1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Isu lingkungan tidak lagi menjadi suatu isu yang baru. Permasalahan lingkungan semakin menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan era
industri. Era industri tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidup, namun di sisi lain peningkatan jumlah industri tersebut
berbanding lurus terhadap peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi perusahaan Putri, 2016.
Menurut UU 32 Nomor Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danatau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13 Tahun 2010, Rumah
Potong Hewan merupakan suatu bangunan atau komplek bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan
bagi konsumsi masyarakat umum. Rumah Potong Hewan Surakarta adalah entitas pemerintah yang bergerak dalam bidang penyembelihan hewan ternak.
Rumah Potong Hewan Surakarta sebagai pelaku bisnis bergerak leluasa dalam kegiatan produksi di sekitar lingkungan masyarakat. Rumah Potong Hewan
Surakarta tidak terlepas dari limbah industri terutama limbah yang berbentuk cair.
2
Limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta terdiri dari limbah hijau dan merah. Jika limbah cair jika dibuang ke
lingkungan sekitar, maka dapat mengancam kesehatan dan kelangsungan makhluk hidup sekitar. Rumah Potong Hewan Surakarta perlu menyajikan
biaya lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan. Terkait tanggung jawab yang dibebankan pada rumah potong hewan atas
pengolahan limbah industri. Rumah potong hewan harus mengeluarkan biaya lingkungan terkait pengolahan limbah industri. Menurut Gunawan 2012,
biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat terdapat kualitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan
perusahaan. Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biaya Aditya, 2014. Hal ini dilakukan agar laporan biaya
lingkungan dapat dijadikan informasi yang dapat dipahami untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan yang berdampak pada
lingkungan. Beberapa kasus pelaporan dan perhitungan biaya terkait pengolahan limbah tidak selalu sama dalam setiap perusahaan. Hal ini
disebabkan karena Standar Akuntansi Keuangan SAK belum diatur secara baku tentang bagaimana proses perlakuan akuntansi biaya yang telah
dikeluarkan untuk pengolahan limbah Mulyani, 2013. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Penelitian yang dilakukan oleh Moedjanarko 2013 pada PT. Wonosari Jaya Surabaya menyatakan bahwa environmental cost diklasifikasikan dalam
penggabungan biaya pencegahan dan deteksi lingkungan, penggabungan biaya kegagalan eksternal dan biaya kegagalan eksternal lingkungan telah
diklasifikasikan dan diidentifikasikan menurut model penelitian Hansen dan Mowen. Penelitian lain yang menggunakan model identifikasi yang sama
adalah penelitian yang dilakukan oleh Meilanawati 2013 pada PT. Semen Indonesia, penelitian ini membandingkan biaya-biaya lingkungan yang
dilakukan perusahaan dengan model klasifikasi biaya lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan tidak mencatat semua biaya
lingkungan sesuai dengan teori yang digunakan sehingga menimbulkan penyimpangan untuk perbaikan, proyek perlindungan lingkungan, dan lain-
lain. Penelitian yang dilakukan oleh Elyafei 2012 pada RSUD Tarakan
Jakarta, penelitian ini menggunakan analisa perlakuan akuntansi lingkungan berdasarkan teori Hansen dan Mowen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rumah sakit telah mengidentifikasi semua biaya, namun biaya kegagalan eksternal belum dilakukan oleh rumah sakit.
4
Beberapa penelitian terdahulu yang mengacu pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan KDPPLK dan konsep
akuntansi lain yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri 2016 pada PT SUB Unit Jember. Hasil yang didapati adalah bahwa perusahaan
telah mengidentifikasi, mengakui, mengukur dan menyajikan sesuai dengan konsep teori yang digunakan, namun pengungkapan yang dilakukan belum
sesuai dengan konsep teori yang ada. Penelitian yang menggunakan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan KDPPLK seperti yang dilakukan oleh Kusumawati 2015 pada RSUD DR. R. Koesma Tuban. Hasil penelitian
didapati bahwa rumah sakit telah mengidentifikasi beberapa biaya lingkungan dan mengakui beban serta pendapatan dari kegiatan pengolahan limbah.
Penelitian yang dilakukan oleh Aditya 2014 pada PT. Swasti Siddhi Amagra, penelitian tersebut menggunakan idenfikasi menurut teori Hansen dan Mowen
serta PSAK. Hasil penelitian tersebut bahwa perusahaan telah mengakui dan mengukur
sesuai dengan
kebijakan sendiri,
perusahaan belum
mengidentifikasi dan mengungkapkan biaya tersebut sesuai dengan acuan teori yang digunakan.
5
Berdasarkan penilitian yang sudah ada, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai perlakuan akuntansi biaya lingkungan terkait pengolahan limbah
cair. Penelitian ini mengambil Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta sebagai objek penelitian. Objek ini
dipilih karena rumah potong hewan berpotensi menghasilkan limbah dan jarang dilakukan penelitian pada tempat tersebut. Penelitian ini juga
menggunakan beberapa acuan untuk menganalisa perlakuan akuntansi biaya lingkungan.
Proses pengolahan limbah cair pada rumah potong hewan Kota Surakarta menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. IPAL
dioperasikan untuk mengolah limbah cair yang berasal dari kegiatan produksi. Seiring proses pengolahan limbah cair terdapat biaya-biaya yang harus
dikeluarkan oleh rumah potong hewan. Seluruh biaya yang berhubungan biaya lingkungan akan dilakukan analisis mengenai identifikasi, pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi
Biaya Lingkungan”.
6
B. Rumusan Masalah