Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SDK

WIROBRAJAN I YOGYAKARTA. AM Ratna Rosanti

Universitas Sanata Dharma 2016

Kurangnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SDK Wirobrajan I mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas di sekolah tersebut. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pelaksanaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta (2) pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta (3) pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan 2 siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa.

Penelitian dalam upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar tentang pelaksanaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. Penerapan penggunaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. Nilai rata-rata keaktifan belajar 70 (kategori cukup aktif) dengan persentase siswa minimal cukup aktif 58,8 %; siklus I 76 (kategori cukup aktif) dengan persentase 85,3 %; siklus II rata-rata 83 (kategori aktif) dan persentasenya 94,1 %. Penerapan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata prestasi belajar sebesar 60,7 sebanyak 26,5 % siswa mencapai KKM 75; siklus I 77,1 sebanyak 55,9 % siswa yang mencapai KKM; siklus II rata-rata 86,2 dan sebanyak 88,2 % siswa yang mencapai KKM. Kata kunci: keaktifan belajar, prestasi belajar, pendekatan Problem Based Learning (PBL)


(2)

INCREASING THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT USING PROBLEM BASED LEARNING (PBL) APPROACH IN MATHEMATICS SUBJECTS OF GRADE V SDK WIROBRAJAN I

YOGYAKARTA’S STUDENTS. AM Ratna Rosanti

Sanata Dharma University 2016

Lack of activeness and student achievement in grade V SDK Wirobrajan I has encouraged the researcher to conduct Classroom Action Research (CAR) in that school. The aim of the research was to examine the implementation of the approach of Problem Based Learning (PBL) might enhance the activeness and learning achievement in Mathematics lesson of students of class V SDK Wirobrajan I Yogyakarta students (2) Problem Based Learning (PBL) approach might enhance the activeness of learning in Mathematics lesson of class V SDK

Wirobrajan I Yogyakarta’s students (3) Problem Based Learning (PBL) approach could improve learning achievement in Mathematics lesson of grade V SDK

Wirobrajan I Yogyakarta’s students.

This research was a Classroom Action Research (CAR) which was conducted into2 cycles, each cycle consisted of two meetings. Each cycle consisted of four steps: planning, action, observation and reflection. The subjects

in this study were the activeness and students’ learning achievement.

This was a research in improving activity and learning achievement on the implementation of Problem Based Learning (PBL) approach in Mathematics lesson of students at class V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. The application of Problem Based Learning (PBL) approach may enhance the activeness of Mathematics learning in graders V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. The average value of learning activeness was 70 (categorized as quite active) with a percentage of 58.8%; the value of first cycle was 76 (categorized as quite active) with a percentage of 85.3%; the second cycle an average of 83 (active category) and the percentage was 94.1%. The application Problem Based Learning (PBL) approach could increase student achievement. In the beginning condition, the average value was 60.7, 26.5% of the students reached KKM (passing grade) 75; in the first cycle, the average value 77.1 was as much as 55.9% of students who reached KKM (passing grade) 75; the average score of the second cycle was 86.2 and there was 88.2% of the students who reached KKM (passing grade) 75.

Key words: learning activeness, learning achievement, Problem Based Learning (PBL) approach


(3)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

SISWA KELAS V SDK WIROBRAJAN I YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : AM Ratna Rosanti

NIM : 121134091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

SISWA KELAS V SDK WIROBRAJAN I YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : AM Ratna Rosanti

NIM : 121134091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan berkatNya,

selalu memberikan kekuatan, semangat dan mengabulkan doa permohonanku

sehingga terselaikanlah skripsi ini.

Kedua orang tuaku, Bapak Remigius Tukiyo dan Ibu Maria Magdalena Tugirah,

yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan semangat serta selalu

mendoakanku.

Bulik Yohana Tugiyantini yang selalu menginspirasi dan membantu banyak selama

saya kuliah.

Agustinus Karuniawan Vishnuaji yang selalu ada disampingku setiap saat menjadi

tempat luapan emosiku, menjadi kakak, sahabat bahkan kekasih yang tersabar

mengahadapi sifatku untuk terus memberikan semangat, nasehat, bantuan serta

memotivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Wahyu Kusuma Wardani yang setia menjadi teman, sahabat ataupun saudara

sejak pertama masuk di PGSD hingga saat ini untuk selalu saling memberikan

semangat maupun motivasi sehingga dapat menyelesaikan skrispi bersama-sama.

Adjeng Jayantika Saputra, Andreas Deni Anggriawan dan Pungky Gupitawati yang

setia menjadi sahabat bahkan seperti saudara yang senantiasa selalu perhatian,

menghibur, memberi semangat, mendoakan dan mendukungku selama

menyelesaikan skripsi ini.

Bapak Jarot Himawan Vishnu Murti dan Ibu Yustina Nunung Pratiwi yang selalu

memotivasi dan memperhatikan perkembangan saya dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:

Universitas Sanata Dharma


(8)

v MOTTO

Ora et Labora ( Berkerja dan Berdoa) Bunda Teresa.

Kunci keberhasilan adalah usaha serta keyakinan dalam dirimu sendiri.

Musuh paling berat adalah mengalahkan ego dalam diri.

A thing that has yet to be done frequently looked impossible, we will be assured. If

we have succeeded doing it well (Evelyn Underhill)


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Januari 2016

Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : AM Ratna Rosanti Nomor Mahasiswa : 121134091

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V

SDK WIROBRAJAN I YOGYAKARTA

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan loyaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Januari 2016 Yang menyatakan,

AM Ratna Rosanti


(11)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SDK

WIROBRAJAN I YOGYAKARTA. AM Ratna Rosanti

Universitas Sanata Dharma 2016

Kurangnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SDK Wirobrajan I mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas di sekolah tersebut. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pelaksanaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta (2) pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta (3) pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan 2 siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa.

Penelitian dalam upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar tentang pelaksanaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. Penerapan penggunaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. Nilai rata-rata keaktifan belajar 70 (kategori cukup aktif) dengan persentase siswa minimal cukup aktif 58,8 %; siklus I 76 (kategori cukup aktif) dengan persentase 85,3 %; siklus II rata-rata 83 (kategori aktif) dan persentasenya 94,1 %. Penerapan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata prestasi belajar sebesar 60,7 sebanyak 26,5 % siswa mencapai KKM 75; siklus I 77,1 sebanyak 55,9 % siswa yang mencapai KKM; siklus II rata-rata 86,2 dan sebanyak 88,2 % siswa yang mencapai KKM. Kata kunci: keaktifan belajar, prestasi belajar, pendekatan Problem Based Learning (PBL)


(12)

ix ABSTRACT

INCREASING THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT USING PROBLEM BASED LEARNING (PBL) APPROACH IN MATHEMATICS SUBJECTS OF GRADE V SDK WIROBRAJAN I

YOGYAKARTA’S STUDENTS.

AM Ratna Rosanti Sanata Dharma University

2016

Lack of activeness and student achievement in grade V SDK Wirobrajan I has encouraged the researcher to conduct Classroom Action Research (CAR) in that school. The aim of the research was to examine the implementation of the approach of Problem Based Learning (PBL) might enhance the activeness and learning achievement in Mathematics lesson of students of class V SDK Wirobrajan I Yogyakarta students (2) Problem Based Learning (PBL) approach might enhance the activeness of learning in Mathematics lesson of class V SDK Wirobrajan I Yogyakarta’s students (3) Problem Based Learning (PBL) approach could improve learning achievement in Mathematics lesson of grade V SDK Wirobrajan I Yogyakarta’s students.

This research was a Classroom Action Research (CAR) which was conducted into2 cycles, each cycle consisted of two meetings. Each cycle consisted of four steps: planning, action, observation and reflection. The subjects in this study were the activeness and students’ learning achievement.

This was a research in improving activity and learning achievement on the implementation of Problem Based Learning (PBL) approach in Mathematics lesson of students at class V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. The application of Problem Based Learning (PBL) approach may enhance the activeness of Mathematics learning in graders V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. The average value of learning activeness was 70 (categorized as quite active) with a percentage of 58.8%; the value of first cycle was 76 (categorized as quite active) with a percentage of 85.3%; the second cycle an average of 83 (active category) and the percentage was 94.1%. The application Problem Based Learning (PBL) approach could increase student achievement. In the beginning condition, the average value was 60.7, 26.5% of the students reached KKM (passing grade) 75; in the first cycle, the average value 77.1 was as much as 55.9% of students who reached KKM (passing grade) 75; the average score of the second cycle was 86.2 and there was 88.2% of the students who reached KKM (passing grade) 75.

Key words: learning activeness, learning achievement, Problem Based Learning (PBL) approach


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 1. Rohandi, Ph. D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Drs. Paulus Wahana, M. Hum dan Andri Anugrahana, M. Pd., selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktu dan tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai.

4. Hr. Klidiatmoko, S. Pd. selaku kepala sekolah SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti melakukan penelitian.

5. Christina Tri Lestari, S. Pd. selaku guru kelas VA SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta yang telah memberikan bantuan untuk melakukan penelitian. 6. Siswa siswi kelas VA SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta selaku subjek

penelitian yang telah bersedia membantu peneliti dalam proses penelitian. 7. Bapak dan ibu guru serta karyawan SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta

yang tealah memberikan bantuan dalam penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.


(14)

xi

9. Teman-teman satu payung Ayu, Cornelius dan Dimas berkat kerjasamanya selama ini dalam menyusun skripsi ini.

10. Teman-teman PGSD kelas C semester I hingga VI serta teman-teman kelas A semester VII angkatan 2012 atas semangat, dukungan, doa dan kebersamaannya selama berproses dan berdinamika selama perkuliahan. 11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa kendala yang peneliti temukan baik dari faktor dalam diri maupun dari luar. Namun, kendala tersebut tidak menjadi hambatan dalam diri peneliti melainkan menjadi semangat untuk terus maju dan menyelesaikan penulisan skripsi. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan Universitas Sanata Dharma. Penulis meminta maaf apabila dalam penyajian terdapat beberapa kesalahan baik dalam sistematika penyajian, isi, dan sebagainya, serta peneliti menerima kritik dan saran sebagai masukan untuk memperbaiki penelitian ini.

Yogyakarta, 28 Januari 2016 Penulis


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Pembatasan Masalah ... 7

1.3Rumusan Masalah ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 8

1.5Manfaat Penelitian ... 8

1.6Definisi Operasional ... 9

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1Kajian Teori ... 11

2.1.1 Keaktifan ... 11

2.1.2 Prestasi Belajar ... 13

2.1.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 15


(16)

xiii

2.1.5 Hakikat Pembelajaran ... 19

2.1.6 Pendekatan Problem Based Learning (PBL) ... 20

2.1.6.1Pengertian Problem Based Learning (PBL) ... 20

2.1.6.2Karakteristik Problem Based Learning (PBL) ... 21

2.1.6.3Langkah-langkah Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) ... 22

2.1.6.4Tujuan Problem Based Learning ... 23

2.1.7 Hakikat Matematika ... 23

2.1.8 Tujuan Pembelajaran Matematika ... 24

2.1.9 Materi Pembelajaran Matematika Geometri & Pengukuran ... 25

2.2Penelitian yang Relevan ... 26

2.3Kerangka Berpikir ... 29

2.4Hipotesis Tindakan ... 30

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 31

3.2Setting Penelitian ... 34

3.2.1 Tempat Penelitian ... 34

3.2.2 Subjek Penelitian ... 35

3.2.3 Objek Penelitian ... 35

3.2.4 Waktu Penelitian ... 35

3.3Rancangan Penelitian ... 35

3.3.1 Persiapan ... 36

3.3.2 Rencana setiap Siklus ... 36

3.3.2.1Siklus I ... 37

3.3.2.2Siklus II ... 41

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Wawancara ... 45

3.4.2 Observasi ... 46


(17)

xiv

3.4.4 Kuesioner ... 48

3.4.5 Dokumentasi ... 49

3.5Instrumen Penelitian ... 50

3.5.1 Pedoman Wawancara ... 50

3.5.2 Pedoman Observasi ... 51

3.5.3 Lembar Kuesioner ... 52

3.5.4 Tes Objektif ... 55

3.6Teknik Pengujian Instrumen ... 58

3.6.1 Validitas ... 58

3.6.1.1Validitas Variabel Keaktifan ... 60

3.6.1.2Validitas Perangkat Pembelajaran ... 62

3.6.1.2.1 Validitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 62

3.6.1.2.2 Validitas Bahan Ajar ... 63

3.6.1.2.3 Validitas Isi Soal Prestasi Siklus I dan II ... 65

3.6.1.2.4 Validitas Empiris Soal Prestasi Siklus I dan II ... 66

3.6.2 Reliabilitas ... 68

3.6.3 Indeks Kesukaran ... 71

3.7Teknik Analisis Data ... 73

3.7.1 Analisis Data Keaktifan Belajar ... 74

3.7.2 Analisis Data Prestasi Belajar ... 75

3.8Indikator Keberhasilan ... 76

3.9Jadwal Penelitian ... 77

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deksripsi Pelaksanaan Penelitian ... 78

4.1.1 Perencanaan ... 78

4.1.2 Pelaksanaan ... 81


(18)

xv

4.1.4 Refleksi ... 83

4.2Hasil Penelitian ... 84

4.2.1 Keaktifan Siswa ... 84

4.2.1.1Kondisi Awal ... 84

4.2.1.2Siklus I ... 86

4.2.1.3Siklus II ... 87

4.2.2 Prestasi Belajar ... 90

4.2.2.1Kondisi Awal ... 90

4.2.2.2Siklus I ... 92

4.2.2.3Siklus II ... 93

4.3Pembahasan ... 97

4.3.1 Penerapan Pendekatan PBL ... 97

4.3.2 Keaktifan Belajar ... 102

4.3.3 Prestasi Belajar ... 106

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 108

5.2Keterbatasan ... 109

5.3Saran ... 110


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 51

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 52

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Keaktifan Belajar Siswa ... 53

Tabel 3.4 Pengukuran Skala Likert ... 54

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Prestasi Siklus I (Sebelum dilakukan Validasi) ... 55

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Tes Prestasi Siklus I (Sesudah dilakukan Validasi) ... 56

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Tes Prestasi Siklus II (Sebelum dilakukan Validasi) .... 56

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Tes Prestasi Siklus II (Sesudah dilakukan Validasi) ... 57

Tabel 3.9 Hasil Validasi Kuesioner Keaktifan ... 61

Tabel 3.10 Hasil Validasi RPP ... 62

Tabel 3.11 Hasil Validasi Bahan Ajar ... 63

Tabel 3.12 Hasil Validasi Soal Prestasi Siklus I ... 64

Tabel 3.13 Hasil Validasi Soal Prestasi Siklus II ... 65

Tabel 3.14 Penghitungan Validasi Soal Prestasi Siklus I ... 67

Tabel 3.15 Penghitungan Validasi Soal Prestasi Siklus II ... 68

Tabel 3.16 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 69

Tabel 3.17 Kriteria Indeks Kesukaran ... 71

Tabel 3.18 Indeks Kesukaran Soal Prestasi Siklus I ... 72

Tabel 3.19 Indeks Kesukaran Soal Prestasi Siklus II ... 73

Tabel 3.20 Kriteria Skor Keaktifan dengan PAP tipe 1 ... 75

Tabel 3.21 Kriteria Keberhasilan Keaktifan dan Prestasi Belajar ... 76

Tabel 3.22 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 77

Tabel 4.1 Kondisi Awal Keaktifan Belajar Siswa ... 85

Tabel 4.2 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 86

Tabel 4.3 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 87

Tabel 4.4 Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa ... 88

Tabel 4.5 Nilai UTS Matematika Siswa Semeter I Tahun Ajaran 2015/2016 ... 91


(20)

xvii

Tabel 4.7 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 93 Tabel 4.8 Perbandingan Prestasi Belajar Siswa ... 94


(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan ... 28

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc Taggart ... 32

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa ... 89

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Persentase Keaktifan Belajar Siswa ... 90

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Rata-rata Prestasi Belajar Siswa ... 96

Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Persentase Prestasi Belajar Siswa ... 96

Gambar 4.5 Guru mengorientasikan Siswa dengan membagikan LKS ... 98

Gambar 4.6 Guru membagikan Media atau Alat Peraga ... 99

Gambar 4.7 Guru membimbing siswa secara individu dan kelompok ... 100

Gambar 4.8 Siswa Mempresentasikan Hasil diskusi Kelompok ... 101


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Sebelum dan Sesudah Penelitian ... 114 Lampiran 2. Instrumen Pembelajaran ... 117 Lampiran 3. Instrumen Penelitian (Lembar Kuesioner dan Lembar

Observasi) ... 238 Lampiran 4. Hasil Kuesioner dan Observasi Minat Siswa ... 248 Lampiran 5. Soal Prestasi dan Kunci Jawaban ... 257 Lampiran 6. Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran dan Instrumen

Penelitian ... 282 Lampiran 7. Hasil Output, Validitas, Reliabilitas, IK dan r Tabel ... 305 Lampiran 8. Daftar Nilai Kondisi Awal dan Setelah Tindakan ... 316 Lampiran 9. Contoh Hasil Evaluasi Siswa ... 321 Lampiran 10. Foto-foto Kegiatan ... 334 Lampiran 11. Riwayat Hidup Penulis ... 336


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dibahas tentang enam bagian, yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Ahmadi, 2014: 38) adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Dahama dan Bhatnagar (Ahmadi, 2014: 35) mengungkapkan bahwa pendidikan adalah proses membawa perubahan dalam perilaku manusia, pendidikan juga didefinisikan sebagai proses perolehan pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau studi.

Fungsi dan tujuan pendidikan dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 disebutkan sebagai berikut “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,


(24)

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Agama, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Ketrampilan, Pendidikan Jasmani, dan Muatan lokal. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan adalah Matematika. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan sejak di taman kanak-kanak secara informal (Susanto, 2013: 183). Senada dengan pendapat sebelumnya Suherman (2003: 25) mengungkapkan bahwa matematika adalah ilmu yang mendasari ilmu-ilmu lain sehingga matematika digunakan sebagai tolok ukur kemajuan pendidikan suatu Negara. Pada hakikatnya matematika tidak terlepas dengan kehidupan sehari-hari. Tujuannya membantu siswa untuk mengatasi masalah hitungan terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran matematikan yang ideal sebaiknya kotekstual atau nyata dengan yang ada di sekitar siswa.

Namun kenyataannya peneliti melakukan observasi pada hari Selasa 13 Oktober 2015 khususnya di SDK Wirobrajan I Yogyakarta kelas VA pada pelajaran matematika, kegiatan pembelajaran matematika di kelas terlihat kurang dapat membangun keaktifan siswa. Peneliti mengamati pada saat pembelajaran hanya 20,5 % siswa yang aktif selama pembelajaran. Jumlah siswa seluruhnya di kelas VA yaitu 34 siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki 17 siswa perempuan. Hal ini terbukti pada saat guru bertanya hanya ada 7 siswa yang menjawab, jika


(25)

kurang memahami materi juga hanya 7 siswa yang berani bertanya dengan gurunya. Sedangkan siswa yang lainnya tidak bertanya kepada guru ataupun temannya apabila kurang memahami materi yang disampaikan guru. Pada saat diberikan tugas oleh guru belum semua siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, hanya 6 sampai 10 siswa saja yang benar-benar menyelesaikan tugas, bahkan siswa yang selesai terlebih dahulu hanya ada 5 orang siswa dan itu siswa perempuan semua.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Selasa 13 Oktober 2015 di SDK Wirobrajan I kelas VA peneliti melihat pada saat pembelajaran di kelas belum menggunakan media pembelajaran yang mungkin membuat siswa menjadi kurang aktif. Metode yang digunakan guru ketika mengajar di dalam kelas yaitu menggunakan metode ceramah serta tanya jawab dan latihan soal. Suasana kelas saat mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru terlihat sangat gaduh tetapi ketika guru bertanya tentang soal yang dikerjakan semua siswa menjadi diam dan tidak menjawab. Selain itu ada 4 siswa yang peneliti lihat selalu menaruh kepala di atas meja saat mencatat atau mengerjakan soal latihan bahkan ketika guru sedang menjelaskan. Pada saat guru menawarkan kepada seluruh siswa di kelas VA SDK Wirobrajan I supaya mengerjakan soal di papan tulis hanya ada 7 dari 34 siswa yang mengangkat tangan dan bersedia maju mengerjakan. Tujuh siswa tersebut memang siswa yang terlihat pandai di kelas tersebut. Akhirnya guru yang harus menunjuk siswa lain untuk maju mengerjakan soal di papan tulis. Ketika mengoreksi soal, siswa yang menjawab benar dan mengangkat tangannya hanya 15 siswa dan berarti yang 19 siswa menjawab salah.


(26)

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru kelas VA SDK Wirobrajan I pada hari Rabu 14 Oktober 2015 tentang proses pembelajaran matematika di kelas, penggunaan media pembelajaran sebagai media pendukung kegiatan pembelajaran, bagaimana prestasi belajar siswa, bagaiamana keaktifan siswa selama pembelajaran, kesuliatan apa yang dialami siswa, strategi yang digunakan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa, dan berapa persentase prestasi belajar siswa. Guru kelas VA menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, guru tersebut mengatakan bahwa “ Proses pembelajaran yang saya lakukan dikelas selama pembelajaran matematika yaitu dengan ceramah menjelaskan materi mbak, selain itu juga pemberian contoh. Penggunaan media biasanya saya menyesuaikan materi namun dalam pembelajaran saya sering tidak menggunakan media karena membuat media membutuhkan banyak waktu mbak. Untuk prestasi belajar khususnya matematika masih tergolong rendah mbak, banyak anak yang mendapatkan nilai di bawah KKM bahkan tidak ada setengahnya yang mencapai atau melampaui KKM, keaktifan siswa dalam pembelajaran hanya setengahnya atau 17 dari 34 siswa saja mbak yang terlihat aktif dalam bertanya maupun menjawab. Dan strategi yang biasa saya gunakan untuk mengatasi kesulitan siswa yaitu dengan menambah bimbingan belajar dan konsultasi dengan orang tua. Persentase siswa yang di atas KKM kurang lebih hanya 40 % mbak dan sisanya yang tidak tuntas”. (komunikasi pribadi dengan guru kelas VA SDK Wirobrajan I sekaligus sebagai wali kelas)

Keaktifan siswa selama proses pembelajaran belum maksimal, siswa kurang menggali pengetahuan yang ingin diketahuinya. Hasil observasi tanggal 13


(27)

Oktober 2015 ketika guru menjelaskan materi masih terdapat 10 dari 34 siswa yang hanya diam bahkan sibuk menulis ataupun berbicara dengan teman satu bangkunya. Jumlah siswa yang aktif pada saat peneliti melakukan observasi di kelas hanya 29,4 % siswa yang aktif bertanya kepada guru dari jumlah siswa 34, dan 70,6 % siswa diam atau berbicara dengan teman satu bangkunya. Siswa juga terlihat masih takut bertanya apabila belum paham, sehingga siswa tidak mengetahui jawaban yang ingin ditanyakan tersebut. Akibat siswa tidak aktif belajar maka prestasi belajarnya menjadi rendah.

Hasil wawancara terhadap guru kelas pada hari Rabu 14 Oktober 2015 tentang prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika masih rendah karena masih terdapat siswa yang nilai matematikanya di bawah KKM. KKM untuk mata pelajaran matematika di SDK Wirobrajan I yaitu 75. Berdasarkan hasil dokumentasi hasil nilai ulangan tengah semester tahun ajaran 2015/ 2016 mata pelajaran matematika rata-rata kelasnya 60,7. Persentase prestasi belajar siswa yang mencapai KKM hanya 26,5 % yaitu ada 9 siswa dari 34 siswa yang sudah mencapai KKM. Hasil lembar kuesioner pada kondisi awal yang dilakukan oleh peneliti, keaktifan belajar siswa kelas VA SDK Wirobrajan I sebesar 58,8 % yang menunjukkan terdapat 20 siswa yang aktif dari 34 siswa.

Metode ceramah menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti tidak diminati para siswa, terlihat pada saat pembelajaran siswa hanya duduk diam ataupun bercerita dengan teman satu bangkunya dan mendengarkan saat guru menjelaskan. Hal ini membuat siswa menjadi kurang bersemangat karena menurut peneliti siswa merasa belum sepenuhnya terlibat dalam pembelajaran. Penerapan


(28)

metode dalam proses pembelajaran yang sebelumnya sudah diungkapkan oleh guru kelas juga sepertinya kurang diminati oleh siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti, permasalahan di kelas VA SDK Wirobrajan I yaitu tentang keaktifan dan prestasi belajar khususnya mata pelajaran matematika. Menurut peneliti untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VA SDK Wirobrajan I khususnya pada mata pelajaran matematika dengan mengubah metode pembelajaran. Terdapat berbagai metode ataupun pendekatan pembelajaran salah satunya yaitu pendekatan pembelajaran PBL. PBL merupakan pembelajaran yang berbasis masalah, aktivitas pembelajarannya diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Metode ini memiliki sejumlah rangkaian aktivitas kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan siswa, metode ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi melalui metode ini siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari serta mengolah data dan akhirnya menyimpulkan (Hamdayama, 2014: 209).

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan PBL karena dengan metode ini siswa dapat menemukan cara penyelesaian suatu masalah dalam pembelajaran secara kelompok maupun individu yang sesuai dengan kehidupan atau yang relevan dengan kehidupan siswa (Hamdayama, 2014: 210). Peneliti mengharapkan dengan pendekatan tersebut, proses pembelajaran kelas VA di SDK Wirobrajan I dapat berjalan dengan efektif, menyenangkan dan mencapai prestasi belajar siswa dengan maksimal serta keaktifan siswa di kelas dapat meningkat. Berdasarkan kondisi yang telah dibahas sebelumnya, maka peneliti


(29)

melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta”

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini hanya berfokus pada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode PBL pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. Materi yang digunakan peneliti berkaitan dengan luas bangun datar untuk standar kompetensinya atau SK yaitu 3 menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah, sedangkan kompetensi dasarnya (KD) 3.1 yaitu menghitung luas trapesium dan layang – layang.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dalam rangka meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta ?

2. Apakah pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta ?

3. Apakah pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta ?


(30)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk memaparkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

2. Untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan keaktifan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL).

3. Untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL).

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1.5.1 Bagi Siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu

1. Siswa mendapatkan pengalaman yang baru dalam melaksanakan kegiatan belajar dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) sehingga kegiatan belajar dapat bervariasi serta dapat mengurangi rasa jenuh dan bosan,


(31)

2. Siswa dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL).

1.5.2 Bagi Guru

Manfaat penelitian bagi guru yaitu

1. Dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang inovatif sehingga dapat digunakan di kelas dan dapat meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa.

1.5.3 Bagi Peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu

1. Menambah wawasan baru mengenai metode pembelajaran yang digunakan dan mengetahui efektivitasnya.

2. Memiliki alternatif metode pembelajaran yang bervariasi supaya proses pembelajaran di kelas tidak monoton.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa sekolah dasar adalah komponen pendidikan yang jenjang pendidikannya berusia antara 7 tahun sampai 12 tahun.

2. Matematika adalah salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang berhubungan dengan angka dan operasi bilangan.


(32)

3. Keaktifan siswa merupakan kegiatan yang melibatkan pikiran siswa serta pendapat siswa, kegiatan mengumpulkan informasi, melakukan pengamatan, membuat sesuatu dan kekompakan di dalam suatu kelompok. 4. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia

menyelesaikan soal-soal dalam pembelajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah pada dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi pelajaran.


(33)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini akan dibahas tentang empat bagian yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti akan menguraikan keempat bagian tersebut.

2.1 Kajian Teori

Kajian Teori akan membahas tentang variabel-variabel yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu keaktifan, prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, karakteristik siswa SD, hakikat pembelajaran, pendekatan PBL, hakikat matematika, tujuan pembelajaran matematika dan materi pelajaran matematika yaitu geometri dan pengukuran. Peneliti akan menguraikan satu per satu dari variabel-variabel yang telah disebutkan.

2.1.1 Keaktifan

Keaktifan siswa menurut Yamin (2007: 77) adalah kegiatan selama proses pembelajaran yang dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar aktif merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk membangun pengetahuan di dalam dirinya. Pendapat yang tidak jauh berbeda yaitu dari Rusman (2013: 394) bahwa keaktifan belajar siswa diciptakan serta dikondisikan oleh seorang guru yang sebagai fasilitator belajar. Berdasarkan kedua pendapat


(34)

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian keaktifan yaitu kegiatan dimana siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, yang bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa dengan guru sebagai faslitator.

Mahyuni (2009: 9) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang aktif merupakan pengajaran yang melibatkan pemikiran siswa dan memungkinkan siswa dapat mengubah apa yang telah mereka pelajari dari yang awalnya pasif menjadi aktif, dimana siswa sebagai penghasil ilmu pengetahuan. Berdasarkan pendapat tesebut keaktifan memuat beberapa hal yaitu melibatkan pikiran siswa ataupun pendapat siswa, siswa diharapkan mngumpulkan informasi berdasarkan berbagai strategi yang dimilikinya serta menggunakan cara menjawab bergantian maupun bertanya dengan bergantian.

Sudjana (2009: 61) mengungkapkan bahwa terdapat delapan aspek sebagai indikator yang dapat mendukung terjadinya keaktifan siswa yaitu 1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, 2) terlibat dalam pemecahan masalah, 3) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, 4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, 5) melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru, 6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, 7) melatih diri dalam memecahkan masalah yang sejenis, 8) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Sanjaya (dalam Rusman, 2013: 395) menyebutkan ada beberapa contoh kegiatan menumbuhkan keaktifan. Kegiatan tersebut meliputi, kegiatan


(35)

mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen, membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan praktik melakukan sesuatu. Beberapa contoh kegiatan tersebut dapat diterapkan di kelas, tidak harus semuanya dilakukan.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa indikator untuk keaktifan yaitu ada delapan antara lain turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, melatih diri dalam memecahkan masalah yang sejenis, kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

2.1.2 Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang artinya hasil usaha (Arifin, 2009: 12). Sedangkan menurut Sumadi (2006: 297), prestasi dapat pula didefinisikan sebagai berikut : “nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa selama masa tertentu”. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil usaha atau hasil belajar yang dicapai dan diperoleh dari melakukan kegiatan tertentu dalam waktu tertentu


(36)

dengan kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar siswa berupa pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotor yang diukur melalui evaluasi belajar.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan (Slameto, 2010: 2). Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Syah (2003: 136) yaitu belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Beberapa pengertian belajar yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperolehnya melalui adanya pengalaman.

Belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat yang tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas yaitu belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2005: 28). Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku diperoleh melalui pengalaman baru yang diperoleh siswa.


(37)

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan proses perubahan tingkah laku yang didasarkan pada pengalaman/ latihan, hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Pendapat yang tidak jauh berbeda yaitu prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa (Arifin, 2009: 12). Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 895) yaitu a) penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru, b) kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati (actual ability) dan yang dapat diukur langsung dengan tes tertentu.

Ketiga pendapat di atas tentang pengertian prestasi belajar dapat disimpulkan yaitu hasil belajar seseorang yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Prestasi belajar adalah hasil belajar setelah mengikuti program pembelajaran yang dinyatakan dengan skor atau nilai, dan prestasi belajar juga dapat dikatakan sebagai tujuan pembelajaran.

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu (Slameto, 2010: 54).


(38)

Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan (Slameto, 2010: 54). Faktor jasmaniah terdiri dari dua faktor yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya, apabila seseorang sakit maka ia tidak dapat belajar agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjaga. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar seseorang. Jika hal ini terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

Faktor intern yang kedua yaitu faktor psikologis yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan (Slameto, 2010: 58). Intelegensi seseorang mempengaruhi prestasi belajar. Apabila seseorang memiliki intelegensi yang tinggi maka seseorang akan mudah menerima pelajaran, sedangkan apabila intelegensi seseorang rendah maka seseorang sulit menerima pelajaran. Perhatian juga menjadi faktor penting karena untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka seseorang harus mempunyai perhatian terhadap badani yang dipelajarinya. Bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga seseorang tidak lagi ingin belajar. Minat seseorang juga mempengaruhi prestasi belajar, apabila seseorang tidak mempunyai minat untuk belajar maka hasil atau prestasinya tidak akan maksimal (Slameto, 2010: 59). Bakat juga akan mendorong belajar seseorang, apabila bakat seseorang diketahui maka lebih mudah untuk memberikan pembelajaran. Kesiapan juga perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika seseorang belajar dan sudah memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih


(39)

baik. Faktor intern yang ketiga yaitu kelelahan. Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari terjadinya kelelahan dalam belajarnya, sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 2010: 60). Keluarga merupakan lingkungan terdekat siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, dan cara mendidik orang tua juga akan mempengaruhi. Faktor dari sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu kurikulum, relasi siswa dengan guru, relasi teman dengan teman, metode mengajar, fasilitas sekolah dan lingkungan sekolah (Slameto, 2010: 64-69). Faktor masyarakat yaitu jika seseorang bergaul di masyarakat, dan lingkungan masyarakatnya ternyata berpengaruh negatif maka seseorang akan menjadi negatif juga.

Faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor ekstern yaitu yang ada di luar individu. Faktor tersebut digunakan siswa untul memahami pembelajaran.

2.1.4 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Piaget (dalam Suparno, 2001: 26-88) mengungkapkan bahwa tahapan perkembangan anak dibagi menjadi empat tahap. Empat tahap tersebut yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkrit, dan tahap


(40)

operasional formal. Tahap yang pertama yaitu tahap sensorimotor rentang usia 0-2 tahun, tahap ini anak belum bisa berbicara dan belum memiliki bahasa simbol untuk mengungkapkan perasaannya. Tahap yang kedua tahap praoperasional dengan rentang usia 2-7 tahun, paada tahap ini ditandai dengan adanya fungsi semioti yaitu anak sudah bisa menggunakan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan hal yang dilihat.

Tahap perkembangan anak yang ketiga menurut Piaget (Suparno, 2001: 69-88) tahap operasional konkrit yaitu anak dengan rentang usia 7-11 tahun. Tahap ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang berdasarkan pada aturan yang logis. Anak mampu untuk berpikir matematis berdasarkan apa yang dilihatnya nyata atau konkrit, namun anak belum dapat memahami hal yang abstrak. Selanjutnya tahap perkembangan anak yang keempat yakni tahap operasional formal yaitu usia anak 11 tahun ke atas. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir logis dan berpikir abstrak. Cara berpikirnya sudah dapat melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terkait pada hal yang telah dialami tetapi juga dapat berpikir tentang sesuatu yang akan datang. Berdasarkan tahapan perkembangan anak menurut Piaget, tahap perkembangan untuk anak sekolah dasar yaitu pada tahap ketiga tahap opersional konkrit anak dengan rentang usia 7-11 tahun.

Nasution (Djamarah, 2011: 123) mengungkapkan bahwa usia sekolah dasar yaitu 6 atau 7 tahun hingga 12 atau 13 tahun. Siswa pada usia tersebut dianggap sudah matang untuk belajar, walaupun di dalam pembelajarannya masih ada aktivitas bermainnya. Suryobroto (Djamarah, 2011: 124) menambahkan bahwa


(41)

siswa Sekolah Dasar terbagi menjadi 2 masa, yaitu masa kelas rendah dan kelas atas. Kelas atas sendiri pada usia 6 atau 7 tahun sampai 9 ataupun 10 tahun dan pada kelas bawah yaitu usia 9 atau 10 tahun hingga 12 atau 13 tahun. Kelas bawah pada sekolah dasar terdiri dari kelas I, II dan III sedangkan untuk kelas atas terdiri dari kelas IV, V dan VI.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar yaitu anak dengan rentang usia 7-11 tahun. Siswa sekolah dasar dibagi menjadi 2 masa yaitu masa kelas rendah dan masa kelas atas, kelas bawah terdiri dari kelas 1, 2 dan 3 sedangkan kelas atas terdiri dari kelas 4, 5 dan 6.

2.1.5 Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa dan bukan dibuat untuk siswa, pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya seorang pendidik untuk membantu siswa untuk melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2009: 14). Pendapat yang hampir sama yaitu menurut Santrock (2007: 265) bahwa pembelajaran pada hakekatnya dapat membantu siswa untuk belajar. Sedangkan Rusman (2010: 1) mengungkapkan juga pendapatnya bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut yaitu tujuan, materi, metode dan evaluasi. Komponen tersebut harus diperhatikan oleh seorang pendidik ketika memilih ataupun menentukan model-model pembelajaran yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran. Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan


(42)

bahwa pembelajaran yaitu suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu murid dalam belajar.

Susanto (2013: 18-19) menyatakan bahwa “ kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru”. Berdasarkan pendapat diatas istilah pembelajaran adalah hubungan antara belajar dan mengajar yaitu seorang pendidik dengan peserta didik. Pembelajaran adalah bantuan yang diberikan oleh pendidik supaya terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik (Susanto, 2013: 19). Peneliti menyimpulkan dari pendapat diatas bahwa pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik supaya dapat belajar dengan baik dalam memperoleh ilmu.

2.1.6 Pendekatan Problem Based Learning (PBL) 2.1.6.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Model PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Hamdayama, 2014: 209). Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Rusman (2010: 230) bahwa model PBL berkaitan dengan penggunaan intelegensi dari diri individu yang berada dalam sebuah kelompok atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna relevan dan kontekstual. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk


(43)

merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata (Rusman, 2010: 241).

Nurhadi (2004: 109) berpendapat bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah pada dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi pelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada masalah untuk memacu siswa berpikir kritis. Model ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat memecahkan masalah yang dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.6.2 Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Karakteristik PBL menurut Hamdayama (2014: 209-210) yaitu (1) belajar dimulai dengan satu masalah, (2) memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mengorganisasikan pelajaran seputar masalah bukan seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

Tan dalam Amir (2009: 22) mengemukakan karakteristik yang tercakup dalam proses Problem Based Learning meliputi (1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, (2) masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata


(44)

yang disajikan secara mengambang (ill-structured), (3) masalah biasanya menuntut persperctive majemuk (multiple perspective), (4) masalah membuat pembelajaran tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru, (5) sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning), (6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi tidak hanya dari satu sumber saja, (7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik PBL yaitu masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, masalah yang digunakan berhubungan dengan dunia nyata siswa, menggunakan kelompok kecil, memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah dipelajari, dan pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

2.1.6.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL)

Ibrahim (dalam Rusman, 2010: 243) langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut:

a. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.


(45)

c. Membimbing pengalaman individual/kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka lakukan.

2.1.6.4 Tujuan Problem Based Learning (PBL)

Ibrahim (dalam Rusman, 2010: 242) mengemukakan tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, belajar berbagai peran melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi para siswa yang otonom atau mandiri. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan PBL melatih siswa untuk berpikir dan memecahkan masalah.

2.1.7 Hakikat Matematika

Depdiknas (dalam Susanto, 2013: 184) mengemukakan kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang memiliki arti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang keseluruhannya berkaitan dengan penalaran.


(46)

Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, berargumentasi, memberi kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari (Susanto, 2013: 185). Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika sebagai ilmu dasar yang perlu dikuasai dengan baik oleh semua orang terutama sejak dini.

Matematika memiliki empat prinsip yang direkomendasikan NTCM (National Council of Teachers of Matematics) yaitu 1) matematika sebagai pemecah masalah, 2) matematika sebagai penalaran, 3) matematika sebagai komunikasi, 4) matematika sebagai hubungan (Suherman, 2003: 11). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip matematika adalah sebagai pemecah masalah, memerlukan penalaran, sebagai alat komunikasi, dan sebagai penghubung.

Hernawan (2010: 8) menyatakan bahwa fungsi mata pelajaran Matematika yaitu untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol, serta penalaran sehingga membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Soedjadi (dalam Heruman, 2007: 1) menyatakan matematika memiliki objek tujuan yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.

2.1.8 Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2014: 190) sebagai berikut :


(47)

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep.

2. Menggunakan penalarann pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk dapat mencapai tujuan permbelajaran matematikan tersebut, seorang pendidik dapat menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif menemukan dan mengembangkan pengetahuannya.

2.1.9 Materi Pembelajaran Matematika Geometri dan Pengukuran

Peneliti memilih materi pembelajaran yaitu geometri dan pengukuran. Geometri dan pengukuran merupakan materi dalam mata pelajaran Matematika dikelas V semester I. Berdasarkan silabus, materi ini tercantum dalam Standar Kompetensi (SK) yang ketiga, yaitu menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Pada Standar Kompetensi tersebut, terdapat dua Kompetensi Dasar yang meliputi: (3.1) menghitung luas trapesium


(48)

dan layang-layang, (3.2) menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan pendekatan PBL untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa sekolah dasar sudah pernah dilakukan oleh beberapa pihak. Peneliti akan menuliskan empat penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Keempat penelitian tersebut adalah milik Adayu (2014), Vitasari (2013), Sujilah (2009) dan Jati (2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Adayu (2014) bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Macam-Macam Sumber Energi Kelas IV SDK Minggir.Penelitian ini dilaksanakan di SDK Minggir, subyek penelitiannya adalah siswa SDK Minggir kelas IV. Penelitian ini relevan dengan yang akan peneliti lakukan yaitu keaktifan siswa. Hal ini terlihat dari kenaikan persentase keaktifan siswa pada indikator pertama, kondisi awal yaitu 15% pencapaian pada siklus pertama yakni 36% dan capaian dalam siklus kedua adalah 52%. Keaktifan siswa pada indikator kedua, kondisi awal 10%, capaian dalam siklus pertama 47%, capaian dalam siklus kedua 52%. Pada indikator ketiga, kondisi awal 20%, capaian pada siklus pertama dan kedua sama yakni 63%. Indikator keempat, kondisi awal 0%, capaian siklus pertama 47%, capaian siklus kedua 57%.Indikator kelima, kondisi awal 20% capaian siklus pertama 42%, capaian siklus kedua 47%. Jadi keaktifan belajar siswa terlihat telah meningkat.


(49)

Penelitian yang dilakukan oleh Vitasari (2013) bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika melalui model PBL siswa kelas V SDN 5 Kutosari. Penelitian ini relevan dengan yang akan peneliti lakukan yaitu keaktifan belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan model PBL dilaksanakan dalam dua siklus. Pembelajaran matematika dengan model PBL dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata siklus satu sebesar 61,2%, dan siklus kedua sebesar 90,5%. Jadi keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 29,3%.

Penelitian yang ketiga yaitu penelitian milik Sujilah (2009) tentang upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika melalui metode bermain pada siswa kelas I MI Sultan Agung Depok Sleman. Penelitian ini relevan dengan yang peneliti akan lakukan yaitu prestasi belajar siswa. Hasil dari penelitian itu adalah adanya peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas IA MI Sultan Agung. Peningkatan prestasi belajar matematika tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan skor rata-rata kelas pada siklus I yaitu 60,00 dan pada siklus II meningkat menjadi 80,00.

Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Jati (2014) berjudul “Peningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V B SDN Adisucipto 1”. Penelitian ini relevan dengan yang akan peneliti lakukan yaitu prestasi belajar siswa. Hasil dari penelitian itu adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai prestasi belajar pada kondisi awal adalah 69,91, pada siklus I


(50)

adalah 70,7, dimana dari 31 siswa yang tuntas hanya 5 siswa (16,1 %). Sementara itu nilai rata-rata prestasi pada siklus II adalah 81,9, dimana terdapat 30 siswa yang tuntas (96,8%).

Berikut adalah literature map penelitian yang relevan

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan

Gambar 2.1 literature map menjelaskan tentang 4 penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Hasil dari keempat penelitian tersebut menunjukkan keberhasilan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan sebuah pendekatan. Peneliti kemudian tertarik melakukan penelitian menggunakan pendekatan PBL untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V SD.

Adayu (2014), melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi

Belajar Siswa Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema Macam-macam Sumber Energi Kelas IV SDK Minggir.

Sujilah (2009) dengan judul Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Matematika melalui Metode Bermain pada Siswa Kelas I MI Sultan Agung Depok Sleman.

Jati (2014) penelitan berjudul Peningkatkan

Minat Dan Prestasi Belajar IPS

Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw II Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Pada Siswa Kelas V B SDN Adisucipto 1.

Vitasari Riska, Joharman dan Kartika (2013) melakukan penelitian yang berjudul

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas V SDN 5 Kutosari

Penelitian yang akan peneliti lakukan berjudul :

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pada Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Problem Based Learning Kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.


(51)

2.3 Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar mengajar akan terlaksana dengan baik jika disusun dan dikemas dalam suatu kerangka berpikir. Rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dikarenakan dalam hal ini siswa kurang terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar.Keaktifan dan prestasi belajar matematika yang tergolong rendah dapat ditingkatkan menggunakan pendekatan PBL. Peneliti memilih pendekatan PBL karena pendekatan ini menuntut siswa untuk aktif dalam memecahkan permasalahan sebagai awal pembelajaran.

Pelajaran matematika di sekolah dasar merupakan pembelajaran dasar yang harus dilalui oleh setiap siswa. Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang penting karena akan sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti mengharapkan dengan pendekatan PBL siswa dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.

Pendekatan PBL digunakan untuk melatih siswa berpikir kritis dalam pemecahan masalah yang diberikan oleh guru supaya siswa dapat mengumpulkan pengetahuan yang dibutuhkannya. Situasi dalam pendekatan ini menempatkan siswa sebagai subyek dalam kegiatan belajar. Siswa akan terus mencari sendiri maupun secara berkelompok cara memecahkan masalah sampai menemukan jawabannya, setiap kelompok harus mengungkapkan gagasan di depan teman-teman lainnya.

Peneliti menerapkan pendekatan PBL pada pelajaran matematika di kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. Pendekatan PBL merupakan pendekatan


(52)

pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa saat proses pembelajaran.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah, kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

2.4.1 Penggunaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dalam upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut (a) Orientasi siswa pada masalah (b) Mengorganisasi siswa untuk belajar (c) Membimbing pengalaman individual/kelompok (d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2.4.2 Penerapan penggunaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

2.4.3 Penerapan penggunaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.


(53)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini ada sembilan hal yang akan dibahas oleh peneliti. Sembilan hal tersebut adalah jenis penelitian, setting penelitian, rencana penelitian, indikator keberhasilan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas, reliabilitas dan indeks kesukaran soal, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Aqip (2009: 3) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Pendapat yang tidak jauh berbeda dari Suhardjono (dalam Arikunto, 2010: 2) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Model yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu model Kemmis dan Mc. Taggart dalam Kusumah (2009: 20-21). Bagan penelitian tindakan kelas (PTK) tersaji pada gambar dibawah ini :


(54)

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc Taggart

Model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus (Kusumah, 2009: 21). Pada gambar 3.1, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat disebut sebagai dua siklus.

Sukardi (2012: 212-213) mengemukakan bahwa penelitian tindakan secara garis besar mengenal adanya empat langkah penting, yaitu plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan). Keempat langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan (plan)

Perencanaan adalah serangkaian tindakan yang terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan perencanaan


(55)

tindakan harus berorientasi kedepan. Hal yang direncanakan terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan kurang lebih hampir sama dengan menyiapkan suatu kegiatan belajar-mengajar.

2. Pelaksanaan atau tindakan (act)

Langkah kedua yang perlu diperhatikan yaitu langkah tindakan yang terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian harus berhati-hati serta merupakan kegiatan praktis yang terencana. Hal ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur. Implementasi tindakan pada prinsipnya adalah realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan baik. Strategi yang akan digunakan, materi yang akan disampaikan dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas bersifat emansiparatoris atau membebaskan dalam berpikir, berargumentasi, bereksperimen, meneliti serta mengambil keputusan atau judgment.

3. Pengamatan (observing)

Observasi pada penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi yaitu mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Observasi harus memiliki beberapa unggulan misalnya memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang.


(56)

Observasi yang hati-hati dalam hal ini sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan yang diambil peneliti. Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik yaitu observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan ataupun yang tidak diharapkan.

4. Refleksi (reflecting)

Langkah keempat adalah langkah refleksi. Tahap ini yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Kegiatan refleksi mengandung aspek-aspek mengapa, bagaimana, sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna.

3.2 Setting Penelitian

Setting dalam penelitian yang akan dilakukan ini meliputi tempat penelitian, subjek penelitian, objek penelitian dan waktu penelitian. Peneliti akan menguraikan ke empat hal tersebut.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDK Wirobrajan I Yogyakarta yang beralamat di jalan Hos Cokroaminoto No. 8 Yogyakarta. Alasan peneliti memilih


(57)

sekolah tersebut karena SDK Wirobrajan I memiliki masalah tentang keaktifan dan prestasi belajar dalam mata pelajaran matematika.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dipilih yaitu semua siswa kelas VA SDK Wirobrajan I Yogyakarta tahun ajaran 2015/ 2016. Jumlah siswa 34 anak yang terdiri dari laki-laki 17 anak dan perempuan 17 anak.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VA SDK Wirobrajan I Yogyakarta pada semester ganjil menggunakan pendekatann PBL pada mata pelajaran matematika. Kompetensi dasar yang diambil yaitu 3.1 menghitung luas trapesium dan layang-layang.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2015 sampai bulan Januari 2016 tahun pelajaran 2015/ 2016 di SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam II siklus. Apabila siklus I belum berhasil maka menggunakan siklus II. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Kemmis dan Mc Taggert yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),


(58)

pengamatan(observing), dan refleksi (reflecting). Rencana tindakan ini membahas tentang persiapan penelitian dan rencana tindakan setiap siklus. Uraian dari sub bab rencana tindakan adalah sebagai berikut.

3.3.1 Persiapan

Persiapan sebelum melakukan penelitian di SDK Wirobrajan I Yogyakarta yaitu a) meminta izin kepada Kepala Sekolah SDK Wirobrajan I Yogyakarta untuk melakukan kegiatan penelitian di SDK Wirobrajan I Yogyakarta khususnya kelas V, b) bertemu dengan guru kelas VA untuk konfirmasi dan menanyakan jadwal pelajaran Matematika, c) melakukan observasi pembelajaran matematika di kelas VA, d) melakukan wawancara dengan guru kelas VA, e) mengidentifikasi masalah yang ada di kelas, f) menganalisis masalah yang ada pada kelas VA, g) merumuskan masalah, h) merumuskan hipotesis, i) menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus, j) membuat gambaran awal tentang keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VA, k) mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya, l) menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, soal evaluasi dan instrumen penelitian.

3.3.2 Rencana Setiap Siklus

Rencana setiap siklus yan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian sesuai dengan model Kemmis dan Mc Taggert. Model penelitian berdasarkan Kurt Lewin ini memiliki empat tahap. Tahap- tahap dalam penelitian ini yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.


(59)

3.3.2.1 Siklus I

Siklus I ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk 2 pertemuan dan setiap pertemuan 1 x 35 menit. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:

a) Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses penelitian. Perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), materi ajar, soal prestasi, serta media pembelajaran. Peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian untuk mengukur keaktifan siswa berupa lembar observasi atau pengamatan dan lembar kuesioner tentang keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika.

b) Pelaksanaan

Tahap ini, peneliti melakukan proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Pertemuan 1

Kegiatan awal 1. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa.

2. Guru melakukan presensi kehadiran siswa. 3. Apersepsi :

Siswa bersama guru bertanya jawab tentang bangun datar, luas dan satuan luas. (misalnya: apa saja bentuk bangun datar yang ada di sekitar kalian? Apakah satuan luas bangun datar ?

4. Motivasi :

Siswa dibimbing guru melakukan permainan susun tangga satuan luas.

5. Guru melakukan tanya jawab tentang permainan yang telah dilakukan.


(60)

6. Orientasi :

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.

Kegiatan inti a. Eksplorasi

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang suatu satuan luas bangun datar.

2. Siswa mengamati gambar tangga satuan luas yang ada di papan tulis.

3. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara mengubah suatu satuan luas ke satuan luas lain yang berbeda menggunakan tangga satuan.

4. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok oleh guru secara merata.

5. Siswa di dalam kelompok diberi soal untuk didiskusikan bersama. (Tahap 1 : Orientasi siswa pada situasi masalah.)

b. Elaborasi

1. Siswa dalam kelompok dibagi gambar tangga satuan luas sebagai acuan untuk mengerjakan soal. (Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar)

2. Siswa dalam kelompok diberi kesempatan untuk mengerjakan soal menggunakan cara yang telah disepakati dalam kelompok.

3. Selama diskusi berlangsung guru berkeliling untuk memotivasi dan membantu kelompok yang memerlukan bantuan dalam mengerjakan soal. (Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok)

4. Kelompok yang sudah selesai mengerjakan soal diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas secara bergantian. (Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 5. Setiap kelompok memberikan alasan berdasarkan

jawaban kelompoknya.

6. Kelompok yang lain bertugas memberikan tanggapan pada kelompok yang sedang presentasi secara bergantian sampai semua soal selesai.

Kegiatan akhir c. Konfirmasi

1. Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajari bersama. (Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)

2. Siswa menuliskan refleksi tentang kesulitan yang mereka alami selama pembelajaran dan menuliskan materi yang belum dipahami.


(61)

Pertemuan 2

Kegiatan awal 1. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa.

2. Guru melakukan presensi kehadiran siswa. 3. Apersepsi :

Siswa bersama guru bertanya jawab tentang bangun datar trapesium. Misalnya :

- Apakah bangun datar trapesium itu ? - Apa saja sifat-sifat trapesium ?

- Apakah jenis-jenis bangun datar trapesium? - Bagaimana rumus mencari luas trapesium ? 4. Motivasi :

Siswa bersama guru menyanyikan lagu “Bangun Trapesium” untuk membangkitkan semangat siswa. 5. Orientasi :

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.

Kegiatan inti a. Eksplorasi :

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang apa itu bangun datar trapesium, sifat-sifat trapesium, jenis-jenis bangun datar trapesium dan rumus mencari luas trapesium.

2. Siswa mengamati bentuk bangun datar trapesium yang ditunjukkan oleh guru.

3. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara menghitung luas trapesium menggunakan rumus. 4. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.

5. Siswa didalam kelompok diberi soal untuk didiskusikan bersama. (Tahap 1 : Orientasi siswa pada situasi masalah.)

b. Elaborasi

1. Siswa dalam kelompok dibagikan 3 bentuk trapesium sebagai alat peraga untuk mempermudah siswa dalam membedakan macam-macam bentuk trapesium. (Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar)

2. Siswa dalam kelompok diberi kesempatan untuk mengerjakan soal menggunakan cara yang telah disepakati dalam kelompok.

3. Selama diskusi berlangsung guru berkeliling untuk memotivasi dan membantu kelompok yang memerlukan bantuan dalam mengerjakan soal. (Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok)

4. Kelompok yang sudah selesai mengerjakan soal diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya


(1)

(2)

(3)

334

LAMPIRAN 10

Foto-foto Kegiatan


(4)

335

FOTO-FOTO KEGIATAN


(5)

336

LAMPIRAN 11


(6)

337

Daftar Riwayat Hidup

AM Ratna Rosanti merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Remigius Tukiyo dan Ibu Maria Magdalena Tugirah. Lahir di Sleman tanggal 13 Januari 1994. Pendidikan pertama mulai di TK Santi Siwi, Gamping Tengah, Gamping, Sleman tahun 1998-2000. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Kanisius Gamping tahun 2000-2006. Selanjutnya peneliti masuk ke Sekolah Menengah Pertama di SMP N 14 Yogyakarta pada tahun 2006-2009. Dilanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Kejuruan di SMK N 7 Yogyakarta dari tahun 2009-2012. Penulis aktif mengikuti kegiatan mulai dari SMP dalam kegiatan bola voli di Yuso Gunadarma Yogyakarta.

Penulis melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya ke Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Guru Sekolah Dasar (PGSD) patahun 2012. Penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitian di PGSD, mulai dari panitia Parade Gamelan Anak tahun 2012, panitia Inisiasi Prodi (INSIPRO) tahun 2013, panitia Malam Kreativitas 2014, panitia Inisiasi Prodi (INSIPRO) 2014. Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “ Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta”.


Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan model pbl (problem based learning) terhadap pengetahuan metakognitif biologi siswa Kelas X pada konsep virus

2 18 226

Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL), Problem Based Learninng (PBL), dan Problem Solving Pada Materi Animalia

5 29 376

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (PTK Terhadap Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2010/2

0 1 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PBL (PROBLEM BASED PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA KELAS V SD N 1 TEMPURSARI TAHUN PELAJAR

0 0 16

Peningkatan kemandirian dan prestasi belajar matematika dengan pendekatan Problem-Based Learning (PBL) di kelas VII E SMP N 15 Yogyakarta.

0 1 18

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V di SD Negeri Sidomoyo.

0 2 244

Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

1 11 359

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKN menggunakan model PBL untuk siswa kelas V SD Negeri Plaosan I.

0 2 230

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI pada siswa kelas V SDN Plaosan 2.

0 0 236

PENINGKATAN PARTISIPASI, KEBERANIAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS SDK WIROBRAJAN YOGYAKARTA

0 0 184