi (2014: 296) menyatakan mata pelajaran matematika terdapat nilai konsistensi dalam berpikir logis, pemahaman aksioma kemudian mencari penyelesaian melalui pengenalan terhadap kemungkinan yang ada (semua probabilitas) lalu mengeliminasi sejumlah kemungkinan tertentu dan akhirnya menemukan sesuatu kemungkinan yang pasti akan membawa kepada jawaban yang benar. Dari sini ada pengenalan probabilitas, ada eliminasi probabilitas, ada konklusi yang menunjukkan jalan pasti akan menuju kepada suatu jawaban yang benar.

Dari definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaran yang mengajarkan siswa untuk belajar mengukur dan berhitung sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari mengenai bilangan seperti mengukur dan mengitung.

2.1.6.2 Materi Perkalian dan Pembagian

Peneliti memilih materi pembelajaran yaitu perkalian dan pembagian. Perkalian dan pembulatan merupakan bagian dari materi pada mata pelajaran Matematika kelas IV semester I. Berdasarkan silabus, materi ini tercantum dalam Standar Kompetisi 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. Dalam Standar Kompetensi tersebut, Kompetensi dasarnya yaitu 1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian.


(45)

Mustaqim & Astuty (2008 : 18) mengatakan bahwa perkalian merupakan penjumlahan yang berulang. Berikut adalah contoh perkalian:

Contoh:

Ema mempunyai 4 kaleng permen pemberian paman. Setelah dibuka satu kaleng ternyata berisi 21 permen. Menurut Paman, semua kaleng isinya sama. Berapa banyaknya permen Ema pemberian paman?

Banyaknya permen Ema dapat kita cari dengan perkalian bilangan 4 × 21.

a. Dengan definisi perkalian sebagai penjumlahan yang berulang, maka bentuk perkalian tersebut dapat kita tuliskan:

4 × 21 = 21 + 21 + 21 + 21 = 84

b. Dengan perkalian langsung dapat kita tuliskan 4 × 21 = 21× 4 (sifat komutatif perkalian).

21 × 4 = 84

c. Dengan perkalian bersusun dapat kita tuliskan:

Cara Susun Pendek Cara Susun Panjang 2 1 2 1

4 x 4 x 8 4 4 8 0 +

8 4


(46)

Keterangan:

1. Cara susun 1 (Perkalian bersusun pendek)

2 1 4 dikalikan dengan 1 (satuan), hasilnya 4 4 x 4 dikalikan dengan 2 (puluhan), hasilnya 8 8 4

Pada cara bersusun pendek, ketika angka 4 dikalikan dengan angka 2 yang terletak pada puluhan, maka angka 0 tidak perlu dituliskan dalam hasilnya dan hanya dituliskan angka depannya saja.

2. Cara susun 2 (Perkalian bersusun panjang)

2 1 4 dikalikan dengan 1 (satuan) hasilnya ditulis 4) 4 x 4 dikalikan dengan 2 (puluhan) hasilnya ditulis 80) 4 Kemudian semua hasil dijumlahkan

8 0 + 8 4

Pada cara bersusun panjang, ketika angka 4 dikalikan dengan angka 2 yang terletang pada puluhan, maka hasilnya tetap ditulis utuh 80 dan angka 0 tidak dihilangkan, kemudian baru dijumlahkan. Dari ketiga cara perkalian di atas, kalian peroleh hasil yang sama.


(47)

2. Melakukan Operasi Pembagian

Pada kelas-kelas sebelumnya, kalian mengenal pembagian sebagai pengurangan yang berulang oleh bilangan pembagi terhadap bilangan yang dibagi.

a. Bagaimana cara membagi bilangan 20 dengan 5? Mari kita kurangi secara berulang.

20 – 5 = 15 15 – 5 = 10 10 – 5 = 5 5 – 5 = 0

Berapa kali pengurangan dilakukan? Berapa hasil akhir pengurangan berulang tersebut? Dalam operasi pembagian dituliskan:

20 : 5 = 4

Pembagian tersebut dinamakan pembagian tanpa sisa. b. Bandingkan dengan pembagian bilangan 20 oleh bilangan 6

berikut ini.

20 – 6 = 14 14 – 6 = 8 8 – 6 = 2

Berapa kali pengurangan dilakukan? Berapa hasil akhir pengurangan berulang tersebut? Dalam operasi pembagian dituliskan:


(48)

Pembagian tersebut dinamakan pembagian bersisa. Hasil pembagian bersisa kita tuliskan sebagai berikut:

20 : 6 = 3 (sisa 2)

2.1.7 Pembelajaran Matematika

Bruner (Ruseffendi, 1991) mengatakan dalam metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Menemukan, di sini yang

terutama adalah „menemukan lagi‟ (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invation). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan sebagai pemimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.

Heruman (2007: 5) menyatakan selain belajar penemuan dan belajar bermakna, pada pembelajaran matematika harus terjadi pula belajar secara

“konstruktivisme” Piaget. Dalam konstruktivisme, konstruksi pengetahuan

dilakukan sendiri oleh siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan menciptakan iklim yang kondusif.

Susanto (2013: 186-187) menyatakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan bepikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap


(49)

materi matematika. Proses belajar pada matematika mengandung dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Kegiatan kolaborasi berupa interaksi antar siswa dengan guru, antar siswa dengan siswa, dan antar siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung.

Dari hasil definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses belajar siswa dalam memahami konsep matematika dengan cara menemukan pengetahuan baru, sehingga konsep tersebut sebagai kunci untuk memecahkan masalah. Pembelajaran matematika harus menuntut siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan daya nalar yang tinggi.

2.1.8 Pendekatan Kontekstual

Kontekstual adalah sebuah sistem yang bersifat menyeluruh yang menyerupai cara alam bekerja. Kata konteks dipahami sebagai pola hubungan-hubungan di dalam lingkungan langsung seseorang. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual, sebagai sebuah sistem mengajar, didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya. Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari


(50)

informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna (Jhonson, 2006: 32-35).

Majid (2013: 228) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran aktif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Baharudin dan Wahyuni (2015: 190-192) menyatakan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas bagaimanapun keadaannnya.


(51)

2.8.1.1 Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual

Baharuddin (2015: 190-192) menyatakan bahwa langkah-langkah menerapkan pendekatan kontekstual di dalam kelas, adalah sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Langsungkan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4. Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok) 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dari proses pengkonstruksian sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai siswa di sekolah.


(52)

2.1.8.2 Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Kontekstual

Menurut Shoimin (2014: 44) kelebihan dan kekurangan kontekstual adalah sebagai berikut :

A. Kelebihan

1. Pembelajaran kontesktual dapat menekankan aktivitas berfikir siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

2. Pembelajaran kontesktual dapat menjadikan siswa belajar bukan menghafal, melainkan proses pengalaman dalam kehidupan nyata.

3. Kelas dalam kontesktual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, melainkan sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.

4. Materi pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.

Kelebihan menurut Jhonson (2006: 303-304) bahwa keampuhan kontekstual terletak pada kesempatan yang diberikan siswa untuk mengembangkan harapan mereka, untuk mengembangkan bakat mereka, dan mengetahui informasi terbaru, serta menjadi anggota sebuah masyarakat demokrasi yang cakap.

Kekurangan penerapan pembelajaran kontesktual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran, selain juga membutuhkan waktu yang lama.


(53)

Dari pendapat dua ahli ahli peneliti menyatakan bahwa kelebihan pendekatan kontekstual adalah mengajarkan siswa untuk mengeksplor pengetahunnya sendiri serta memahami guna materi tersebut bagi kehidupan sehari-hari. Kekurangan dari pendekatan kontesktual ialah membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membantu siswa agar mendapatkan pengetahuan yang akan dikembangkan.

2.1.9 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Supriadi (2004: 81-88) menyatakan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar dibedakan ke dalam karakteristik pribadi dan sosial, dan karakteristik psikologis.

1. Karakteristik Pribadi dan Sosial

a. Umur, secara umum umur menentukan kesiapan siswa untuk belajar. Siswa yang umurnya lebih tua akan mempunyai kesiapan belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang lebih muda. Ketentuan wajib belajar dimulai pada umur 7 tahun.

b. Jenis kelamin, dari penelitan-penelitian psikologi diketahui bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai tempo dan ritme perkembangan yang relatif berbeda. Misalnya anak perempuan lebih cepat memasuki

tahap keremajaan dan anak perempuan lebih cepat mengenal “hidup teratur” dan lebih mandiri dari pada anak laki-laki.

c. Pengalaman Prasekolah, TK merupakan persiapan untuk memasuki SD sehingga mereka akan lebih siap belajar.


(54)

d. Kemampuan Sosial-Ekonomi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua dan tempat tinggal berkaitan satu sama lain. Sosial ekonomi keluarga siswa perlu dipertimbangkan dalam proses belajar dan mengajar, karena hal ini akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya disekolah.

2. Karakteristik Psikologis

a. Tingkat kecerdasan, dapat diamati dari kemampuan belajarnya siswa yaitu cepat, tepat dan akurat. Ada siswa yang mudah mengingat sederet angka, ada yang dapat mengingat setelah belajar berulang-ulang.

b. Kreativitas, kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada. Kreativitas seseorang ditandai oleh kemampuannya dalam mencetuskan gagasan-gagasan yang relatif baru (misalnya dalam cara memecahkan masalah), dapat menguraikan sesuatu secar lancar dengan bahasa dan istilah yang kaya serta bervariasi.

c. Bakat dan minat, guru perlu mengakomodasi perbedaan minat dan bakat tanpa mengabaikan usaha untuk membimbing siswa sehingga menguasai secara merata materi mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum.

d. Pengetahuan dasar dan prestasi terdahulu, guru perlu mengetahui dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai oleh siswa, sebelum


(55)

mereka diberikan materi baru. Siswa yang mempunyai pengetahuan dasar yang kuat dari proses belajar sebelumnya, mencapai prestasi yang lebih baik pada proses belajar berikutnya.

e. Motivasi belajar, motivasi merupakan modal yang sangat penting untuk belajar, tanpa ada motivasi proses belajar akan kurang berhasil. f. Sikap dan kebiasaan belajar, sikap siswa terhadap sekolah, guru,

siswa-siswa yang lain dan terhadap materi pelajaran dalam kurikulum akan menentukan keberhasilan dalam belajar. Ada siswa yang merasa sekolah merupakan keharusan untuk masa depannya, ada siswa yang memandang bahwa ia bersekolah karena disuruh oleh orang tuanya.

Suryobroto (dalam Djamarah, 2011: 124) menyatakan bahwa pada umur antara 6 atau 7 tahun biasanya anak memang telah matang untuk masuk sekolah dasar. Masa keserasian bersekolah ini secara relatif diperinci menjadi dua fase yaitu: (1) masa kelas rendah, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun dan (2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9 atau 10 sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun.

Dari definisi di atas peneliti menyatakan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar adalah terpengaruh oleh umur karena mempertimbangkan kesiapan siswa untuk belajar dari pra sekolah ke sekolah dasar, kondisi ekonomi dan lingkungan keluarga akan mempengaruhi siswa dalam merancang pola pikir, dan tingkat kecerdasan siswa yang akan mempengaruhi hasil belajar.


(56)

2.2 Teori-teori Mendukung

2.2.1 Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Nur (dalam Al-Tabany, 2014: 30) menyatakan perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realistis melalui pengalaman dan interaksi mereka.

Menurut Nur (dalam Al-Tabany, 2014: 30) tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget adalah sebagi berikut:

1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Terbentuknya konsep “kepermanenan objek” dan kemajuan gradual

dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah pada tujuan. 2. Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)

Perkembangan kemampuan menggunakan simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.

3. Tahap Operasi Konkret (7-11 tahun)

Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan yang dapat-balik. Pemikiran


(57)

tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

4. Tahap Operasi Formal (11 tahun-dewasa)

Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.

Menurut Piaget (dalam Al-Tabany, 2014: 31) menyatakan perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran:

1. Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap kognitif siswa yang mutakhir, dan jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan terntentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman sesuai dengan yaang dimaksud.

2. Dalam kelas Piaget, penyajian pengetahuan jadi (ready-made) tidak mendapat penekanan, tetapi didorong menemukan sendiri pengetahuan itu (Discovery maupun Inquiry) melalui interaksi spontan dengan lingkungannya.

3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh


(58)

melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

Dari teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa tahap siswa sekolah dasar adalah tahap perkembangan operasi konkret dimana tahap perkembangan siswa sudah mampu berpikir secara logis dan pemecahan masalah tidak terlalu dibatasi oleh keegosentrisan.

2.3 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun hasil penelitian ini antara lain hasil penelitian yang dilakukan oleh Catur, Wiji (2013) perbaikan pembelajaran melalui PTK mata pelajaran matematika. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Pecahan Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Media CD Interaktif Pada SD Negeri Kebogadung 02 Brebes. Hasil penelitian menunjukan keterampilan guru siklus I memperoleh skor 16 dengan kreteria kurang, Siklus II memperoleh skor 20 dengan kreteria cukup, dan siklus III memperoleh skor 30 dengan kreteria sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus I mendapat skor 17 dengan kreteria cukup, siklus II mendapat skor 23 dengan kreteria baik,. Hasil belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I ketuntasan klasikal 60%, siklus II ketuntasan klasikal meningkat menjadi 85%. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika melalui pendekatan kontekstual dapat berhasil, sehingga dapat dijadikan salah satu aternatif solusi untuk meningkatkan pembelajaran Matematika di SD.


(59)

Sari, Puspa (2014) perbaikan pembelajaran melalui PTK mata pelajaran IPA kelas VA SD Negeri Kenaran 2 Prambanan. Peningkatan Penguasaan Konsep IPA Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VA SD Negeri Kenaran 2 Prambanan Sleman Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa kelas VA SD Negeri Kenaran 2 Prambanan Sleman Yogyakarta melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan konsep IPA siswa kelas VA SD Negeri Kenaran 2 Prambanan Sleman Yogyakarta meningkat setelah diterapkannya pendekatan kontekstual. Hal ini terbukti pada peningkatan penguasaan konsep IPA siswa dari skor rerata hasil tes sebelum tindakan sebesar 60.6 menjadi 69 pada akhir siklus I, dan meningkat menjadi 78.8 pada akhir siklus II. Siswa yang mencapai kriteria keberhasilan mengalami peningkatan dari 40% pada pratindakan menjadi 65% pada siklus I dan meningkat menjadi 85% pada siklus II. Hasil observasi juga menunjukkan guru dan siswa telah melaksanakan prosedur pendekatan kontekstual dengan baik.

Tony, (2009) perbaikan pembelajaran melalui PTK mata pelajaran Matematika kelas VA SD Negeri Kenaran 2 Prambanan. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Belajar Tuntas(Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD N 3 Keden). Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah pertama, kerja kolaboratif yang dikembangkan dapat meningkatkan pemahaman guru matematika, tentang, (1) masalah-masalah yang timbul di kelas, (2) cara-cara kerja kolaboratif menyusun suatu perencanaan perbaikan pembelajaran. Kedua, kerja kolaboratif berhasil melaksanakan


(60)

perencanaan pembelajaran dengan baik, (1) bisa merubah kegiatan pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran pendekatan belajar tuntas, (2) bisa merubah kegiatan pembelajaran yang pasif menjadi pembelajaran aktif, kreatif dan interaktif, (3) pada setiap pembelajaran selalu memperhatikan aspek-aspek pembelajaran. Ketiga, dengan penerapan pembelajaran melalui pendekatan belajar tuntas terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebagai berikut: (1) keaktifan belajar siswa tinggi 76,92% (2) pemahaman materi ajar sebesar 87,18%, (3) kemandirian belajar siswa mencapai 79,49%.

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti lebih menekankan pada meningkatkan kedisiplinan siswa dan meningkatan hasil belajar matematika melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul pada Tahun Pelajaran 2016/2017. Persamaan dengan ketiga penelitian sebelumnya adalah penelitian ini juga meningkatkan hasil belajar. Kekhususan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti meningkatkan kedisiplinan belajar siswa yang jarang digunakan oleh peneliti lain.

2.4 Desain Diagram Penelitian yang Relevan

Peneliti menyusun desain diagram berdasarkan penelitian relevan yang memiliki variabel keaktivan dan variabel yang sama yaitu hasil belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dari ketiga penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, kemudian peneliti tertarik untuk menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan


(61)

kedisiplinan dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Matematika menggunakan pendekatan kontekstual.

Penelitian Kedisiplinan dan Pendekatan Kontekstual

Gambar 2.1 Bagan desain diagram penelitian yang relevan

Penelitian Hasil Belajar

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Pecahan Melalui Pendekatan

Kontekstual dengan Media CD Interaktif Pada SD Negeri Kebogadung 02 Brebes.

(Catur Wiji, 2013)

Peningkatan Hasil Belajar

Matematika melalui

Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV (Tony, 2009) Peningkatan Penguasaan

Konsep IPA Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VA SD Negeri Kenaran 2

Prambanan Sleman

Yogyakarta. (Sari Puspa, 2014)

Yang perlu diteliti :

Peneliti lebih menekankan pada kedisiplinan siswa dan meningkatan hasil belajar matematika melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul


(62)

2.5 Kerangka Berpikir

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang mengajarkan siswa untuk belajar mengukur dan berhitung sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari mengenai bilangan seperti mengukur dan menghitung. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Pembelajaran yang sesuai untuk penelitian ini adalah siswa dihadapkan pada kehidupan nyata yang berhubungan dengan pengukuran dan perhitungan.

Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas IV 43,3% dari 30 siswa belum mencapai standar ketuntasan nilai dan nilai masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 75. Permasalahan tersebut dikarenakan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru belum dapat memenuhi kebutuhan siswa, pembelajaran masih berpusat pada guru belum mendisiplinkan siswa, guru tidak menggunakan diskusi kelompok, guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dekat dengan lingkungan kehidupan nyata, dan media pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Hasil belajar adalah cermin dari kualitas kegiatan pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan beberapa hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga proses belajar sampai dengan hasil belajar dapat tercapai secara maksimal.

Melalui pendekatan Kontekstual, materi yang diajarkan dan pengajarannya dapat disesuaikan dengan persoalan dalam dunia nyata siswa, diharapkan pembelajaran tersebut menjadi bermakna bagi siswa, dengan demikian mereka


(63)

disiplin dalam pembelajaran dan pada akhirnya hasil belajar mereka meningkat. Untuk mendukung proses pembelajaran yang mendisiplinkan siswa tersebut diperlukan suatu keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan penerapannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Jika pendekatan kontekstual yang melibatkan setiap siswa dalam mengembangkan pemikiran anak dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya, melaksanakan kegiatan inkuiri, mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya dan menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran di kelas IV SD Negeri Jetis Bantul pada mata pelajaran Matematika semeseter ganjil maka kedisiplinan dan hasil belajar akan meningkat. Maka, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa.

2.6 Hipotesis Tindakan

2.6.1 Proses pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan langkah langkah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi, dan penilaian nyata kontesktual di kelas IV pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Jetis Bantul.

2.6.2 Penerapan pendekatan kontekstual kontekstual dengan langkah-langkah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata dapat meningkatkan kedisiplinan siswa kelas IV pada


(64)

mata pelajaran Matematika di SD Negeri Jetis Bantul.

2.6.3 Penerapan pendekatan kontesktual kontekstual dengan langkah-langkah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Jetis Bantul.


(65)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini akan membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, indikator dan pengukuran keberhasilan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, tabel instrumen, validasi, ujivalidasi dan reliabilitas, indeks kesulitan dan teknik analisis.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Hendriana (2014: 31) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi. Tindakan yang dilakukan adalah proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan kontekstual yang terbagi di dalam dua siklus yang meliputi empat tahapan untuk setiap siklusnya, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Penelitian Tindakan Kelas menurut Knowles yang didukung oleh Noffke (dalam Arifin, 2011: 96) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas dapat mendorong para guru melakukan refleksi terhadap praktik pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru (kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial). Berikut adalah gambar 3.1 bagan desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart:


(1)

326

Hasil Wawancara dengan Guru Kelas IV

1. Bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas IV?

Jawab : “Proses pembelajaran di kelas IV pada semester awal berlangsung dengan baik, hanya saja materi tentang perkalian itu anak-anak masih ada yang bingung tentang konsep perkalian 2 + 2 + 2 itu 2x3 atau 3x2. Maka dari itu saya harus memperjelas lagi konsepnya, untuk materi pembagian anak-anak terkadang masih salah dalam melakukan pengurangan.”

2. Bagaimana cara Bapak untuk memperjelas konsep perkalian dan pembagian?

Jawab : “Cara saya untuk memperjelas konsep perkalian dan pembagian itu biasanya saya menggunakan media berupa tabel perkalian, medianya bisa saya gunakan untuk memperjelas materi pembagian, selain itu saya biasa menggunakan contoh kegiatan sehari-hari yang dapat berhubungan dengan konsep perkalian dan pembagian.”

3. Media apa yang Bapak gunakan untuk memperjelas materi?

Jawab : “Ya media yang saya gunakan untuk memperjelas materi tabel perkalian lagi, karena pasti pembagian juga ada hubungannya dengan perkalian.”

4. Menurut Bapak, bagaimana kedisiplinan siswa di kelas IV A ini dalam mengikuti pembelajaran matematika?

Jawab : “Anak-anak disini sebetulnya sulit diperingatkan, terkadang ketika pelajaran sedang berlangsung itu ada anak yang lupa bawa PR,


(2)

327

tidak membawa buku paket, jalan-jalan di kelas mengganggu temannya, kalau saya pas di kantor atau melihat kelas sebelah itu banyak anak-anak yang kelar kelas tanpa ijin.”

5. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV A ini pada mata pelajaran matematika?

Jawab : “Untuk nilai pada mata pelajaran matematika itu lumayan banyak yang mendapat nilai mencapai KKM, hanya saja mereka masih perlu dituntun sambil diingatkan dalam mengerjakan.”

6. Berapa banyak siswa yang mendapatkan nilai matematika dibawah KKM? Jawab : “Kurang lebih ada 10 anak.”

7. Apa penyebab anak tidak paham terhadap materi perkalian dan pembagian?

Jawab : “Yang membuat anak tidak mudah memahami materi perkalian dan pembagian adalah anak-anak terkadang salah konsep tentang perkalian sehingga terbalik, terkadang menghitungnya juga masih terburu-buru, untuk materi pembagian anak-anak masih bingung menggunakan cara poro gapit, sehingga mereka masih menggunakan cara dikurangi.”

8. Pendekatan apa yang yang bapak gunakan dalam proses pembelajaran di kelas IV?

Jawab : “Saya biasa tidak menggunakan pendekatan, hanya saja dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.”


(3)

328

LAMPIRAN 11


(4)

329

LAMPIRAN FOTO


(5)

330

LAMPIRAN 12

RIWAYAT HIDUP


(6)

331

Daftar Riwayat Hidup

Maria Yusinta Rijayanti adalah anak kedua dari pasangan Bapak FX. Paridjo dan Anastasya Karyanti. Lahir di Bantul pada tangga 22 April 1995. Pendidikan pertama mulai dari TK PKK Kartini Tirtonirmolo, Kasihan Bantul tahun 2000-2002. Penulis melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Dasar Yayasan Kanisius Padokan tahun 2002-2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Kasihan pada tahun 2007-20010. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama, peneliti melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Kejuruan dengan mengambil jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Marsudi Luhur 1 pada tahun 2010-2013.

Kemudian peneliti melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada tahun 2013. Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Meningkatkan Kedisiplinan dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri Jetis Bantul.”


Dokumen yang terkait

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11

0 11 46

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL) DI KELAS V SD NEGERI 064028 TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 1 30

KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS IV SD Korelasi Antara Minat Belajar Dengan Kedisiplinan Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa SD Kelas IV SD Negeri 1 Srobyong UPTD Dikpora Kecamatan Mlo

3 18 15

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Brajan Prambanan Klaten Tahun Ajaran 20

0 0 14

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENGAJARAN RECIPROCAL TEACHING PADA MATA PELAJARAN SAINS KELAS IV SD NEGERI 135564 TANJUNGBALAI.

0 1 21

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV Di SD Negeri 2 Barukan Manisrenggo K

0 1 17

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV Di SD Negeri 2 Barukan Manisrenggo K

0 2 16

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 018451 KUALA TANJUNG TAHUN AJARAN 20LL-2012.

0 1 27

Meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual di SD Negeri Jetis Bantul

0 4 351

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS IV SD NEGERI 1 SIDAKANGEN

0 0 14