Hasil Penelitian PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

1. Latar Belakang Subjek 1 a. Data Demografi Tabel 4.2 Dem ografi Subj ek 1 Tabel 4.2 Demografi Subjek 1 No. Keterangan Subjek 1 1 Nama Inisial A 2 Jenis Kelamin Perempuan 3 Usia 13 tahun 4 Anak ke- 2 dari 2 bersaudara 5 Jumlah Saudara 1 6 Pendidikan MTs 7 Pendidikan orangtua Ayah : SMA Ibu : SMA b. Profil Subjek 1 Subjek merupakan anak kedua dari dua bersaudara, ia memiliki kakak laki-laki. Semenjak kecil hingga usia 12 tahun, subjek tinggal bersama keluarganya yakni Bapak, Ibu, dan kakak laki-lakinya. Subjek memiliki jarak usia yang cukup jauh dengan kakaknya, yakni 10 tahun. Saat ini, kakak subjek sudah bekerja di sebuah perusahaan di Cilacap. Ayah subjek bekerja sebagai karyawan Pertamina di Purwokerto, dan ibu subjek adalah ibu rumah tangga. Di dalam keluarga, subjek memiliki hubungan terdekat dengan ibu. Bagi subjek, ibu adalah sesorang yang selalu menemaninya dalam segala keadaan. Subjek mengatakan bahwa ia tidak dapat lepas dengan ibu karena semenjak kecil sudah terbiasa selalu dengan ibu. Subjek juga mengatakan bahwa memiliki kedekatan dengan kakak. Bagi subjek, kakak adalah seorang yang ia sayangi dan selalu melindunginya, tetapi semenjak kakak subjek bekerja, subjek mulai jarang bercerita dengan kakaknya. Namun berbeda dengan ayah, subjek sering tidak cocok jika bercerita dengan ayah subjek terlebih mengenai masalah pribadi karena merasa tidak nyambung jika berkeluh kesah dengan ayah. Subjek tidak memiliki masalah di dalam keluarganya, bahkan ia merasa sangat diterima dan didukung oleh keluarga inti maupun keluarga besarnya. Kini usia subjek adalah 13 tahun, subjek adalah seorang remaja tunanetra non genetik yang bersekolah di MTs Yaketunis Yogyakarta semenjak kelulusan SD di Purwokerto. Ketunanetraan subjek termasuk kategori total blind. Ketunanetraan mata sebelah kiri subjek diakibatkan oleh Glukoma yang diderita ketika kelas 4 SD dan sebelah kanan oleh virus Tokso yang mengenainya pada saat kelas 6 SD. Subjek pernah menjalani pengangkatan mata dan pemasangan mata palsu untuk mata sebelah kirinya. Subjek memiliki relasi yang cukup baik dalam dunia pertemanannya. Subjek menceritakan bahwa ada beberapa teman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rumahnya yang sering datang kerumahnya untuk mengajak subjek bermain bersama. Teman-teman sekolah subjek juga bersikap baik dengan dirinya bahkan subjek dapat membantu teman-temannya dalam belajar. Tetapi, ada perubahan sikap dari teman-teman rumah dan sekolah setelah subjek mengalami tunanetra. Teman rumah subjek menjadi sering membohongi dan menertawakan subjek ketika mereka sedang bersama. Teman sekolah subjek menjauhi subjek karena subjek sering meminta pertolongan ketika jam pelajaran maupun jam istirahat. Bahkan ada pula teman subjek yang mengejek, meremehkan, dan memperalat subjek demi kepentingan prestasinya. Subjek tidak membiarkan teman-temannya memperlakukan dirinya dengan semena- mena. Subjek kerap menegur dan membela diri dengan keadaan dirinya sekarang, namun subjek tidak pernah memiliki dendam dengan teman- temannya. Subjek memandang bahwa dirinya merupakan seorang yang pemalu dan tidak dapat banyak berkata-kata dengan orang baru. Dengan sifat pemalunya, subjek menganggap bahwa dirinya payah dan perlu memperbaiki diri. Selain itu, subjek juga menyadari bahwa dirinya belum dapat mandiri dan belum dapat menjadi seorang tunanetra yang sudah dengan percaya diri melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Subjek adalah seorang penurut dengan sosok yang lebih tua dari dirinya. Subjek menyatakan bahwa ia mau melakukan segala sesuatu jika memang sudah diamanatkan untuk dirinya. Subjek juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mempercayai bahwa yang dikatakan orangtuanya adalah sesuatu yang baik dan harus dipatuhi. c. Analisis Data Penelitian 1 Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 1 Tabel 4.3 E ksp lorasi Rem aj a Tunanetra Non Genetik Tabel 4.3 Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik Domain Tema Eksplorasi Relasi Sosial Mengeksplorasi relasi sosial line: 1276-1296 ; 1485-1494 ; 1276-1296 Prestasi Mengeksplorasi prestasi line: 196-203 ; 218-226 ; 312-320 ; 196-203 ; 218-226 ; 312-320 Minat Tidak mengeksplorasi minat line: 43-61 ; 55-73 ; 161-163 ; 43-61 ; 55-73 ; 161-163 Fisik Tidak mengeksplorasi fisik line: 468-471 ; 720-727 ; 735-737 ; 743-761 ; 827-840 ; 968-984 ; 1438-1446 ; 468-471 ; 720-727 ; 735-737 ; 743-761 ; 827-840 ; 968-984 Spiritual Tidak mengeksplorasi spiritual line: 1657-1663 ; 1657-1663 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 1 Tabel 4.4 Kom itm en Rem aj a Tunanetra Non Genetik Tabel 4.4 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik Domain Tema Komitmen Relasi Sosial Tidak berkomitmen pada relasi sosial line: 1138-1144 ; 1298-1313 ; 1376-1387 ; 1525-1537 line: 1525-1537 line: 1603-1610 line: 226-228 ; 244-247 ; 290-310 ; 1157-1163 ; 1246-1266 Prestasi Berkomitmen pada prestasi line: 181-187 ; 196-203 ; 382-391 ; 554-558 ; 577-588 ; 867-868 ; 1058-1077 line: 264-272 ; 274-288 line: 622-641 ; 1045-1053 ; 1058-1077 ; 1516-1519 line: 34-41 ; 554-558 ; 577-588 ; 1058-1077 ; 1079-1084 ; 1091-1102 Minat Tidak berkomitmen pada minat line: 43-61 ; 55-73 ; 161-163 line: 43-61 ; 55-73 line: 43-61 ; 55-73 line: 43-61 ; 55-73 Fisik Berkomitmen pada fisik line: 349-357 ; 382-391 ; 417-424 ; 685-689 ; 696-708 ; 735-737 ; 827-840 ; 897-901 ; 953-954, 1001-1007; 1006-1072 line: 1067-1074 line: 1505-1513 line: 349-357 ; 382-391 ; 396-401 ; 468-471 ; 642-646 ; 886-895 ; 897-901 Spiritual Berkomitmen pada spiritual line: 1631-1654 line: 1631-1654 line: 1631-1654 line: 1631-1654 3 Penjelasan Status Identitas Subjek I a Relasi sosial Di dalam domain relasi sosial, subjek 1 memiliki status identitas moratorium, hal ini terlihat dari sikap subjek yang mengeksplorasi diri di dalam relasi sosialnya tetapi tidak berkomitmen di domain tersebut. Eksplorasi subjek 1 dapat di lihat dari sikap subjek 1 mengarahkan diri lebih memilih untuk berteman dengan teman-teman sesama tunanetra karena merasa senasib dan diterima sehingga tidak merasa minder. “Terus akhirnya dapet sekolah di sini temen-temennya senasib jadi enggak apa ya kayak minder gitu jadi enak. Gak kayak dulu minder.” IA 226-227 Subjek 1 juga mengarahkan diri untuk berelasi sosial agar subjek 1 memiliki teman yang dapat mendukung dan membantunya dalam mencapai prestasi. “Rasanya tu aku juga butuh dia…. Kalau aku misalnya butuh dia untuk bacain aku dibuat tulisan gimana, gak enak juga kalau aku lagi marahan sama dia” IA 1288-1292 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa subjek 1 dapat menguasai pengetahuan dan mengerti tentang pilihan dan alasan dari pilihan yang ia pilih. Tetapi pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa subjek 1 tidak berkomitmen dalam domain relasi sosial. Subjek 1 tidak mengarahkan kegiatan yang menekankan pada keharmonisan relasi tetapi untuk kepentingan berprestasi. Selain itu, bukti bahwa subjek 1 tidak menekankan pada keharmonisan relasi adalah ketidakmauan subjek 1 untuk memberikan maaf kepada temannya “Kamu baru ngrasa sekarang po? Yang dulu-dulunya padahal kamu udah blusuk-blusukin aku yang gak genah lho. Yaudahlah … Udah ya aku mau ke Jogja, aku abis ini mau berangkat. Yaudah sepanjang perjalanan tu dia sms minta maaf. Gak aku maafin” IA 1138-1144 Subjek juga meminta maaf seolah dengan memberikan ancaman kepada temannya. “yaudahlah oke aku besok bilang ke ibuku, ibuku tu juga udah bilang gini, “kalau misalnya temen-temenmu udah gak mau bantuin kamu”, ibuku tu mau dicariin pendamping tu lho untuk bacain. Setiap aku ajak bicara kayak gitu, S diem. Aku coba minta maaf trus diem” IA 1158-1163 Selain tidak mengarahkan kegiatan, subjek juga tidak mampu mengidentifikasi model dengan baik. Subjek 1 tahu bahwa pemalu bukan modal yang baik untuk berelasi, tetapi ia tidak mau mencoba untuk memperbaiki dirinya agar tidak menjadi pemalu padahal ia memiliki teman yang dapat ia contoh dalam belajar menjadi tidak pemalu “makanya aku pengen jadi gak pemalu gitu. Butuh waktu yang lama mungkin..gak tau ah.. mungkin aku belum bisa memperbaikinya” IA 1535-1537 Bagi subjek 1, masa depan yang membentuk diri sendiri dan relasi sosial tidak akan mempengaruhi masa depannya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek tidak ada proyeksi ke masa depan dalam hal relasi sosial. “Enggak sih….. Kalau untuk kedepannya sukses atau gaknya sih yang nentuin aku sen diri” IA 1603-1606 Subjek juga tidak memiliki daya tahan goncangan di dalam mempertahakan lingkungannya. Hal ini dibuktikan dari sikap dan perasaan subjek ketika menghadapi permasalahan di dalam lingkungannya. Subjek tidak berusaha mempertahankan relasi sosial karena tidak mendapatkan respon positif dari lingkungan di luarnya. Ia hanya merasa nyaman berada di dalam lingkungannya karena subjek merasa diterima. “Lingkungan sih enggak. Kalau temen-temen sih gak kayak di sana. Gak ada ejek-ejekan. Semua sama. Mungkin saling kayak, pokoknya saling lah. Kayak misalnya kita gak bisa ngeliat, kalau misalnya ada barang ilang kita saling bantu. Kalau di sana kan kalau ada barang ilang kan kayak grendhel di belakang bicara di belakang, kalau di sini kan enggak. Kan senasib, pikirku tu senasib jadi gak akan, tapi beneran emang gak kayak gitu” IA 290-297 b Prestasi Di dalam domain prestasi, subjek 1 memiliki status identitas achievement, hal ini terlihat dari sikap subjek yang mengeksplorasi diri untuk prestasinya dan sudah berkomitmen untuk mengarahkan dan mempertahankan prestasinya. Hal yang menunjukkan bahwa subjek mengeksplorasi diri di dalam prestasi yang ia miliki adalah adanya penguasaan pengetahuan yang ditunjukkan dengan adanya usaha dalan mencapai prestasi yang diinginkan “terus udahlah gak papa.. terus apa saya sekolah di sini kan gak mungkin gitu kan eee cita-cita saya tu pengeeeen banget pengen banget ngejar yang setinggi-tingginya ya setinggi mungkinlah jangan berhenti di SD doang” IA 222-226 Pertimbangan alternatif yang dapat dilihat dari kemampuan subjek 1 untuk memahami dan melakukan usaha dan tujuan dari prestasi yang ia usahakan. Subjek mencari tahu cita-cita yang tepat untuk dirinya dan memiliki alasan mengenai cita- cita yang dipilihnya . “Ku sih pengen banget jadi dokter, terus pengen banget jadi guru tapi sekarang lebih baik jadi gurulah kalo jadi dokter gak mungkin soalnya kalo jadi dokter tu soalnya paling penting penglihatan. Terus saya tu yang bikin saya tu saya gak mungkin bisa jadi dokter. Gitu. Kalau guru kan di sini banyak guru tunanetra, mayoritas tunanetra menjadi guru, jadi aku termotivasi aja” IA 312-324 Selain dapat mengeksplorasi, subjek 1 juga dapat berkomitmen di dalam domain prestasi. Hal yang menunjukkan bahwa subjek 1 berkomitmen pada domain prestasi adalah mengarahkan kegiatan untuk mencapai prestasinya dengan cara berusaha dengan sungguh agar cepat mengerti huruf braille “nah disitu aku bangkit terus kayak semua apapun dilakuin lho mb. Aku kan dulu sebelum pernah tau huruf braille baru disitu tu baru beberapa bulan ya tu aku kenal terus aku tu ngelakuin apa ya kayak penggaris tu di anuin di buku walupun gak bisa baca nanti tanyalah ya ketemen yang baik nanti ak nulis disitu disitu nanti dibacain sama ibu ku atau temen” IA 181-187 Subjek 1 juga memberanikan diri untuk bersekolah jauh dengan orangtuanya yang menuntut dirinya untuk mandiri “terus abis itu eee aku kan nyari-nyari sekolahan terus nemunya di sini terus pas gimana ya apa aku bisa mandiri soalnya jujur aja di rumah itu saya gak pernah ngapa-ngapain gitu lho. Ya Allah mudah- mudahan bisa mandirilah” IA 216-220 Subjek 1 memiliki daya tahan goncangan yang kuat terlihat dari kesigapan dan kemampuan subjek dalam membagi tenaga antara aktivitas primer mencuci dan belajar dan tidak menjadi halangan subjek dalam belajar. “Aku kadang-kadang nyuci di kamar mandi kalo habis pas kalau mau les itu, sambil ngrendem sambil nyuci gakpapa” IA 40-41 Selain itu, di dalam memahami pelajaran subjek 1 berusaha memahami materi yang diajarkan meskipun prosesnya lama. “Sukanya tu aku iii ini gimana sih caranya ini ni gimana sih. Nyari kesalahannya dulu gimana kalo paling susah tu bolak balik kayak matematika itu ngitung ngitung trus ternyata salah tu apa namanya gitu terus akhirnya ketemu jawabannya tu udah lama banget” IA 554-558 Selain dapat mengarahkan kegiatan, subjek 1 juga dapat mengidentifikasi model sebagai contoh yang ia panut untuk mendukung dirinya dalam mencapai prestasinya “karena kakakku masuk situ…. Emmm apa yaaa…. Soalnya kata kakak sih kalau disitu eeee ya tertariknya karena bagus aja sih karena bimbingan” IA 284-285 Sebagai bukti adanya proyeksi masa depan yang dilakukan subjek 1 dalam domain prestasi adalah adanya rencana akan cita-cita yang dimiliki oleh subjek 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “Pengen tu di cilacap soalnya kasian e kalo tunanetra disuruh datang ke sini gitu aku ngrasain ada juga di sana tu sekolah al- azhar inkulsi gitu kan tapi di namanya aja yang inklusi tapi gak mau menerima tunanetra seperti saya” IA 622-625 Selain itu, subjek 1 juga memiliki kemauan subjek 1 memikirkan masa depannya dan memiliki bayangan akan masa depan dengan prestasi yang dimilikinya. “aku gak selamanya hidup sama orangtua.. gak selamanya aku hidup sama keluargaku tu aku pasti aku akan hidup sendiri… gak mungkin aku kayak gini… aku butuh ilmu aku butuh segala sesuatu untuk mengidupi aku… untuk untuk apa ya… gak selamanyalah aku tu sehat jadi ilmu tu penting” IA 1045-1050 c Minat Di dalam domain minat, subjek 1 memiliki status identitas diffusion, hal ini terlihat dari sikap subjek yang tidak mengeksplorasi dan tidak berkomitmen untuk mengarahkan dan mempertahankan minatnya. Hal yang menunjukkan bahwa subjek 1 mengeksplorasi diri di dalam minat yang ia miliki adalah tidak adanya penguasaan pengetahuan dan pertimbangan alternatif yang dapat dilihat dari tidak adanya kemauan subjek 1 untuk berusaha mencari atau memilih alternatif dari setiap pilihan yang ada mengenai minat. Iya memilih kegiatan untuk minatnya berdasarkan dengan perintah dan persetujan dari figur otoritas saja. “Aku masase sama itu nyanyi, btb, bta kan wajib…. ….Iya tapi diusahakan ikut yang btb bta, kalau nyanyi enggak. ….Gak milih tapi di suruh bu guru, kamu tiap hari jumat ikut ekskul nyanyi ya..gitu” IA 47-61 Selain itu, subjek mengikuti perintah dari figur otoritas tanpa mencari tau alasan atau latarbelakang atas perintah yang ia terima. “Gak tau sih, ak gak pernah nanya” IA 78 Selain tidak mengeksplorasi, subjek 1 juga tidak berkomitmen di dalam domain minat. Hal yang menunjukkan bahwa subjek 1 tidak berkomitmen pada domain minat adalah tidak mengarahkan kegiatan untuk mencapai minat, subjek mengikuti kegiatan ekstrakulikuler bukan karena kehendak dirinya sendiri, melainkan karena sebuah kewajiban dan perintah dari figur otoritas. “Gak milih tapi di suruh bu guru, kamu tiap hari jumat ikut ekskul nyanyi ya” IA 60-61 Subjek 1 juga tidak menyempatkan diri untuk mengarahkan kegiatan yang berkaitan dengan minat dan tidak memiliki daya tahan goncangan ketika menghadapi pilihan dari minat yang ia lakukan. Ia lebih memilih untuk mementingkan kebutuhan lain selain minat dibandingkan menjalani minat yang sedang ia jalani. “Kalau enggak disuruh bu guru nyanyi, enggak mau.. Susah, kan kita juga bagi waktu untuk istirahat, jadi enggak ah gak ma u” IA 65-66 Sikap subjek 1 yang menunjukkan bahwa tidak berkomitmen pada domain minat juga terlihat dari sikap subjek yang tidak berusaha memperdalam minat yang dimilikinya padahal ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI figur yang dekat dengan dirinya yang dapat membantu memperdalam minatnya. Subjek 1 tidak mau memperdalam minatnya karena lebih memprioritaskan kepentingan lain bagi subjek di masa depan. Sikap tersebut menunjukkan bahwa subjek 1 tidak mengidetifikasi model dan tidak ada proyeksi ke masa depan. “Aku gak tau, kalau misalnya awas aku suka banget kalau ada bolpen, kalau misalnya lagi di kepala lagi ada pikiran apa pasti nulis, kayak curhatnya itu ditulisan…. …..Ayah yang ngajarin” IA 88-92 “Mmmm… ya tapi cuma setengah-setengah gitu..jadi nanti ada kegiatan TPA, Qiroah gitu j adi gak sampe full gitu satu buku” IA 161-163 d Fisik Di dalam domain fisik, subjek 1 memiliki status identitas foreclosure, hal ini terlihat dari sikap subjek tidak mengeksplorasi diri tetapi berkomitmen di domain tersebut. Hal yang menunjukkan bahwa subjek tidak mengeksplorasi diri di dalam domain fisik adalah tidak adanya kemauan untuk mencari tahu pengobatan bagi dirinya dan lebih mementingkan mengarahkan diri untuk kebutuhan prestasi “Enggak kan, kalau aku sih mikirnya kalau alternatif pun harus ditelatenin, terus aku di sini gimana, mau jadi kayak orang gak tau apa-apa. Aku milihnya gitu, kalau misalnya itu, juga perkembangannya juga cuma sedikit, gak langsung sekaligus banyak cepet perkembangannya itu juga enggak.” IA 382-386 Subjek 1 mengarahkan kegiatan dengan cara langsung menerima keadaan dirinya sekarang dan fokus untuk menata masa depannya dengan keadaan dirinya sekarang. “terus kayak yaudahlah gakpapa kalau misalnya tunanetra prestasinya melebihi orang awas juga, itu juga akan apa ya, juga kayak, senang untuk diri sendiri sama nyenengin orangtua juga sama aja gitu, udah lah trima aja, yang penting kerja kerasnya.” IA 1038-1043 Dalam keadaannya sekarang, subjek merasa bersyukur karena ia merasa menjadi pribadi yang lebih baik dengan keadaan fisiknya sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa ia memiliki daya tahan goncangan dengan keadaan fisiknya sekarang. “Mungkin juga gara-gara aku memikirkan masa depan ak aku tergantung sih misalnya ak ndak di sini mungkin udah gak karukaruan. Besok aja tunggu besok maksudnya belajarnya gak teratur gitu, males belajar, udah bisa ditentukan. Sama aja mending gak usah gak usah sekolah gitu. Jadi aku tu lebih merasa lebih baikan sedikit daripada aku awas. Malah aku tu gak tau ya sekarang malah lebih baik malah lebih bersyukur ooo ternyata lebih baik daripada aku awas..sekarang lebih baik. Lebih jauh dari handphone.” IA 1474-1482 Subjek 1 kini ingin mencapai cita-cita menjadi guru. Subjek 1 berhasil mengidentifikasi model dari para guru dan tunanetra yang berhasil menjadi guru. “Aku termotivasinya sama guru braille itu katanya gakpapa, bukan cuma kamu yang tunanetra, itu tu banyak, mereka itu bisa sukses lho gini gini gini bisa lebih dari orang awas terus aku termotivasi itu” IA 1035-1038 Adanya cita-cita yang ia perjuangkan saat ini menunjukkan bahwa subjek 1 memiliki bayangan masa depan dengan kondisi fisiknya sekarang. Subjek 1 ingin menjadi guru bagi tunanetra yang berada di Cilacap. “di SMP N 2 tu kan gak ada gurunya, kalau di cilacap itu tolong di buat kelas apa sekolah inklusi biar misalnya orang yang gak punya, gak punya uang gak tau itu udah tunanetra, pastikan terpaksa berhenti sekolah. Aku pengen aja. Bisa apa ya. Ya Cilacap itu lebih apa ya, biar gak kayak sekarang lah, kalau orang- orang kayak aku.” IA 326-332 Subjek 1 juga memiliki bayangan masa depannya kelak dengan keadaannya sekarang dan mengerti apa yang harus ia persiapkan untuk masa depannya “Punya. Kayak apa aku bisa mengendari kendaraan umum. Apa aku bisa, modalnya tu pasti bersosialisasi, aku belum bisa memperbaiki eee sosial apa sifat pemaluku tu aku belum bisa trus kalau misalnya besok apa ya… kerja kalau misalnya aku mau kerja gitu mbak pastikan harus mempunyai pengalaman. Pengalaman itu kan didapat dari bersosialisasi nah itu aku kekuranganku itu disitu nah di sini aku mencoba memperbaiki semuanya jadi ya mudah- mudahan jadi bekal besok.” IA 1505- 1513 e Spiritual Subjek 1 memiliki status identitas foreclosure dalam domain spiritual. Hal ini terlihat dari sikap subjek yang sudah tidak mengeksplorasi diri tetapi langsung berkomitmen di dalam domain spiritualnya. Hal yang menunjukkan bahwa subjek mengeksplorasi diri dalam domain spiritual adalah tidak adanya penguasaan pengetahuan dan pertimbangan alternatif yang dapat dilihat dari kemampuan subjek 1 yang tidak mengerti mengenai dunia spiritual secara luas dan tidak mengerti dan tidak berinisiatif mencari tahu tentang pilihan alternatif di luar dunia spiritualnya. “Heeehehe. Gak tau. Aku gak tau tentang agama lainnya mb” IA 1657 “Pernah sih tapi cuman hanya kenalan aja. Jadi belum tau tentang agama lain.” IA 1659-1660 Penerimaan langsung yang dilakukan oleh subjek 1 menunjukkan bahwa subjek 1 langsung dapat berkomitmen dengan dunia spiritualnya karena lingkungannya. Keberhasilan internalisasi dari orangtua kepada subjek 1 membuat subjek 1 dapat menerima apa yang dikatakan dan diajarkan orangtua adalah sesuatu yang dapat dipercaya dan dapat dilakukan “Ya karena Tuhan yang menentukan segalanya” IA 1634 “Orangtua yang mengatakan” IA 1636 4 Status Identitas Subjek 1 Tabel 4.5 Status Identi tas Diri Rem aj a Tunanetra Non Genetik Tabel 4.5 Status Identitas Diri Remaja Tunanetra Non Genetik Domain Tema Eksplorasi Tema Komitmen Status Identitas Relasi Sosial Mengeksplorasi Tidak berkomitmen Moratorium Prestasi Mengeksplorasi Berkomitmen Achievement Minat Tidak mengeksplorasi Tidak berkomitmen Diffusion Fisik Tidak mengeksplorasi Berkomitmen Foreclosure Spiritual Tidak mengeksplorasi Berkomitmen Foreclosure 2. Latarbelakang Subjek 2 a. Demografi Subjek 2 Tabel 4.6 Dem ografi Subj ek 2 Tabel 4.6 Demografi Subjek 2 No. Keterangan Subjek 2 IR 1 Nama Inisial R 2 Jenis Kelamin Laki-laki 3 Usia 16 tahun 4 Anak ke- 3 dari 3 bersaudara 5 Jumlah Saudara 1 6 Pendidikan MTs 7 Pendidikan Orangtua Ayah : S1 Ibu : S1 b. Profil Subjek 2 Subjek merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, ia memiliki dua kakak laki-laki. Sejak kecil hingga usia 12 tahun, subjek tinggal bersama keluarganya yakni Bapak, Ibu, kedua kakak laki-laki dan neneknya. Saat ini, kedua kakak subjek sedang duduk di bangku perkuliahan. Ayah dan ibu subjek bekerja sebagai PNS di kota Magelang. Di dalam keluarga, subjek tidak memiliki hubungan dekat dengan siapapun. Subjek merasa enggan untuk bercerita dengan kakak ataupun ayah ibunya. Menurut subjek, jika ia menceritakan hal mengenai dirinya dan yang ada pada dirinya, keluarga akan memberikan nasehat-nasehat yang kurang berkenan di hati subjek. Terlepas dari itu, subjek menyatakan lebih dekat dengan ibu karena semenjak kecil sudah dirawat dan ditemani dalam kegiatan-kegiatannya. Subjek tidak memiliki masalah di dalam keluarganya, ia merasa diterima dan didukung oleh keluarga inti maupun keluarga besarnya. Kini usia subjek adalah 15 tahun, subjek adalah seorang remaja tunanetra non genetik yang bersekolah di MTs Yaketunis Yogyakarta semenjak kelulusan SDLB di Magelang. Ketunanetraan subjek termasuk kategori total blind. Ketunanetraan mata sebelah kiri subjek diakibatkan oleh kecelakaan pada usia 7 tahun yang mengakibatkan pembuluh darah di kepala belakang yang terhubung dengan syaraf fungsi penglihatan menjadi terganggu dan sebelah kanan karena kecelakaan juga pada usia 10 tahun. Kecelakaan tersebut dikarenakan subjek terpeleset dan jatuh mengenai sisa tebangan pohon yang mengakibatkan pendarahan pada sebelah atas mata kanannya. Subjek memiliki relasi yang baik dalam dunia pertemanannya. Subjek menceritakan bahwa tidak ada perubahan sikap dari teman- temannya setelah subjek mengalami tunanetra. Bhakan teman-teman subjek menyayangkan kecelakaan itu terjadi dan merasa sedih karena subjek tidak dapat leluasa lagi bermain dengan mereka. Subjek memandang bahwa dirinya merupakan seorang yang pemalu dan tidak dapat banyak berkata-kata dengan orang baru. Dengan sifat pemalunya, subjek menganggap bahwa dirinya payah dan perlu memperbaiki diri. Selain itu, subjek juga menyadari bahwa dirinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI belum dapat mandiri dan belum dapat menjadi seorang tunanetra yang sudah dengan percaya diri melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Subjek adalah seorang yang sayang penurut dengan sosok yang lebih tua dari dirinya. Subjek menyatakan bahwa ia mau melakukan segala sesuatu jika memang sudah diamanatkan untuk dirinya. Subjek juga mempercayai bahwa yang dikatakan orangtuanya adalah sesuatu yang baik dan harus dipatuhi. c. Analisis Data Penelitian Subjek 2 1 Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 2 Tabel 4.7 E ksp lorasi Rem aj a Tunanetra Non Genetik Tabel 4.7 Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik Domain Tema Eksplorasi Relasi Sosial Mengeksplorasi relasi sosial line: 629-694 line: 707-725 Prestasi Mengeksplorasi prestasi line: 691-694 line: 691-694 Minat Mengeksplorasi minat line: 707-725 ; 749-790 ; 833-837 line: 707-725 ; 749-790 ; 833-837 Fisik Mengeksplorasi fisik line: 88-121 line: 88-121 Spiritual Mengeksplorasi spiritual line: 1138-1157 line: 1159-1165 2 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 2 Tabel 4.8 Kom itm en Rem aj a Tunanetra Non Genetik Tabel 4.8 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik Domain Tema Komitmen Relasi Sosial Tidak berkomitmen pada relasi sosial line: 338- 359; 384-395 ; 495-516 line: 536-540 line: 1186-1194 line: 206-218 ; 338-359 ; 495-516 Prestasi Tidak berkomitmen pada prestasiline: 900- 926 , 919-932 line:397-424 ; 645-675 ; 665- 673 line: 206-218 ; 657-665 line: 581-618 ; 942-948 Minat Tidak berkomitmen pada minatline: 707-725 ; 727-743 ; 749-791 ; 796-807 line: 568-571 ; 707-725 line: 833-837 line: 749-790 Fisik Tidak berkomitmen pada fisikline: 88-121 ; 464-482 ; 523-532 ; 1012 -1023 line: 397- 424 ; 464-482 line: 206-218 ; 464 -482 ; 523-532 line: 206-218 ; 338-359 ; 362-382 Spiritual Berkomitmen pada spiritualline: 1126-1130 line: 1126-1130 ; 1138-1157 line: 1138- 1157 line: 1138-1157 3 Penjelasan Status Identitas Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 2 a Relasi Sosial Di dalam domain relasi sosial, subjek 2 memiliki status identitas moratorium, hal ini terlihat dari sikap subjek yang mau mengeksplorasi diri di dalam relasi sosialnya tetapi tidak berkomitmen di domain tersebut. Hal yang menunjukkan bahwa subjek mengeksplorasi diri di dalam relasi sosial yang ia miliki adalah kemauan subjek 2 untuk mengenal dan mendapatkan teman-teman baru. “Awal awal sih cuman berdua kemana-kemana trus lama-lama dapet temen sendiri-sendiri kita bergaul sama temen baru. Akrab- akrabnya sendiri sendiri.” IR 440-443 Subjek 2 juga mengarahkan dirinya di dalam berelasi sosial. Subjek 2 merasa nyaman jika bersama lingkungan teman- teman tunanetra. Subjek merasa minder jika bersama teman- teman yang tidak tunanetra. “Kalau disinikan banyak temen-temen sesama to mb. Jadikan kayak istilah e gak minder.” IR 209-211 Meskipun subjek 2 dapat mengeksplorasi diri dalam domain relasi sosial, subjek 2 tidak dapat berkomitmen di domain ini. Subjek 2 tidak dapat mengarahkan kegiatan dalam relasi sosial, hal ini terlihat dari sikap penolakan subjek 2 akan ajakan bermain dari teman-teman non-tunanetra dengan alasan minder. Padahal subjek 2 mengakui bahwa teman-temannya sudah berusaha selalu mengajak dan tidak pernah mengejek dirinya. “Malah aku itu yang ngrasa minder. Kalau orang yang ajak main, ah ora ah males e ning omah wae. Dia ngajak main aku nolak.” IR 346-348 Akan tetapi subjek 2 mengarahkan kegiatan di dalam relasinya dengan sesama tunanetra. “Kalau sekarang jarang nonton tv, meskipun di asrama ada tu tv. Sama main sama temen, lebih utama ngobrol sama temen sih biar tambah akrab daripada nonton tv.” IR 635-638 Sikap subjek 2 yang memilih menghindar berelasi dengan teman non tunanetra juga menunjukkan bahwa subjek tidak memiliki daya tahan goncangan dalam domain ini. Ketidak nyamanan subjek 2 dengan sosial non-tunanetra didukung oleh adanya model yang diidentifikasi oleh subjek 2. “bahkan orang c tu sempat padahal sesama difabel tapi ngejek ada guru yang belain rapopo semisal diece ra weruh diece wae raiso mikir gitu. Ada pembelaan dari guru.” IR 537-540 Bagi subjek 2, relasi sosial dapat mempengaruhi masa depannya. Ia akan selalu membutuhkan relasi sosial yang baik antara dirinya dan dunia sekitarnya. “Ya mempengaruhi mb. Kan aku bisa berkegiatan ataupun bersosialisasi karena punya teman. Pengenku ya aku punya banyak teman dan bisa menjalin pertemanan sampai besok- besok.” IR 1186-1189 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa subjek 2 dapat memproyeksikan diri ke masa depan. b Prestasi Pada domain prestasi, subjek 2 memiliki status identitas moratorium. Subjek yang sudah mengeksplorasi diri untuk prestasinya tetapi tidak berkomitmen dalam prestasinya. Hal yang menunjukkan bahwa subjek mengeksplorasi diri di dalam prestasi yang ia miliki adalah kemauan subjek 2 mengarahkan diri untuk meraih prestasinya. Selain itu, subjek 2 memiliki bayangan dan tujuan mengenai sekolah lanjutan yang ia pilih dan memahami bagaimana cara mencapainya. “Kalau semisal NEM nya mencukupi di Sewon, kalau enggak di Man. Karena kalau di Man kan pasti nrima” IR 692-694 Selain itu, subjek 2 juga mengeksplorasi cita-cita dengan mencari tahu tentang cita-citanya dan memiliki alasan atas pilihannya. “Ya salah satunya sih itu karena mayoritas tunanetra jadi guru, setelah masuk sini jadi yakin untuk menjadi guru karena ngeliat itu, sebelumnya ya banyak-banyaknya apa bisa menjadi guru karena tunanetra, tapi setelah melihat bu Siti” IR 665-668 Kemampuan subjek 2 mengidentifikasi model telihat dari kemampuan subjek 2 menerima nasehat gurunya dan menjadi termotivasi untuk berusaha mencapai prestasinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Subjek juga dapat mengidentifikasi guru tunanetra menjadi inspirasinya untuk menjadi guru yang baik. “setelah tau bu Siti bu Atun tunanetra itu bisa ngajar kayak guru- guru biasa nah terus termotivasilah. InsyaAllah bisalah bercita- cita jadi guru.” IR 647-650 Subjek 2 juga dapat memproyeksikan cita-cita yang ia inginkan di masa depan, yakni ketika menjadi guru tunanetra. “Karena kayaknya asik tu lho mb daripada punya ilmu tapi dipunyai diri sendiri, lebih baik punya ilmu tapi bisa berbagi sama yang lain” IR 657- 659 Meskipun subjek 2 mampu mengidentifikasi model dan memproyeksikan masa depan, subjek 2 tidak memiliki daya tahan goncangan terhadap pilihan prestasinya. Hal tersebut terlihat dari sikap subjek yang memilih untuk tidak belajar karena protes kepada guru yang tidak ia sukai. “Dulu itu walaupun belum bisa tapi kayak nyepelekin, ya pas ulangan, besoknya ul angan, malamnya enggak belajar.” IR 942- 944 Subjek 2 juga tidak belajar ketika ujian dan belum mempersiapkan ujian sekolah untuk kelulusan. Walaupun ia memahami cara mencapai sekolah yang ia inginkan. Sikap tersebut menunjukkan bahwa subjek 2 tidak mengarahkan kegiatan dalam bidang prestasi. “Usahanya ya kalau ada yang nganggur gitu suruh ngajarin.” “Sejauh ini belum ngerjain soal-soal tryout.” IR 997-1001 c Minat Di dalam domain minat, subjek 1 memiliki status identitas moratorium. Subjek 2 dapat mengeksplorasi diri namun belum berkomitmen dalam domain minat. Subjek 2 mengeksplorasi diri dengan mengarahkan diri untuk mengikuti lomba yang sebelumnya belum pernah ikuti. “Sebenernya boleh gak memilih tapi kan temen-temen pada lomba, wah asik juga kalau aku ikut lomba. Temen-temen pada latian, aku juga ikut latian.” IR 721-723 Selain itu, subjek 2 juga memiliki alasan mengikuti lomba yang ia pilih dan memiliki tujuan dalam mengikuti lomba. “Karena pilihannya tu tinggal pidato itu ada bahasa Inggris bahasa Indonesia sama bahasa Arab. Milih pidato apa catur? Tapi guru-guru lebih milihnya condong ke catur. Catur bosen, ini lebih susah tapi gak bosen. Jadi mending pidato.” IR 712-716 Pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa subjek 2 mau selalu mencoba hal baru yang untuk mencari minat lainnya. Tetapi hal tersebut juga berarti bahwa subjek 2 tidak berkomitmen karena tidak memiliki daya tahan goncangan karena cepat merasa bosan dalam menjalani pilihannya. “Masalahnya lomba catur tu lama mb. Yaitu pas ngrasain males karena yang lainnya udah selesai lomba udah pada santai-santai tapi aku masih dua kali pertandingan.” IR 615-618 Padahal subjek 2 sudah mengarahkan diri untuk minatnya yang ditunjukkan dari kemauan subjek 2 mempersiapkan lomba pidato dengan baik. “Iya nulis sendiri. Proses membikinnya itu emang sendiri tapi disuruh minta tolong dibantuin sama relawan. Ngerangkai- ngrangkainya sama relawan.” IR 727-729 “Mau disamain kayak yang perempuan tapi milih bikin sendiri aja. Wong lombanya juga milih sendiri, pidatonya tak buat sendiri.” IR 730-733 Subjek 2 juga mau berusaha sendiri mencari waktu dan berusaha menemui gurunya untuk mempersiapkan lomba. “Trus aku bilang, kapan buk latihan? Ya kapan ya. Duh udah gak ada waktu. Trus kalau pas sore kan bu Siti kosong aku dateng ke rumahnya.” IR 740-743 Selain mempersiapkan diri dengan baik, subjek 2 juga dapat mengidentifikasi model dengan sangat baik sehingga dapat membantu dirinya dalam mempersiapkan perlombaannya. “cuma liat temen-temen pada bisa main catur terus cuma nanya- nanya itu jalan jalannya gimana-gimana nanya guru sama teman terus akhirnya ngembangin sendiri.” IR 568-571 Bagi subjek 2, kegiatan minat yang dilakukan sekarang berguna bagi dirinya untuk menunjang masa depannya. “Kalau cuma catur, pengalamannya hanya itu-itu aja. Karena mental, kalau caturkan gak dibutuhkan banyak mental karena diem. Kalau pidato harus di depan audience dan membutuhkan mental” IR 787-791 d Fisik Pada domain fisik, subjek 2 memiliki status identitas moratorium, yakni sudah bereksplorasi tetapi belum dapat berkomitmen. Subjek 2 mencari tahu penyebab dan penanganan bagi penyakitnya dengan caranya sendiri. Subjek 2 tidak memberi tahu keadaan matanya kepada orangtuanya karena tidak ingin diberi batasan oleh orangtuanya, tetapi subjek berusaha untuk mencari tahu keadaan dirinya secara mandiri dengan memilih untuk menanyakan apa yang terjadi pada dirinya kepada seniornya karena senasib daripada dengan orangtuanya. “Ya cuma nganu aja. Tak diemin. Kalau enggak sama temen, wah ngapa yo kok metu banyune, tau solusinya gak? Kalau sama orangtua diem.” IR 97-99 Ia juga mencari penyembuhan dan memilih berhenti penyembuhan dari keputusan pilihan alternatifnya sendiri. “ada informasi dari temen SLB dulu katanya ada tukang pijet yang bisa, lha itu sampaikan ke orangtua ya langsung mau orangtua, yo kesana. Dulu sering banget, macem-macem dulu, dulu ada di parakan itu sampai ngabisin uang 2 atau 3 juta selama satu tahun, itu sekali pertemuan 100ribu, tapi wah kok kasihan sama orangtua, percuma dipijitin gak ada hasilnya, ya udahlah gak usah aja.” IR 131-138 Subjek 2 memiliki gambaran akan masa depannya dengan kondisi fisiknya sekarang. Subjek merasa tidak berguna jika berada di Magelang. Ia merasakan kecemasan dengan keadaan dirinya saat ini karena ada ketakutan jika dirinya tidak berguna di masa depan. “Tapi kalau di rumah kadang wah, punya mata total gini nek ning ngomah ngene ki gunane apa yo. Kalau disinikan banyak temen- temen sesama to mb. Jadikan kayak istilah e gak minder. Nah kalau di rumah ya di desa kan cuma aku. Jadi wah apa gunane ning deso ngene iki. Kalau di rumah itu kayak tiap hari itu mikir itu e mb. Apa sesuk gede ne berguna ning kene gitu mikir e mb. Padahal kalau di sini mau pergi-pergi sendiri gampang modalnya tinggal tongkat sama uang. Kalau di magelang, tongkat diacungin gini gak ngerti.” IR 208-218 Kecemasan tersebut dirasakan subjek 2 ketika berada di tempat tinggalnya. Di Yogyakarta, subjek merasa lebih aman dan memiliki gambaran masa depan yang ia dapatkan dari gurunya yang menjadi seorang figur yang ia contoh dalam mencapai cita-cita yang ia inginkan. Subjek mampu mengidentifikasikan gurunya sebagai gambaran masa depan yang akan ia gapai. “setelah tau bu Siti bu Atun tunanetra itu bisa ngajar kayak guru- guru biasa nah terus termotivasilah. InsyaAllah bisalah bercita- cita jadi guru.” IR 647-650 Adanyanya proyeksi masa depan dan kemampuan mengidentifikasi model belum cukup untuk dikatakan berkomitmen. Hal yang menunjukkan bahwa subjek tidak dapat berkomitmen adalah tidak adanya daya tahan goncangan. Subjek 2 belum dapat menerima dirinya dan masih merasa minder ketika berada di sekitar lingkungan non- tunanetra. “Malah aku itu yang ngrasa minder. Kalau orang yang ajak main, ah ora ah males e ning omah wae. Dia ngajak main aku nolak.” IR 346-348 Selain itu, subjek 2 juga tidak mengarahkan kegiatan di dalam domain ini, ia memilih untuk langsung menerima karena sudah terbiasa dengan sikap dari luar lingkungannya. “kalau dia ngejek langsung aku maju. Karena dulu itu masih gak terima, kalau sekarang mbok udah.” IR 377-379 e Spiritual Subjek 2 memiliki status identitas achievement dalam domain spiritual. Hal ini terlihat dari sikap subjek yang sudah mengeksplorasi diri tetapi tidak berkomitmen di dalam domain spiritualnya. Hal yang menunjukkan bahwa subjek mengeksplorasi diri dalam domain spiritual adalah adanya penguasaan pengetahuan yang dapat dilihat dari kemauan subjek 2 mencari tahu akan agama dan Tuhan yang dipercayai olehnya. “Ak juga suka nanya-nanya sama guru ngaji atau senior yang paham apa nek enggak sejalan sama ku buat cerita-cerita atau nyari pencerahan akan maksud Tuhan. Kadang aku ya penasaran mb tentang agama ku. Terus agama liyane ki kepie.” IR 1148- 1153 Selain adanya penguasaan pengetahuan, subjek 2 juga memiliki pertimbangan alternatif yang ditunjukkan dengan adanya pemahaman mengapa ia memeluk agamanya dan meyakini akan Tuhannya. “Ngikut orangtua to yo mb. Dari lahir kan aku ya belajar e agama islam dan sampe sekarang aku ya tetep jalani sholat sama doane muslim.” IR 1159-1161 Subjek 2 juga dapat berkomitmen dalam domain ini. Ia dapat mengarahkan kegiatan dengan cara rajin beribadah dan mengajak teman-temannya untuk beribadah bersama. Selain itu, subjek 2 juga sering bertanya dan mengajak diskusi para senior mengenai agama secara universal. “sekarang udah lebih rajin sholat sama doa og aku. Apalagi di sini kan asrama jadinya banyak yang mengingatkan dan ngajarin aku rajin doa. Teratur doanya terus kan bareng-bareng. Aku juga sok ngajakin biar sholat jamaah kadang- kadang.” IR 1126- 1130 “sekarang udah lebih rajin sholat sama doa og aku. Apalagi di sini kan asrama jadinya banyak yang mengingatkan dan ngajarin aku rajin doa. Teratur doanya terus kan bareng-bareng. Aku juga sok ngajakin biar sholat jamaah kadang- kadang.” IR 1126- 1130 Selain mengarahkan kegiatan, subjek 2 juga dapat mengidentifikasi model yang terlihat dari sikap subjek 2 yang mau mengikuti dan membentuk dirinya sesuai dengan nasehat dari lingkungan. “Emmm Tuhan itu penolong dan pemberi segalanya untuk aku. Yang memberi jalan kehidupan. ….. Sejak di sini di kasih pengertian sama guru- guru sama senior juga.” IR 1144-1148 Keberhasilan subjek 2 mengidentifikasi model dari lingkungannya juga dibuktikan dari subjek 2 memiliki daya tahan terhadap goncangan dan proyeksi ke masa depan. Yang mendukung adanya daya tahan terhadap goncangan adalah kesadaran subjek 2 untuk selalu bersyukur dan tidak menyalahkan Tuhan akan setiap kejadian yang sudah terjadi ataupun yang akan terjadi. “Enggak. Udah semakin dewasa jadine semakin tahu mana yang harus dilakukan kalau kemarin kan kekanak-kanakan banget mb. Tuhan pasti memberi yang terbaik buat aku. Aku tu mikir e gitu sekarang mb.” IR 1138-1142 4 Status Identitas Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 2 Tabel 4.9 Status Identi tas Diri Rem aj a Tunanetra Non Genetik Tabel 4.9 Status Identitas Diri Remaja Tunanetra Non Genetik Domain Tema Eksplorasi Tema Komitmen Status Identitas Relasi Sosial Mengeksplorasi Tidak berkomitmen Moratorium Prestasi Mengeksplorasi Tidak berkomitmen Moratorium Minat Mengeksplorasi Tidak berkomitmen Moratorium PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Fisik Mengeksplorasi Tidak berkomitmen Moratorium Spiritual Mengeksplorasi Berkomitmen Achievement 3. Dukungan Sosial Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa dukungan sosial memiliki keterkaitan dengan pembentukan status identitas. Betuk dukungan sosial yang mempengaruhi status identitas yaitu, a. Subjek 1 i. Intimacy emotional support Subjek dan ibu memiliki kedekatan emosional karena semenjak kecil diri subjek selalu ingin bersama dengan ibunya. Itu ibu. Soalnya tu ya Allah deket banget sampe kemana-mana tu aku tu ikut harus ikut kemana-mana ii. Kepedulian orangtua instrumental support Kecemasan ibu terhadap keadaan fisik subjek menunjukkan bahwa adanya kepedulian orangtua. “Ya yang tadinya ibuku biasa-biasa aja aku cerita tu jadi bingung gimana-gimana ini. Besok-besoknya gimana kamu. Nah ibuku langsung lari ambil tas ambil jadwal dokter, pokoknya besok harus ke dokter mau gak mau, pok oknya besok itu harus ijin.” Ayah subjek berusaha untuk mencarikan sekolah untuk subjek hingga ada tawar-menawar agar anaknya dapat merasakan sekolah umum. “Tapi kata Ayah saya bilang ini anak saya gak papa kok titip satu bulan aja walaupun cuma satu bul an yang penting ngrasain sekolah” iii. Pola Asuh emotional support Pembentukan status identitas pada subjek 1 dipengaruhi oleh pola asuh autoritatif, yakni mendorong remaja untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. “Kan cita-cita saya jadi guru. Kalau semisal katanya kalau jadi guru kata orangtua tu harus belajarnya lebih giat biar ilmunya tu bisa bertambah-tambah terus, biar bisa lebih jadi orang yang pinter karena pengennya jadi guru” iv. Penerimaan Keluarga emotional support Di dalam keluarganya subjek 1 juga mendapatkan penerimaan yang membuat subjek 1 merasa nyaman dan tenang dalam menghadapi dunia luarnya. “keluarga besar itu semuanya pengertian” “Kalau misalnya ayah ibu kakak tu apa ya, itu pasti memberi motivasi, kalau keluarga besar itu iya, tapi kan gak kayak keluarga kecil yang tau gimana aku, yang tau banget.” v. Adanya alternatif pilihan information support Subjek mendapatkan informasi-informasi dari guru untuk bersekolah di SLB-A Yaketunis. “Kamu di yaketunis aja gakpapa di sana agamanya juga dapet, pelajaran umurmnya juga dapet” vi. Harapan sosial Tuntutan atau harapan sosial juga mempengaruhi dukungan sosial terhadap pembentukan identitas. Dengan adanya harapan sosial, membuat subjek 1 merasa ada kebutuhan untuk berjuang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mencapai harapan tersebut agar tetap diterima oleh lingkungannya. “…soalnya dulu pernah pas nilainya jelek tu aku dimarahin pas dulu pas awas soalnya kenapa sih kamu nilainya jelek padahal udah belajar gini gini gini pasti kurang teliti bener kurang teliti” Selain adanya harapan sosial dari keluarga, subjek 1 juga memiliki ketakutan penolakan menjadi semakin parah dari lingkungannya jika tidak dapat memenuhi harapan sosial tersebut. “Gak taulah..apa lagi kalau saya putus sekolah. Yaahhhh udah tunanetra bodoh gak tau aku jadi apa mungkin jadi kayak sampah berterbangan di jalan” b. Subjek 2 i. Pola Asuh emotional support Pembentukan status identitas pada subjek 2 dipengaruhi oleh pola asuh autoritarian, yakni gaya yang membatasi dan bersifat mendesak remaja unutk mengikuti petunjuk orangtua dan membuat batasan terhadap tingkah laku remaja. Tetapi pola asuh tersebut membuat subjek 2 menjadi tidak mempercayai orangtuanya “Orang baru-baru ini aja matanya sering keluar air tu lho mb, tapi tak diemin ga cerita ke orangtua. Aku emang kalau sakit berhubungan dengan mata kadang sok diem mb. Walaupun sekarang udah total to mb matanya, kayak kemarin itu tiap hari kelar air terus tapi tak diemin. Pokoknya kalau berhubungan dengan mata gak pernah bilang sam a orangtua.” “Karena ya ah biarin ah mungkin nanti orangtua suruhnya alternatif, padalah alternatif itu sama aja hasilnya. Mikirnya gitu.” ii. Model Dalam Menentukan Pilihan Adanya model dalam menentukan pilihan membantu subjek 2 dalam pembentukkan status identitas diri. Adanya model membantu subjek menentukan pilihan akan cita-citanya. “setelah masuk sini jadi yakin untuk menjadi guru karena ngeliat itu, sebelumnya ya banyak-banyaknya apa bisa menjadi guru karena tunanetra, tapi setelah melihat bu Siti” iii. Kerterbukaan Alternatif information support Subjek 2 mendapatkan kesempatan dan kepercayaan dari teman dan gurunya untuk menjadi tutor. “Iya, temenku yang milih aku jadi tutor, bukan dari guru. Cuman guru nanti ngasih tau, ngarahkan jadi semisal dari murid itu nunjuk si A nanti dari guru jangan si A masih gini-gini. Cuman dari guru ngasih tau kemampuan anaknya.” “Gak tau mb kalau itu, Cuma dari osis ditanyain apakah kamu bersedia menjadi tutor? Dan aku ada waktu dan daripada gak ngapa- ngapain yaudah Insy aAllah bisa.” Tabel 4.10 Perbandingan Status Ident itas antara Subj ek Tabel 4.10 Perbandingan Status Identitas antara Subjek Domain Status Identitas Subjek 1 Status Identitas Subjek 2 Relasi Sosial Moratorium Moratorium Prestasi Achievement Moratorium Minat Diffusion Moratorium Fisik Foreclosure Moratorium Spiritual Foreclosure Achievement

C. Pembahasan