Kajian Teori Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

11

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab II ini akan dibahas tentang empat bagian yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti akan menguraikan keempat bagian tersebut.

2.1 Kajian Teori

Kajian Teori akan membahas tentang variabel-variabel yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu keaktifan, prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, karakteristik siswa SD, hakikat pembelajaran, pendekatan PBL, hakikat matematika, tujuan pembelajaran matematika dan materi pelajaran matematika yaitu geometri dan pengukuran. Peneliti akan menguraikan satu per satu dari variabel-variabel yang telah disebutkan.

2.1.1 Keaktifan

Keaktifan siswa menurut Yamin 2007: 77 adalah kegiatan selama proses pembelajaran yang dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar aktif merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk membangun pengetahuan di dalam dirinya. Pendapat yang tidak jauh berbeda yaitu dari Rusman 2013: 394 bahwa keaktifan belajar siswa diciptakan serta dikondisikan oleh seorang guru yang sebagai fasilitator belajar. Berdasarkan kedua pendapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian keaktifan yaitu kegiatan dimana siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, yang bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa dengan guru sebagai faslitator. Mahyuni 2009: 9 mengungkapkan bahwa pembelajaran yang aktif merupakan pengajaran yang melibatkan pemikiran siswa dan memungkinkan siswa dapat mengubah apa yang telah mereka pelajari dari yang awalnya pasif menjadi aktif, dimana siswa sebagai penghasil ilmu pengetahuan. Berdasarkan pendapat tesebut keaktifan memuat beberapa hal yaitu melibatkan pikiran siswa ataupun pendapat siswa, siswa diharapkan mngumpulkan informasi berdasarkan berbagai strategi yang dimilikinya serta menggunakan cara menjawab bergantian maupun bertanya dengan bergantian. Sudjana 2009: 61 mengungkapkan bahwa terdapat delapan aspek sebagai indikator yang dapat mendukung terjadinya keaktifan siswa yaitu 1 turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, 2 terlibat dalam pemecahan masalah, 3 bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, 4 berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, 5 melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru, 6 menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, 7 melatih diri dalam memecahkan masalah yang sejenis, 8 kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Sanjaya dalam Rusman, 2013: 395 menyebutkan ada beberapa contoh kegiatan menumbuhkan keaktifan. Kegiatan tersebut meliputi, kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen, membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan praktik melakukan sesuatu. Beberapa contoh kegiatan tersebut dapat diterapkan di kelas, tidak harus semuanya dilakukan. Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa indikator untuk keaktifan yaitu ada delapan antara lain turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, melatih diri dalam memecahkan masalah yang sejenis, kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

2.1.2 Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang artinya hasil usaha Arifin, 2009: 12. Sedangkan menurut Sumadi 2006: 297, prestasi dapat pula didefinisikan sebagai berikut : “nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuanprestasi belajar siswa selama masa tertentu”. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil usaha atau hasil belajar yang dicapai dan diperoleh dari melakukan kegiatan tertentu dalam waktu tertentu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar siswa berupa pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotor yang diukur melalui evaluasi belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan Slameto, 2010: 2. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Syah 2003: 136 yaitu belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Beberapa pengertian belajar yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperolehnya melalui adanya pengalaman. Belajar menurut Slameto 2010: 2 adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat yang tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas yaitu belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan Hamalik, 2005: 28. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku diperoleh melalui pengalaman baru yang diperoleh siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan proses perubahan tingkah laku yang didasarkan pada pengalaman latihan, hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar Susanto, 2013: 5. Pendapat yang tidak jauh berbeda yaitu prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa Arifin, 2009: 12. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 895 yaitu a penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru, b kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati actual ability dan yang dapat diukur langsung dengan tes tertentu. Ketiga pendapat di atas tentang pengertian prestasi belajar dapat disimpulkan yaitu hasil belajar seseorang yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Prestasi belajar adalah hasil belajar setelah mengikuti program pembelajaran yang dinyatakan dengan skor atau nilai, dan prestasi belajar juga dapat dikatakan sebagai tujuan pembelajaran.

2.1.3 Faktor

– Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu Slameto, 2010: 54. Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan Slameto, 2010: 54. Faktor jasmaniah terdiri dari dua faktor yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya, apabila seseorang sakit maka ia tidak dapat belajar agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjaga. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar seseorang. Jika hal ini terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecacatannya itu. Faktor intern yang kedua yaitu faktor psikologis yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan Slameto, 2010: 58. Intelegensi seseorang mempengaruhi prestasi belajar. Apabila seseorang memiliki intelegensi yang tinggi maka seseorang akan mudah menerima pelajaran, sedangkan apabila intelegensi seseorang rendah maka seseorang sulit menerima pelajaran. Perhatian juga menjadi faktor penting karena untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka seseorang harus mempunyai perhatian terhadap badani yang dipelajarinya. Bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga seseorang tidak lagi ingin belajar. Minat seseorang juga mempengaruhi prestasi belajar, apabila seseorang tidak mempunyai minat untuk belajar maka hasil atau prestasinya tidak akan maksimal Slameto, 2010: 59. Bakat juga akan mendorong belajar seseorang, apabila bakat seseorang diketahui maka lebih mudah untuk memberikan pembelajaran. Kesiapan juga perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika seseorang belajar dan sudah memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI baik. Faktor intern yang ketiga yaitu kelelahan. Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari terjadinya kelelahan dalam belajarnya, sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat Slameto, 2010: 60. Keluarga merupakan lingkungan terdekat siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, dan cara mendidik orang tua juga akan mempengaruhi. Faktor dari sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu kurikulum, relasi siswa dengan guru, relasi teman dengan teman, metode mengajar, fasilitas sekolah dan lingkungan sekolah Slameto, 2010: 64-69. Faktor masyarakat yaitu jika seseorang bergaul di masyarakat, dan lingkungan masyarakatnya ternyata berpengaruh negatif maka seseorang akan menjadi negatif juga. Faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor ekstern yaitu yang ada di luar individu. Faktor tersebut digunakan siswa untul memahami pembelajaran.

2.1.4 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Piaget dalam Suparno, 2001: 26-88 mengungkapkan bahwa tahapan perkembangan anak dibagi menjadi empat tahap. Empat tahap tersebut yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkrit, dan tahap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI operasional formal. Tahap yang pertama yaitu tahap sensorimotor rentang usia 0-2 tahun, tahap ini anak belum bisa berbicara dan belum memiliki bahasa simbol untuk mengungkapkan perasaannya. Tahap yang kedua tahap praoperasional dengan rentang usia 2-7 tahun, paada tahap ini ditandai dengan adanya fungsi semioti yaitu anak sudah bisa menggunakan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan hal yang dilihat. Tahap perkembangan anak yang ketiga menurut Piaget Suparno, 2001: 69- 88 tahap operasional konkrit yaitu anak dengan rentang usia 7-11 tahun. Tahap ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang berdasarkan pada aturan yang logis. Anak mampu untuk berpikir matematis berdasarkan apa yang dilihatnya nyata atau konkrit, namun anak belum dapat memahami hal yang abstrak. Selanjutnya tahap perkembangan anak yang keempat yakni tahap operasional formal yaitu usia anak 11 tahun ke atas. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir logis dan berpikir abstrak. Cara berpikirnya sudah dapat melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terkait pada hal yang telah dialami tetapi juga dapat berpikir tentang sesuatu yang akan datang. Berdasarkan tahapan perkembangan anak menurut Piaget, tahap perkembangan untuk anak sekolah dasar yaitu pada tahap ketiga tahap opersional konkrit anak dengan rentang usia 7-11 tahun. Nasution Djamarah, 2011: 123 mengungkapkan bahwa usia sekolah dasar yaitu 6 atau 7 tahun hingga 12 atau 13 tahun. Siswa pada usia tersebut dianggap sudah matang untuk belajar, walaupun di dalam pembelajarannya masih ada aktivitas bermainnya. Suryobroto Djamarah, 2011: 124 menambahkan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siswa Sekolah Dasar terbagi menjadi 2 masa, yaitu masa kelas rendah dan kelas atas. Kelas atas sendiri pada usia 6 atau 7 tahun sampai 9 ataupun 10 tahun dan pada kelas bawah yaitu usia 9 atau 10 tahun hingga 12 atau 13 tahun. Kelas bawah pada sekolah dasar terdiri dari kelas I, II dan III sedangkan untuk kelas atas terdiri dari kelas IV, V dan VI. Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar yaitu anak dengan rentang usia 7-11 tahun. Siswa sekolah dasar dibagi menjadi 2 masa yaitu masa kelas rendah dan masa kelas atas, kelas bawah terdiri dari kelas 1, 2 dan 3 sedangkan kelas atas terdiri dari kelas 4, 5 dan 6.

2.1.5 Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa dan bukan dibuat untuk siswa, pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya seorang pendidik untuk membantu siswa untuk melakukan kegiatan belajar Isjoni, 2009: 14. Pendapat yang hampir sama yaitu menurut Santrock 2007: 265 bahwa pembelajaran pada hakekatnya dapat membantu siswa untuk belajar. Sedangkan Rusman 2010: 1 mengungkapkan juga pendapatnya bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut yaitu tujuan, materi, metode dan evaluasi. Komponen tersebut harus diperhatikan oleh seorang pendidik ketika memilih ataupun menentukan model-model pembelajaran yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran. Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahwa pembelajaran yaitu suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu murid dalam belajar. Susanto 2013: 18- 19 menyatakan bahwa “ kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru”. Berdasarkan pendapat diatas istilah pembelajaran adalah hubungan antara belajar dan mengajar yaitu seorang pendidik dengan peserta didik. Pembelajaran adalah bantuan yang diberikan oleh pendidik supaya terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik Susanto, 2013: 19. Peneliti menyimpulkan dari pendapat diatas bahwa pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik supaya dapat belajar dengan baik dalam memperoleh ilmu.

2.1.6 Pendekatan Problem Based Learning PBL

2.1.6.1 Pengertian Problem Based Learning PBL

Model PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah Hamdayama, 2014: 209. Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Rusman 2010: 230 bahwa model PBL berkaitan dengan penggunaan intelegensi dari diri individu yang berada dalam sebuah kelompok atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna relevan dan kontekstual. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata Rusman, 2010: 241. Nurhadi 2004: 109 berpendapat bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah pada dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi pelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada masalah untuk memacu siswa berpikir kritis. Model ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat memecahkan masalah yang dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.6.2 Karakteristik Problem Based Learning PBL

Karakteristik PBL menurut Hamdayama 2014: 209-210 yaitu 1 belajar dimulai dengan satu masalah, 2 memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa, 3 mengorganisasikan pelajaran seputar masalah bukan seputar disiplin ilmu, 4 memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, 5 menggunakan kelompok kecil, dan 6 menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Tan dalam Amir 2009: 22 mengemukakan karakteristik yang tercakup dalam proses Problem Based Learning meliputi 1 masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, 2 masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang ill-structured, 3 masalah biasanya menuntut persperctive majemuk multiple perspective, 4 masalah membuat pembelajaran tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru, 5 sangat mengutamakan belajar mandiri self directed learning, 6 memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi tidak hanya dari satu sumber saja, 7 pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik PBL yaitu masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, masalah yang digunakan berhubungan dengan dunia nyata siswa, menggunakan kelompok kecil, memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah dipelajari, dan pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

2.1.6.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Problem Based Learning PBL

Ibrahim dalam Rusman, 2010: 243 langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut: a. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. b. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. c. Membimbing pengalaman individualkelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka lakukan.

2.1.6.4 Tujuan Problem Based Learning PBL

Ibrahim dalam Rusman, 2010: 242 mengemukakan tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, belajar berbagai peran melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi para siswa yang otonom atau mandiri. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan PBL melatih siswa untuk berpikir dan memecahkan masalah.

2.1.7 Hakikat Matematika

Depdiknas dalam Susanto, 2013: 184 mengemukakan kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang memiliki arti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang keseluruhannya berkaitan dengan penalaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, berargumentasi, memberi kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari- hari Susanto, 2013: 185. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika sebagai ilmu dasar yang perlu dikuasai dengan baik oleh semua orang terutama sejak dini. Matematika memiliki empat prinsip yang direkomendasikan NTCM National Council of Teachers of Matematics yaitu 1 matematika sebagai pemecah masalah, 2 matematika sebagai penalaran, 3 matematika sebagai komunikasi, 4 matematika sebagai hubungan Suherman, 2003: 11. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip matematika adalah sebagai pemecah masalah, memerlukan penalaran, sebagai alat komunikasi, dan sebagai penghubung. Hernawan 2010: 8 menyatakan bahwa fungsi mata pelajaran Matematika yaitu untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol, serta penalaran sehingga membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Soedjadi dalam Heruman, 2007: 1 menyatakan matematika memiliki objek tujuan yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.

2.1.8 Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar menurut Depdiknas dalam Susanto, 2014: 190 sebagai berikut : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep. 2. Menggunakan penalarann pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mencapai tujuan permbelajaran matematikan tersebut, seorang pendidik dapat menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif menemukan dan mengembangkan pengetahuannya.

2.1.9 Materi Pembelajaran Matematika Geometri dan Pengukuran

Peneliti memilih materi pembelajaran yaitu geometri dan pengukuran. Geometri dan pengukuran merupakan materi dalam mata pelajaran Matematika dikelas V semester I. Berdasarkan silabus, materi ini tercantum dalam Standar Kompetensi SK yang ketiga, yaitu menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Pada Standar Kompetensi tersebut, terdapat dua Kompetensi Dasar yang meliputi: 3.1 menghitung luas trapesium dan layang-layang, 3.2 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar.

2.2 Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan model pbl (problem based learning) terhadap pengetahuan metakognitif biologi siswa Kelas X pada konsep virus

2 18 226

Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL), Problem Based Learninng (PBL), dan Problem Solving Pada Materi Animalia

5 29 376

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (PTK Terhadap Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2010/2

0 1 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PBL (PROBLEM BASED PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA KELAS V SD N 1 TEMPURSARI TAHUN PELAJAR

0 0 16

Peningkatan kemandirian dan prestasi belajar matematika dengan pendekatan Problem-Based Learning (PBL) di kelas VII E SMP N 15 Yogyakarta.

0 1 18

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V di SD Negeri Sidomoyo.

0 2 244

Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

1 11 359

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKN menggunakan model PBL untuk siswa kelas V SD Negeri Plaosan I.

0 2 230

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI pada siswa kelas V SDN Plaosan 2.

0 0 236

PENINGKATAN PARTISIPASI, KEBERANIAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS SDK WIROBRAJAN YOGYAKARTA

0 0 184