STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA TUNANETRA NON

sebagian remaja tunanetra yang tidak melakukan apa-apa dan selalu menyalahkan keadaan dan kekurangan yang terjadi pada dirinya dan mengalami keterpurukan karena persepsi yang dimilikinya. Hal tersebut sebagian besar tergantung pada bagaimana persepsinya pada masa lalu, dan membuat penilaian bahwa tidak mempunyai masa depan karena disabilitas yang dimilikinya Martaniah, 2006.

E. STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA TUNANETRA NON

GENETIK Seorang remaja memasuki masa remaja berarti akan melewati suatu periode transisi, dimana secara fisik maupun psikologis individu akan berubah dari seorang anak menjadi orang dewasa. Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja ini adalah menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif untuk mempersiapkan karir ekonomi Hurlock, 1980. Pada masa remaja, remaja sedang mencoba mengenalkan diri pada sosial. Semua remaja mencoba segala cara agar dirinya dapat diterima dengan baik oleh lingkungan sosial. Namun, pada kenyataannya tidak semua hal yang remaja inginkan berjalan dengan lancar. Peristiwa-peristiwa tidak terduga seperti kecelakaan dan sakit dapat terjadi kapan saja, dimana saja, bahkan kepada siapa saja. Salah satu dampak kecelakaan dan sakit adalah mengalami tunanetra. Seorang remaja tunanetra akibat kecelakaan atau sakit dapat kita sebut dengan remaja tunanetra non genetik, mengalami kehidupan yang baru akibat dari perubahan fisik yang dialami. Perubahan fisik tersebut dapat mengakibatkan seorang remaja tunanetra non genetik tersebut mengalami kebingungan identitas dirinya karena ia harus memulai kembali mengenali dan menerima fisiknya yang berbeda dengan yang mereka harapkan Wahyuni Marettih, 2012. Selain itu, seorang remaja tunanetra non genetik juga harus memulai menata kembali kehidupan sosialnya termasuk dalam pencapaian dan perencanaan dalam masa depannya. Pada keadaan tersebut, seorang remaja tunanetra non genetik memiliki berbagai macam pilihan untuk menghadapi kehidupannya. Selama remaja mau aktif memilih pilihan-pilihan akan mencerminkan keinginan untuk meraih identitas yang bermakna dan berusaha menjadi diri sendiri yang sebenarnya, dibandingkan berusaha menutupi identitas dirinya agar dapat diterima sosial dan dapat mengikuti keinginan sosial. Remaja yang berhasil mengatasi dan menerima peran yang saling berkonflik satu sama lain ini memiliki identifikasi penghayatan mengenai diri yang baru, dapat diterima dan memiliki sifat yang fleksibel dan adaptif, terbuka terhadap perubahan yang berlangsung di dalam masyarakat, dalam relasi dan karier Adam, Gulotta Montemayor, 1992. Sementara remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas akanmengalami kebingungan identitas. Mereka akan cenderung menarik diri, mengisolasi diri dari sosial, atau membenamkan diri dalam dunia sosial, dan kehilangan identitasnya sendiri di dalam sosialnya. Erickson Santrock, 2007. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. GAMBARAN UMUM SLB-A YAKETUNIS