Analisis perlakuan akuntansi biaya lingkungan (studi kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah rumah potong hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta).

(1)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN

Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota

Surakarta

Antonius Wasi Wanggono 122114031

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta. Perlakuan akuntansi biaya lingkungan dimulai dari identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Teknik analisis data menggunakan analisis hasil wawancara. Analisis hasil wawancara dibandingkan dengan teori Hansen Mowen, Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan serta Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta tidak melakukan perlakuan akuntansi biaya lingkungan. Hasil tersebut disimpulkan karena Rumah Potong Hewan Surakarta tidak melakukan identifikasi, identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan.


(2)

ABSTRACT

AN ANALYSIS THE ACCOUNTING TREATMENT OF

ENVIRONMENTAL COST

A Case Study on Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta Antonius Wasi Wanggono

122114031

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

The purpose of this research is to find out the environmental cost accounting treatment Rumah Potong Hewan Surakarta. Environmental cost accounting treatment starts from the identification, recognition, measurement, presentation, and disclosure.

Type of this research is a case study. The data was obtained by interviewing and documentation. Data analysis in this study uses comparative descriptive method. Data analysis techniques was done by comparing results of the interview. The results of interview compared with the Hansen Mowen theory, basic framework for the preparation of the presentation of the financial statements and the statement of financial accounting standards.

The result shows that Rumah Potong Hewan Surakarta accounting treatment does not treat the environmental cost in accordance with the Hansen Mowen theory, basic framework for the preparation of the presentation of the financial statements and the statement of financial accounting standards.


(3)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA

LINGKUNGAN

Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Antonius Wasi Wanggono NIM: 122114031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA

LINGKUNGAN

Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan

Dinas Pertanian Kota Surakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Antonius Wasi Wanggono NIM: 122114031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Anda harus menjadi ANEH terlebih dahulu untuk mencapai KESUKSESAN dalam hidup anda”

(Antonius Wasi Wanggono)

“Jika anda adalah seorang IDEALIS, maka JANGAN PERNAH

mempunyai TAKUT dalam setiap langkah yang anda ambil” (Maria Magdalena Sunarmi)

“Wasi Wanggono mempunyai arti orang yang PINTAR mencari UANG segede GAJAH”

(Johanes Wagimin Hardjono Atmojo)

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Kedua orang tua saya MM. Sunarmi dan J. Wagimin Hardjono Atmojo

Ketiga kakak saya Mbak Yuni, Mas Wahyu dan Mas Didit


(8)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN

(Studi kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta)

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 11 Agustus 2016 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahawa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah saya yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Antonius Wasi Wanggono

Nomor Mahasiswa : 122114031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN (Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan

Dinas Pertanian Kota Surakarta)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 31 Agustus 2016 Yang menyatakan


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang telah memberikan cinta, berkat, kekuatan, keberanian, dan kasih sayang kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti memperoleh bantuan, bimbingan, dukungan, serta arahan dari berbagai pihak. Peneliti mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada peneliti.

2. Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Gabriel Anto Listianto M.S.A., Akt., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Fransisca Ninik Yudianti, M.Acc., QIA., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membimbing dan memberikan nasehat-nasehat kepada peneliti selama proses pembelajaran di Universitas Sanata Dharma. 6. Ir. Tri Ananto MR., M.Si., selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah

Rumah Potong Hewan Surakarta yang telah memberikan ijin dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini.

7. Pihak Bakesbangpol Yogyakarta, BPMD Provinsi Jawa Tengah, Kesbangpol Linmas Surakarta dan Bappeda yang telah menerbitkan dan memberikan ijin kepada peneliti.


(11)

8. MM. Sunarmi S.Pd., dan J. Wagimin Hardjono Atmojo yang telah membesarkan dan memberikan nasehat, dukungan, doa serta pengharapan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

9. Mbak Yuni, Mas Wahyu, dan Mas Didit yang selalu bertanya kapan kelar kerjain skripsi.

10. Teman-teman MPT kelas Pak Anto, Akuntansi kelas A, dan Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan dan nasehat.

11. Hewan-hewan kesayangan di kost 2 ekor ball python, 2 ekor common snapping turtle, 3 ekor green iguana, 4 ekor chinemys, 1 ekor indian star, dan 1 ekor ambon yang merepotkanku saat di kost.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

Yogyakarta, 31 Agustus 2016


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Lingkungan ... 9

1. Lingkungan ... 9

2. Pencemaran Lingkungan ... 9

3. Pengertian Limbah ... 10

4. Sumber Limbah Cair Lingkungan ... 10

B. Akuntansi Lingkungan ... 12

1. Pengertian Akuntansi Lingkungan ... 12

2. Tujuan Akuntansi Lingkungan ... 12

C. Biaya ... 13

1. Pengertian Biaya ... 13

2. Pengertian Biaya Lingkungan ... 14

D. Tahap-Tahap Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan... 16

1. Pengidentifikasi ... 16

2. Pengakuan ... 17

3. Pengukuran ... 18

4. Penyajian ... 20

5. Pengungkapan ... 20

E. Penelitian Terdahulu ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 25

D. Jenis dan Sumber Data ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26


(13)

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 29

A. Sejarah Rumah Potong Hewan Surakarta ... 29

B. Visi, Misi, Motto, dan Janji Layanan Rumah Potong Hewan Surakarta ... 31

C. Struktur Organisasi dan Tugas Struktur Jabatan Rumah Potong Hewan Surakarta ... 32

D. Jenis-Jenis Pelayanan Pemeriksaan dan Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta ... 36

E. Prosedur Operasional (SOP) Rumah Potong Hewan Surakarta pada Ternak Sapi ... 37

F. Estimasi Waktu Proses Pemotongan Hewan Ternak Rumah Potong Hewan Surakarta ... 39

G. Jenis-Jenis Limbah Rumah Potong Hewan Surakarta ... 40

H. Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong Hewan Surakarta ... 43

BAB V ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

B. Analisis Data ... 53

C. Pembahasan ... 68

BAB VI PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian ... 73

C. Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta ... 37 Tabel 4.2 Daftar Jenis Pemeriksaan dan Estimasi Waktu Pemotongan

Hewan Ternak Rumah Potong Hewan ... 39 Tabel 5.1 Daftar Akun Rumah Potong Hewan Surakarta ... 48 Tabel 5.2 Perbandingan Identifikasi Biaya Lingkungan menurut

Rumah Potong Hewan dengan menurut Hansen & Mowen ... 54 Tabel 5.3 Perbandingan Pengakuan Biaya Lingkungan antara Rumah

Potong Hewan dan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian

Laporan Keuangan (KDPPLK) ... 57 Tabel 5.4 Perbandingan Pengukuran Biaya Lingkungan antara Rumah Potong

Hewan dan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian

` Laporan Keuangan (KDPPLK) ... 59 Tabel 5.5 Perbandingan Penyajian Biaya Lingkungan antara

Rumah Potong Hewan dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ... 62 Tabel 5.6 Perbandingan Pengungkapan Biaya Lingkungan antara

Rumah Potong Hewan dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ... 64 Tabel 5.7 Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan

Rumah Potong Hewan Surakarta dengan Teori dan


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Tembok Bangunan Rumah Potong Hewan Surakarta ... 30 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Rumah Potong Hewan Surakarta ... 33 Gambar 5.1 Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong Hewan Surakarta ... 44


(16)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN

Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian

Kota Surakarta

Antonius Wasi Wanggono 122114031

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta. Perlakuan akuntansi biaya lingkungan dimulai dari identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Teknik analisis data menggunakan analisis hasil wawancara. Analisis hasil wawancara dibandingkan dengan teori Hansen Mowen, Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan serta Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta tidak melakukan perlakuan akuntansi biaya lingkungan. Hasil tersebut disimpulkan karena Rumah Potong Hewan Surakarta tidak melakukan identifikasi, identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan.


(17)

ABSTRACT

AN ANALYSIS THE ACCOUNTING TREATMENT OF

ENVIRONMENTAL COST

A Case Study on Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta Antonius Wasi Wanggono

122114031

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

The purpose of this research is to find out the environmental cost accounting treatment Rumah Potong Hewan Surakarta. Environmental cost accounting treatment starts from the identification, recognition, measurement, presentation, and disclosure.

Type of this research is a case study. The data was obtained by interviewing and documentation. Data analysis in this study uses comparative descriptive method. Data analysis techniques was done by comparing results of the interview. The results of interview compared with the Hansen Mowen theory, basic framework for the preparation of the presentation of the financial statements and the statement of financial accounting standards.

The result shows that Rumah Potong Hewan Surakarta accounting treatment does not treat the environmental cost in accordance with the Hansen Mowen theory, basic framework for the preparation of the presentation of the financial statements and the statement of financial accounting standards.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu lingkungan tidak lagi menjadi suatu isu yang baru. Permasalahan lingkungan semakin menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan era industri. Era industri tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidup, namun di sisi lain peningkatan jumlah industri tersebut berbanding lurus terhadap peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi perusahaan (Putri, 2016).

Menurut UU 32 Nomor Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13 Tahun 2010, Rumah Potong Hewan merupakan suatu bangunan atau komplek bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi masyarakat umum. Rumah Potong Hewan Surakarta adalah entitas pemerintah yang bergerak dalam bidang penyembelihan hewan ternak. Rumah Potong Hewan Surakarta sebagai pelaku bisnis bergerak leluasa dalam kegiatan produksi di sekitar lingkungan masyarakat. Rumah Potong Hewan Surakarta tidak terlepas dari limbah industri terutama limbah yang berbentuk cair.


(19)

Limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta terdiri dari limbah hijau dan merah. Jika limbah cair jika dibuang ke lingkungan sekitar, maka dapat mengancam kesehatan dan kelangsungan makhluk hidup sekitar. Rumah Potong Hewan Surakarta perlu menyajikan biaya lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan.

Terkait tanggung jawab yang dibebankan pada rumah potong hewan atas pengolahan limbah industri. Rumah potong hewan harus mengeluarkan biaya lingkungan terkait pengolahan limbah industri. Menurut Gunawan (2012), biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat terdapat kualitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biaya (Aditya, 2014). Hal ini dilakukan agar laporan biaya lingkungan dapat dijadikan informasi yang dapat dipahami untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan yang berdampak pada lingkungan. Beberapa kasus pelaporan dan perhitungan biaya terkait pengolahan limbah tidak selalu sama dalam setiap perusahaan. Hal ini disebabkan karena Standar Akuntansi Keuangan (SAK) belum diatur secara baku tentang bagaimana proses perlakuan akuntansi biaya yang telah dikeluarkan untuk pengolahan limbah (Mulyani, 2013).


(20)

Penelitian yang dilakukan oleh Moedjanarko (2013) pada PT. Wonosari Jaya Surabaya menyatakan bahwa environmental cost diklasifikasikan dalam penggabungan biaya pencegahan dan deteksi lingkungan, penggabungan biaya kegagalan eksternal dan biaya kegagalan eksternal lingkungan telah diklasifikasikan dan diidentifikasikan menurut model penelitian Hansen dan Mowen. Penelitian lain yang menggunakan model identifikasi yang sama adalah penelitian yang dilakukan oleh Meilanawati (2013) pada PT. Semen Indonesia, penelitian ini membandingkan biaya-biaya lingkungan yang dilakukan perusahaan dengan model klasifikasi biaya lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan tidak mencatat semua biaya lingkungan sesuai dengan teori yang digunakan sehingga menimbulkan penyimpangan untuk perbaikan, proyek perlindungan lingkungan, dan lain-lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Elyafei (2012) pada RSUD Tarakan Jakarta, penelitian ini menggunakan analisa perlakuan akuntansi lingkungan berdasarkan teori Hansen dan Mowen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah sakit telah mengidentifikasi semua biaya, namun biaya kegagalan eksternal belum dilakukan oleh rumah sakit.


(21)

Beberapa penelitian terdahulu yang mengacu pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) dan konsep akuntansi lain yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) pada PT SUB Unit Jember. Hasil yang didapati adalah bahwa perusahaan telah mengidentifikasi, mengakui, mengukur dan menyajikan sesuai dengan konsep teori yang digunakan, namun pengungkapan yang dilakukan belum sesuai dengan konsep teori yang ada.

Penelitian yang menggunakan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) seperti yang dilakukan oleh Kusumawati (2015) pada RSUD DR. R. Koesma Tuban. Hasil penelitian didapati bahwa rumah sakit telah mengidentifikasi beberapa biaya lingkungan dan mengakui beban serta pendapatan dari kegiatan pengolahan limbah. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya (2014) pada PT. Swasti Siddhi Amagra, penelitian tersebut menggunakan idenfikasi menurut teori Hansen dan Mowen serta PSAK. Hasil penelitian tersebut bahwa perusahaan telah mengakui dan mengukur sesuai dengan kebijakan sendiri, perusahaan belum mengidentifikasi dan mengungkapkan biaya tersebut sesuai dengan acuan teori yang digunakan.


(22)

Berdasarkan penilitian yang sudah ada, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai perlakuan akuntansi biaya lingkungan terkait pengolahan limbah cair. Penelitian ini mengambil Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta sebagai objek penelitian. Objek ini dipilih karena rumah potong hewan berpotensi menghasilkan limbah dan jarang dilakukan penelitian pada tempat tersebut. Penelitian ini juga menggunakan beberapa acuan untuk menganalisa perlakuan akuntansi biaya lingkungan.

Proses pengolahan limbah cair pada rumah potong hewan Kota Surakarta menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL dioperasikan untuk mengolah limbah cair yang berasal dari kegiatan produksi. Seiring proses pengolahan limbah cair terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah potong hewan. Seluruh biaya yang berhubungan biaya lingkungan akan dilakukan analisis mengenai identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan”.


(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perlakuan akuntansi biaya lingkungan di Rumah Potong Hewan Surakarta?

C. Batasan Penelitian

Penelitian ini peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas antara lain: Rumah Potong Hewan Surakarta menghasilkan limbah yang berbentuk padat, cair, dan gas. Penelitian ini hanya akan membahas biaya-biaya yang terjadi dalam unit kegiatan pengolahan limbah cair mengacu pada teori Hansen dan Mowen serta SAK 2015.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Rumah Potong Hewan Surakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai perlakuan akuntansi biaya lingkungan yang tepat untuk Rumah Potong Hewan Surakarta.


(24)

2. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman, serta menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah pada keadaan yang sungguh terjadi di lapangan.

3. Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan, sumber referensi bagi mahasiswa dan pihak lain yang membutuhkan. 4. Bagi Badan Penyusun Standar (Dewan Standar Akuntansi Keuangan)

Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan wahana untuk mencermati lingkungan hidup dan mendorong pembakuan peraturan mengenai akuntansi lingkungan di Indonesia

F. Sistematika Penelitian

Demi mempermudah pemahaman mengenai isi skripsi, penelitian skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Perusahaan, Bab V Analisis, dan Pembahasan dan Bab VI Penutup.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.


(25)

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan topik dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang dicari, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menguraikan secara singkat tentang sejarah dan perkembangan Rumah Potong Hewan Surakarta, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, jenis limbah yang dihasilkan oleh perusahaan, serta pengolahan limbah yang dilakukan oleh perusahaan.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan analisis terhadap data yang diperoleh dalam penelitian dengan dasar teknik analisa data yang telah ditentukan untuk menjelaskan masalah yang dikemukakan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang diberikan oleh peneliti.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Lingkungan

1. Pengertian Lingkungan

Pengertian lingkungan menurut Undang-Undang Replubik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat 1 adalah:

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilaku, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”

2. Pencemaran Lingkungan

Definisi pencemaran lingkungan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 1 ayat 14 adalah sebagai berikut:

”Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.” Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus dan gas beracun). Ilmu lingkungan membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang dapat dicegah dan dikendalikan. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat agar tidak mencemari lingkungan.


(27)

3. Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun doamestik yang dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis (Ikhsan, 2009). Menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha atau kegiatan. Berdasarkan pengertian limbah yang telah dijelaskan di atas, limbah dapat diartikan sebagai sisa suatu usaha atau kegiatan dari rumah tangga, industri, pertambangan, dan kegiatan lain yang merupakan bahan berbahaya dan beracun bagi lingkungan sekitar.

4. Sumber Limbah Cair

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha atau kegiatan. Berdasarkan penjelasan di atas, Pengertian limbah cair adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.


(28)

Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok antara lain: a. Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil

buangan dari perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contoh: air sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja. b. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil

buangan industri. Contoh: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.

c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung kepermukaan. Contoh: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau perkebunan.

d. Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.


(29)

Limbah cair yang tidak ditangani atau diolah dengan baik dapat menimbulkan dampak yang besar bagi pencemaran lingkungan serta dapat menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. Limbah cair industri tidak terlalu diperhatikan dan dibiarkan terus menerus dalam jangka waktu lama dapat menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

B. Akuntansi Lingkungan

1. Pengertian Akuntansi Lingkungan

Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat dan mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu oraganisasi kepada para pengguna yang berkepentingan (Weygandt, 2013). Menurut Suartana (2010), akuntansi lingkungan adalah suatu istilah yang berupaya untuk mengelompokkan pembiayaan yang dilakukan perusahaan atau pemerintah dalam melakukan konservasi lingkungan ke dalam pos lingkungan dan praktik bisnis perusahaan.

2. Tujuan Akuntansi Lingkungan

Menurut Hermiyetti dan Dondokambey (2012), tujuan akuntansi lingkungan adalah:

a. Sebagai alat manajemen lingkungan

Untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan. Data akuntansi lingkungan juga digunakan menentukan biaya fasilitas pengelolaan lingkungan, menilai tingkat keluaran dan capaian tiap tahun agar


(30)

menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang berlangsung secara terus-menerus.

b. Sebagai alat komunikasi dengan masyarakat

Akuntansi lingkungan digunakan untuk menyampaikan dampak disampaikan kepada publik. Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari para pihak pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik perusahaan dalam pengelolaan lingkungan.

C. Biaya

1. Pengertian Biaya

Pengertian biaya sampai saat ini belum ada kesatuan pendapat dalam menterjemahkan antara cost dan expense, sehingga mrngakibatkan kerancuan pengertian. Kerancuan pengertian ini mengakibatkan penjelasan antara cost dan expense sulit untuk dibedakan, sehingga cost diartikan

expense begitu juga expense diartikan sebagai cost (Firmansyah, 2014). Menurut Hansen dan Mowen (2009) cost adalah nilai kas atau ekuivalen kas yang digunakan untuk barang dan jasa yang diperkirakan untuk membawa manfaat di masa sekarang atau masa depan pada organisasi. Expense adalah biaya yang telah kadaluwarsa. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2015) bahwa expense adalah penurunan manfaat ekonomis selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau penurunan aktiva atau timbul kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.


(31)

2. Pengertian Biaya Lingkungan

Menurut Hansen dan Mowen (2009), biaya lingkungan dapat disebut biaya kualitas lingkungan (environmental quality costs). Biaya-biaya yang terjadi karena kualitas lingkungan yang buruk atau kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:

a. Biaya pencegahan lingkungan (enviromental prevention cost) adalah biaya-biaya aktivitas yang dilakukan untuk mencegah produksi limbah atau sampah yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Contoh: biaya penelitian lingkungan, melatih pegawai, desain proses, dan produk untuk mengurangi atau menghapus limbah (Hansen dan Mowen, 2009).

b. Biaya deteksi lingkungan (enviromental detection cost) adalah biaya-biaya aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh audit aktivitas lingkungan, pelaksanaan pengujian pencemaran, dan pengukuran tingkat pencemaran (Hansen dan Mowen, 2009).


(32)

c. Biaya kegagalan internal lingkungan (enviromental internal failure cost) adalah biaya-biaya aktivitas yang dilakukan karena produksi limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Biaya ini terjadi untuk menghilangkan dan mengolah limbah dan sampah ketika produksi. Contoh: pengoprasian peralatan untuk mengurangi atau menghilangkan polusi, pengolahan dan pembuangan limbah beracun, dan pemeliharaan peralatan polusi (Hansen dan Mowen, 2009).

d. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure cost) adalah biaya-biaya aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke luar lingkungan. Biaya ini terdiri dari dua macam yaitu: biaya kegagalan yang direalisasi (realized external failure cost) adalah biaya yang dialami dan dibayarkan oleh perusahaan dan biaya kegagalan eksternal yang tidak direalisasi (unrealized external failure cost) atau sering disebut biaya sosial, disebabkan oleh perusahaan tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar perusahaan (Hansen dan Mowen, 2009).


(33)

D. Tahap-Tahap Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan

Menurut Munn (1999), bahwa pencatatan pembiayaan untuk mengelola sampah-sampah yang dikeluarkan dari hasil sisa produksi suatu usaha dialokasikan dalam tahap-tahap tertentu yang masing-masing tahap memerlukan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengelompokkan dalam tahap analisis lingkungan sebagaimana yang ditentukan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tersebut antara lain sebagai berikut (SAK, 2015): 1. Pengidentifikasi

Pertama kali entitas hendak menentukan biaya untuk pengelolaan biaya eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan operasional usaha (Sudigyo, 2002). Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa ekonomi yang relevan bagi suatu organisasi tertentu. Setelah teridentifikasi peristiwa-peristiwa ekonomi tersebut kemudian dicatat untuk menjadi alur aktivitas keuangan perusahaan. Pencatatan terdiri atas pembuatan jurnal peristiwa-peristiwa secara sistematis dan kronologis yang diukur dalam satuan mata uang. Informasi keuangan akan disampaikan melalui laporan-laporan akuntansi. Agar laporan keuangan bisa bermanfaat, para akuntan melaporkan data yang tercatat dalam cara yang terstandarisasi (Weygandt, 2013). Sistem akuntansi secara khusus membagi biaya seperti biaya bahan dan tenaga kerja, biaya manufaktur atau overhead pabrik (biaya operasional), biaya penjualan, biaya umum dan adminsitrasi, biaya Riset dan Pengembangan (Ikhsan, 2009).


(34)

2. Pengakuan

Menurut Suwardjono (2013), pengakuan (recognition) adalah pencatatan suatu jumlah rupiah (kos) ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan tergambar dalam laporan keuangan. Prinsip Akuntansi Berlaku Umum memberikan pedoman tentang kriteria yang harus dipenuhi untuk mengakui pendapatan atau beban. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 82 Tahun 2015, pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 83 Tahun 2015, menyatakan bahwa pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui jika:

a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari/ke dalam perusahaan.

b. Pos tersebut mempunyai nilai/biaya yang dapat diukur dengan andal. Mulyani (2013) berpendapat, apabila unsur-unsur biaya lingkungan telah diidentifikasi. Kemudian unsur tersebut diakui sebagai akun atau rekening biaya pada saat penerimaan manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan.


(35)

3. Pengukuran

Pengukuran (measurement) adalah penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Jumlah rupiah akan dicatat untuk dijadikan data dasar dalam penyusunan statemen keuangan. Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah penentuan jumlah rupiah (kos) yang dicatat pertama kali pada saat suatu transaksi terjadi. Pengukuran disebut juga penilaian (valuation). Namun penilaian lebih ditujukan untuk penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu elemen/pos pada saat dilaporkan dalam statemen keuangan (Suwardjono, 2013).

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 99 Tahun 2015, Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan.


(36)

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 100, Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai macam dasar pengukuran tersebut sebagai berikut:

a. Biaya historis

Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan.

b. Biaya kini (current cost)

Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. c. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value)

Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal).

d. Nilai sekarang (present value)

Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.

Meskipun tidak ada dasar yang khusus dalam pengakuan dan pengukuran biaya lingkungan yang terjadi. Pengakuan dan pengukuran biaya lingkungan bisa menggunakan kebijakan yang telah diterapkan oleh perusahaan (Nilasari, 2014).


(37)

4. Penyajian

Penyajian (presentation) menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam seperangkat statemen kuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif (Suwardjono, 2013), Menurut PSAK No.1 paragraf 86 Tahun 2015 tentang Penyajian Laporan Keuangan mengungkapkan bahwa:

“Beberapa entitas juga menyajikan, dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri, dimana faktor lingkungan hidup adalah signifikan dan ketika karyawan dianggap sebagai kelompok pengguna laporan keuangan yang memegang peranan penting.”

5. Pengungkapan

Pengungkapan (disclosure) berkaitan dengan cara pembebanan atau penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan. Memuat standar akuntansi yang berisi tentang informasi atau objek harus disajikan secara terpisah dari statemen utama, apakah suatu pos perlu dirinci atau apakah suatu informasi cukup disajikan dalam bentuk catatan kaki (foot note) (Suwardjono, 2013).


(38)

Menurut Ikhsan (2009), pengungkapan memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Hal tersebut dapat diartikan sebagai memberikan data untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan. Menurut PSAK No. 1 paragraf 117 Tahun 2015 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bahwa:

“Entitas dapat mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan dan kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan lebih memahami laporan keuangan.”

E. Penelitian Terdahulu

Peniliti dalam menyusun penilitian ini tidak terlepas dari acuan/penelitian terdahulu yang mempunyai kesamaan topik, analisis, maupun objek. Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang diacu oleh peneliti antara lain:

Putri (2016) melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis bagaimana perusahaan mengidentifikasi, mengakui, mengukur, menilai, menyajikan, dan mengungkapkan biaya lingkungan PT Sejahtera Usaha Bersama Unit Jember. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil dari penelitian adalah terdapat beberapa perbedaan antara praktik yang dilakukan oleh PT Sejahtera Usaha Bersama Unit Jember dengan KDPPLK dan konsep akuntansi lain yang terkait.


(39)

Kusumawati (2015) melakukan penilitian dengan tujuan mengetahui biaya-biaya terkait pengelolaan limbah dan mengetahui perlakuan akuntansi atas pengelolaan limbah RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Teknik analisis dilakukan dengan membandingkan hasil temuan dengan PSAK No. 1 Paragraf 85 Tahun 2013 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa biaya-biaya terkait pengelolaan limbah rumah sakit terdiri atas biaya pemeliharaan, biaya bahan bakar, biaya retribusi dan biaya listrik. Rumah sakit telah melakukan tahapan perlakuan akuntansi atas pengelolaan limbah,

Aditya (2014) melakukan penilitian dengan tujuan mengetahui alokasi, pencatatan dan penyajian biaya lingkungan. Penilitaian ini menganalisis biaya lingkungan dengan model penelitian Hansen dan Mowen serta dibandingkan dengan PSAK yang terkait. Hasil yang diperoleh bahwa PT Swasti Siddhi Amagra mengeluarkan biaya-biaya yang terkait dengan aktivitas lingkungan, namun biaya-biaya tersebut belum diidentifikasi dan disajikan secara khusus dalam laporan keuangan.

Meilanawati (2013) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengungkapan biaya lingkungan yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT Semen Indonesia belum mencatat biaya lingkungan secara keseluruhan, namun dalam menyajikan laporan tahunan perusahaan telah didasarkan pada Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.


(40)

Moedjanarko (2013) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui penerapan akuntansi lingkungan pada PT Wonosari Jaya. Teknik analisis yang digunakan dengan cara wawancara, observasi dan analisis dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa environmental cost diklasifikasikan dalam penggabungan biaya pencegahan dan deteksi lingkungan serta penggabungan biaya kegagalan eksternal dan biaya kegagalan eksternal lingkungan telah diklasifikasikan dan diidentifikasikan menurut model penelitian Hansen dan Mowen.

Elyafei (2012) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui perlakuan pihak RSUD Tarakan Jakarta terhadap penerapan akuntansi lingkungan oleh pihak rumah sakit dan proses pengelolaan limbah rumah sakit. Metode yang digunakan adalah kualitatif dalam pencarian data dan informasi yang dibutuhkan peneliti. Analisis laporan keuangan dibandingkan dengan SAK ETAP, PSAK 45 (revisi 2010), dan akuntansi lingkungan terkait pengidentifikasian, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Hasil dari penelitian tersebut masih belum ada perlakuan khusus terhadap akun-akun yang berhubungan dengan pengelolaan limbah rumah sakit.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan model studi kasus. Model penelitian ini dijalankan dengan melakukan penelitian terhadap perusahaan yang bersangkutan. Pendekatan yang dilakukan dalam penilitain ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data hasil dari penelitian kemudian diolah, dianalisis, dan ditarik kesimpulan yang hanya berlaku Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian kota Surakarta pada objek yang diteliti dan hanya berlaku pada periode tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta yang berlokasi di Jalan Jagalan No. 26 Surakarta, Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian pada Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta dilakukan pada 20 Januari sampai dengan 30 April tahun 2016.


(42)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber dari objek yang akan diteliti dan dikenai simpulan dari hasil penelitian. Subjek penelitian ini adalah

a. Kepala Rumah Potong Hewan Surakarta b. Kepala Bagian Pelayanan Umum

c. Bagian Pengolahan Limbah Cair 2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah data sebagai objek yang akan diteliti. Objek dari penelitian ini adalah:

a. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengolahan limbah cair

b. Komponen-komponen biaya yang terkait dengan aktivitas pengolahan limbah cair

c. Perlakuan akuntansi pengolahan limbah cair

D. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data ini mencakup semua data yang menggambarkan fakta dan fenomena yang terjadi pada Rumah Potong Hewan Surakarta.


(43)

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh dari wawancara terhadap narasumber, dan dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan yang telah di catat oleh Rumah Potong Hewan Surakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada bagian-bagian yang terkait dengan aktivitas dan pengolahan limbah cair. Data mengenai fasilitas yang digunakan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk mengolah limbah cair, tahap-tahap dalam pengolahan limbah cair, komponen biaya yang terkait dengan pengolahan limbah cair, dan perlakuan akuntansi.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara membaca data atau catatan yang didokumentasikan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta yang berkaitan dengan pengolahan limbah cair yang ada dan perlakuan akuntansi dari biaya lingkungan yang dilakukan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta.


(44)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Kegiatan ini dilakukan setelah peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan. Tujuan dilakukan analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah diinterpretasikan dan mudah dipahami. Langkah untuk menjawab permasalahan digunakan teknik analisis deskriptif komparatif.

Teknik analisis deskriptif komparatif yaitu mendeskripsikan permasalahan tentang biaya lingkungan yang ada di Rumah Potong Hewan Surakarta. Proses lalu dilanjutkan dengan membandingkan data yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan Surakarta dengan acuan teori/konsep akuntansi yang dipakai dan menyajikan data dari hasil penelitian mengenai komponen-komponen biaya yang berhubungan dengan aktivitas pengolahan limbah cair. Langkah-langkah dalam teknik analisis deskriptif ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi komponen biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Hansen dan Mowen

2. Menganalisis pengakuan biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK)

3. Menganalisis pengukuran biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK)


(45)

4. Menganalisis penyajian biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

5. Menganalisis pengungkapan biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(46)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Rumah Potong Hewan Surakarta

Rumah Potong Hewan adalah suatu komplek bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat pemotongan hewan bagi konsumsi masyarakat luas. Rumah Potong Hewan Kota Surakarta didirikan oleh Sri Susuhunan Paku Buwono X pada tahun 1903. Pendirian Rumah Potong Hewan dikarenakan permintaan terhadap daging konsumsi yang terus meningkat di kalangan Kraton Surakarta maupun masyarakat kota Surakarta. Lokasi pembangunan Rumah Potong Hewan berada di daerah pinggir kota Surakarta yang berdekatan dengan Kerkhof (kuburan orang Belanda). Masa sebelum dibangun Rumah Potong Hewan kawasan tersebut sepi dan jauh dari pemukiman penduduk. Pasca setelah bangunan Abattoir (tempat pemotongan hewan) sejumlah jagal atau tukang potong hewan dimukimkan di sekitar

Abattoir oleh pihak Kraton Surakarta. Daerah tersebut lalu dikenal sebagai kampung Jagalan karena tempat tinggal abdi dalem kraton, khusus abdi dalem jagal.

Bangunan ini berdiri kokoh pada tengah kampung Jagalan, pada tembok depan Rumah Potong Hewan Surakarta terdapat tulisan “Pembelehan Radjakaja”. Tulisan bahasa jawa tersebut mempunyai arti “Pembelehan

berarti penyembelihan sedangkan “Radjakaja” (ejaan lama) menunjuk pada

pengertian hewan ternak, seperti sapi, babi, dan kambing. Pembelehan Radjakaja mempunyai arti tempat penyembelihan hewan ternak atau Rumah


(47)

Potong Hewan. Rumah Potong Hewan Surakarta terletak di Jalan Jagalan No. 26 Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

Sumber: Rumah Potong HewanSurakarta, 2016

Gambar 4.1: Tembok Bangunan Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berada dibawah naungan Dinas Pertanian Kota Surakarta. Rumah Potong Hewan berfungsi untuk menyembelih ternak sesuai dengan peraturan yang ada. Ternak halal (sapi, kambing, dan kerbau) dilakukan secara islami berdasarkan fatwa MUI, sedangkan pemotongan ternak haram (babi) dilakukan dengan pemotongan yang dianggap paling mudah. Rumah Potong Hewan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis


(48)

operasional dan kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang penanganan kegiatan teknis di Rumah Potong Hewan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Rumah Potong Hewan Surakarta terdiri dari:

1. Rumah Potong Hewan Sapi beralamat di jalan Jagalan no. 26 Surakarta.

2. Rumah Potong Hewan Babi beralamat di jalan Suryo, Jagalan, Surakarta.

3. Rumah Potong Hewan Kambing beralamat di Wiropaten, Pasar Kliwon, Surakarta.

Rumah Potong Hewan Surakarta telah mendapatkan sertifikat halal MUI (Majelis Ulama Indonesia) No. 15023310610 dan sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner) No.RPH337204-022. Persyaratan yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No.55/Kpts/TN.240/9/1995 telah dipenuhi.

B. Visi, Misi, Motto, dan Janji Layanan Rumah Potong Hewan Surakarta 1. Visi

“Menuju Rumah Potong Hewan Modern dengan Pelayanan Prima” 2. Misi

a. Menyediakan produk pangan hewani yang ASUH dan produk hewan non pangan yang aman dan berkualitas.

b. Melindungi masyarakat konsumen dan sumber daya hewani melalui pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran hewan serta seleksi dan pengendalian pemotongan sapi betina.


(49)

c. Berkontribusi terhadap terciptanya kehidupan masyarakat Kota Surakarta yang sehat dan cerdas melalui ketersediaan daging yang aman untuk dikonsumsi.

d. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien dengan sarana dan prasarana yang modern.

3. Motto

“Perlakuan dan Penanganan yang Baik, Menghasilkan Produk Berkualitas yang ASUH”

4. Janji Layanan

a. Memberikan Pelayanan 24 jam

b. Penerapan Kesrawandi Rumah Potong Hewan c. Prosedur Pelayanan Cepat dan Mudah

C. Struktur Organisasi dan Tugas Struktur Jabatan Rumah Potong Hewan Surakarta

1. Struktur Organisasi

Setiap perusahaan publik maupun organisasi-organisasi lain secara umum mempunyai struktur organisasi. Penyusunan struktur organisasi merupakan langkah awal untuk melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Tujuan dibuat struktur organisasi agar menghindari atau mengurangi kesimpang siuran dalam pelaksanaan tugas setiap divisi atau bagian yang telah disusun dalam sebuah struktur organisasi.


(50)

Berikut ini merupakan gambar struktural jabatan pada Rumah Potong Hewan Surakarta:

Sumber: Rumah Potong HewanSurakarta, 2016

Gambar 4.2: Struktur Organisasi Rumah Potong Hewan Surakarta

KEPALA TU KEPALA DINAS PERTANIAN KOTA

SURAKARTA

KEPALA RUMAH POTONG HEWAN

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU

PENGURUS BARANG BENDAHARA

PENERIMA PEMBANTU

DOKTER HEWAN PENANGGUNG JAWAB RUMAH POTONG HEWAN

RPH SAPI

RPH KAMBING

RPH BABI


(51)

2. Tugas Struktur Jabatan Rumah Potong Hewan Surakarta Berikut rincian tugas-tugas setiap bagian jabatan antara lain: a. Kepala Dinas Pertanian Kota Surakarta

Kepala Dinas Pertanian Kota Surakarta mempunyai tugas utama. Tugas utama tersebut adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian di kota Surakarta.

b. Kepala Rumah Potong Hewan

Kepala Rumah Potong Hewan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan dalam melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam bidang pengelolaan rumah potong hewan. Rincian tugas Kepala Rumah Potong Hewan adalah: 1) Menyelenggarakan penyusunan rencana program kerja Rumah

Potong Hewan;

2) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Rumah Potong Hewan;

3) Menyelenggarakan pembinaan personil, pemeliharaan sarana dan prasarana serta pengelolaan keuangan di lingkup Rumah Potong Hewan;

4) Mengatur penggunaan saran dan prasarana sebagai fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan instalasi rumah potong hewan;


(52)

5) Menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan tugas Rumah Potong Hewan serta merumuskan alternatif pemecahan masalah;

6) Menyelenggarakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan tugas; 7) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas; 8) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan. c. Kepala Tata Usaha

Kepala Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan ketatausahaan umum meliputi kepegawaian, keuangan, dan perlengkapan. Rincian tugas Kepala Tata Usaha adalah:

1) Mengelola administrasi umum meliputi pengurusa perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat;

2) Mengelola administrasi kepegawaian; 3) Mengelola administrasi keuangan;

4) Menyusun laporan kegiatan di bidang tugas;


(53)

d. Dokter Penanggung Jawab Rumah Potong Hewan

Dokter penggung jawab Rumah Potong Hewan mempunyai tugas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang kesehatan hewan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Rincian tugas dokter penaggung jawab Rumah Potong Hewan adalah:

1) Melakukan penerapan kesehatan hewan di Rumah Potong Hewan; 2) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih

(ante-mortem inspection);

3) Melaksanakan kedehatan jeroan dan/atau karkas (post-mortem inspection);

4) Melaksanakan pemeriksaan pemenuhan persyaratan higiene-sanitasi pada proses produksi.

D. Jenis-Jenis Pelayanan Pemeriksaan dan Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta

1. Jenis-Jenis Pelayanan Pemeriksaan Rumah Potong Hewan Surakarta Jenis pelayanan pemeriksaan yang ditawarkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta meliputi:

a. Pelayanan pemotongan.

b. Pemeriksaan hewan sebelum, saat, dan sesudah dipotong.

c. Pemeriksaan daging dan kulit hewan setelah dipotong serta pemeriksaan daging dari luar Kota Surakarta.


(54)

2. Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta

Daftar tarif retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta sebagai berikut: Tabel 4.1: Daftar Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan

Surakarta

Pemotongan ternak per ekor: Harga Sapi/Kerbau/Kuda Rp. 30.000,-

Babi Rp. 25.000,-

Kambing/Domba Rp. 20.000,- Unggas/Ayam Rp. 1.000,-

Sumber: Rumah Potong HewanSurakarta, 2016

E. Prosedur Operasional (SOP) Rumah Potong Hewan Surakarta pada Ternak Sapi

1. Pemeriksaan Sebelum Disembelih (Ante-Mortem)

Pemeriksaan ante-mortem adalah pemeriksaan setiap ekor sapi, ternak, dan unggas yang akan disembelih. Pemeriksaan ante mortem dilakukan dengan mengamati dan mencatat hewan ternak sebelum disembelih meliputi jumlah ternak, jenis kelamin, keadaan umum, serta kelainan yang tampak.


(55)

Hasil akhir pemeriksaan ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok antara lain:

a. Ternak yang disembelih secara reguler adalah ternak yang memenuhi syarat normal.

b. Ternak yang ditolak yaitu ternak yang menderita suatu penyakit menular, masih produktif, dan betina bunting.

c. Ternak yang menderita kelainan lokal dan ternak yang meragukan kondisi fisik.

2. Pemeriksaan Sesudah Disembelih (Post-Mortem)

Pemeriksaan post-mortem adalah pemeriksaan kesehatan daging hewan ternak setelah disembelih terutama pada pemeriksaan karkas, kelenjar limfa, kepala pada bagian mulut, lidah, bibir, otot masseter, paru-paru, jantung, serta hati. Tujuan dari pemeriksaan ini untuk membuang dan mendeteksi bagian yang abnormal serta pengawasan apabila ada pencemaran oleh kuman yang berbahaya untuk memberikan jaminan bahwa daging yang diedarkan masih layak untuk konsumsi. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan dengan intensitas normal setiap hari. Jika terdapat abnormalitas pada karkas atau bagian lain dapat dikonsumsi, maka diproses lebih lanjut atau tidak.


(56)

F. Estimasi Waktu Proses Pemotongan Hewan Ternak Rumah Potong Hewan Surakarta

Berikut rangkaian jenis pemeriksaan dan estimasi waktu Rumah Potong Hewan Surakarta:

Tabel 4.2: Daftar Jenis Pemeriksaan dan Estimasi Waktu Pemotongan Hewan Ternak Rumah Potong Hewan Surakarta

No. Jenis Pemeriksaan Waktu

1 Pemeriksaan Ante-mortem:

a. Pemeriksaan umum (cara berjalan dan kaki suhu, nafas pulsus, cermin hidung, mulut, turgor, faeses)

b. Pemeriksaan lubang alami-hidung, telinga, anus

3 menit

2 Perjalanan ke tempat pemotongan 1 menit

3 Restrain 1 menit

4 Penyembelihan sampai benar-benar mati 15 menit 5 Pemotongan kepala/dekapitasi 15 detik

6 Pengulitan 6 menit

7 Pengeluaran isi rongga dada dan perut 1 menit 10 detik

8 Pemotongan karkas 2 menit

9 Pencucian isi perut (rumen, omasum, abomasum, usus)

5 menit 10 Pemeriksaan Post-Mortem:

a. Kepala dan lidah

b. Organ dalam bagian atas (trachea, osephagus, paru-paru, jantung)

c. Hati d. Limpa e. Ginjal

f. Limfo glandula g. Karkas

5 detik 16 detik 5 detik 5 detik 5 detik 5 detik 5 detik

Total Waktu 35 menit 06 detik


(57)

G. Jenis-Jenis Limbah Rumah Potong Hewan Surakarta

Menurut Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha dan atau kegiatan, sedangkan pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lainnya kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tersebut tidak dapat berfungsi sebagimana peruntukkannya. Limbah industri yang dihasilkan oleh kegiatan produksi rumah potong hewan terhadap kemungkinan bahwa limbah tersebut berbahaya bagi lingkungan. Limbah sebagai residu operasional perusahaan memerlukan pengelohan dan penanganan khusus rumah potong hewan agar tidak menyebabkan dampak negatif yang lebih besar terhadap lingkungan tempat rumah potong hewan beroperasi.

Rumah Potong Hewan Surakarta selaku penyelenggara jasa layanan pemotongan hewan ternak bagi masyarakat umum, tidak terlepas dari berbagai kegiatan produksi yang mengakibatkan terbentuk limbah. Limbah tersebut merupakan hasil sisa dari proses produksi. Keberadaan limbah tersebut dapat mengancam kesehatan makhluk hidup di sekitar lingkungan.


(58)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap pihak Rumah Potong Hewan Surakarta. Jenis limbah yang dihasilkan antara lain: a. Limbah cair adalah semua limbah yang dihasilkan oleh rumah potong

hewan dalam bentuk cair sebagai akibat dari proses produksi. Limbah cair ini terdiri dari limbah merah yang sebagian besar merupakan darah dan limbah hijau yang sebagian besar merupakan faeses, lemak, kotoran isi perut hewan ternak.

b. Limbah gas adalah semua limbah yang dihasilkan oleh rumah potong hewan dalam bentuk gas. Limbah ini berasal dari bau gas yang dihasilkan oleh urine dan kotoran hewan ternak.

c. Limbah padat adalah semua limbah yang dihasilkan oleh rumah potong hewan dalam bentuk padat. Limbah ini berasal dari sisa produksi yang susah untuk diolah seperti kuku, tulang, bulu dan bagian padat yang disaring dari limbah cair. Limbah padat kurang menyebabkan pencemaran karena dapat dimanfaatkan kembali.

Limbah cair yang dihasilkan merupakan sisa hasil buangan proses produksi berupa cairan serta bahan-bahan buangan lain yang tercampur maupun terlarut dalam air. Menurut klasifikasi jenis, limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta termasuk jenis limbah cair industri (industrial waste water) yaitu limbah cair hasil buangan industri.


(59)

Rumah Potong Hewan Surakarta menghasilkan limbah cair berbentuk limbah hijau dan limbah merah. Limbah hijau yang didominasi oleh kotoran/tinja menghasilkan seberat 40kg dari sekitar 20 ekor sapi yang disembelih tiap hari pada jam operasi. Sumber utama limbah cair Rumah Potong Hewan Surakarta terjadi pada ruang pemotongan/karkas dan ruang rumen yang berasal dari pemotongan, pembersihan bulu dan bagian dalam, pemotongan daging dan pencucian. Sumber kedua yang menghasilkan limbah cair berupa darah (limbah merah) adalah ruang jagal/penyembelihan. Limbah yang dihasilkan rumah potong hewan dapat mencemari lingkungan karena industri ini menghasilkan air buangan yang lebih komplek dibandingkan dengan air buangan domestik. Upaya untuk menghindari pencemaran air dibutuhkan suatu standar untuk buangan limbah Rumah Potong Hewan Surakarta.

Sesuai ruang lingkup pemeriksaan Rumah Potong Hewan Surakarta memiliki inventaris Unit Pengolahan Limbah (UPL)/Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) khusus untuk mengatasi pengolahan limbah cair yang berupa kotoran (limbah hijau) yang dihasilkan pada proses pemotongan hewan yang berupa:

1. Darah

2. Kotoran/faeses

3. Air bekas pencucian karkas 4. Lemak


(60)

H. Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong Hewan Surakarta

Setiap jenis industri mempunyai karakteristik limbah cair yang berbeda dari spesifik dan parameter pencemaran. Perbedaan karakteristik limbah cair industri akan menyebabkan proses pengolahan limbah cair industri satu dengan industri lain. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa sebagai sebuah bentuk tanggung jawab perusahaan dalam mengatasi masalah limbah hasil kegiatan perusahaan adalah dengan dilakukan pengeolaan limbah tersebut dengan cara tersistematis melalui proses yang memerlukan biaya yang khusus sehingga perusahaan melakukan pengalokasian nilai biaya tersebut dalam pencatatan keuangan perusahaan.

Alur pengolahan limbah cair merupakan sistem yang terencana dan kunci utama dalam pengolahan limbah cair industri. Limbah cair yang mengalir sesuai dengan alur pengolahan limbah cair tidak akan mencemari lingkungan sekitar. Rumah Potong Hewan Surakarta juga mempunyai sistem/alur pengolahan limbah yang diterapkan. Tahapan alur proses pengolahan limbah hijau terjadi dari tiga ruang tempat produksi berbeda. Tiga ruang tersebut adalah ruang jagal, ruang pemotongan/karkas dan ruang rumen. Sistem DEWATS (Decentralized Wastewater Treatment) digunakan dalam menjalankan alur IPAL tersebut.


(61)

Peneliti membuat skema alur pengolahan limbah hijau Rumah Potong Hewan Surakarta pada IPAL khusus sapi. Berdasarkan penjelasan pihak internal, gambar yang menjelaskan alur pengolahan limbah cair berikut ini:

Gambar 4.3: Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong Hewan Surakarta

Keterangan:

Ruang Jagal : Ruangan khusus untuk menyembelih hewan ternak

Ruang Karkas : Ruangan khusus untuk pemotongan bagian tubuh hewan ternak Ruang Rumen : Ruangan khusus untuk membersihkan isi pencernaan/hewan ternak

R. JAGAL R. PEMOTONGAN R.RUMEN

atau KARKAS

SCREEN SCREEN SCREEN +

SENDIMENTASI

INLET

SETTLER DUA CHAMBER

BAFFLE REACTOR

PEMBUANGAN KE SALURAN DRAINASE


(62)

Proses-proses pengolahan limbah hijau tersebut melalui beberapa bagian komponen IPAL. Komponen-komponen penting yang dilewati limbah hijau dalam proses pengolahan limbah cair pada IPAL Rumah Potong Hewan Surakarta sebagai berikut:

a. Screen (Penyaringan)

Komponen ini berfungsi sebagai saringan kasar. Berguna untuk menyaring sampah seperti plastik dan kotoran-kotoran yang ikut dalam proses pembuangan. Kotoran yang tersaring pada komponen screen diambil secara manual oleh petugas operator IPAL. Kotoran diambil dan dibuang paling tidak satu kali dalam seminggu.

b. Sendimentasi

Sendimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan kotoran atau gumpalan padat. Gumpalan padat yang terbentuk pada proses awal berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus saling bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar selama beberapa minggu. Semakin besar gumpalan padat maka berat gumpalan semakin besar. Gumpalan tersebut kemudian bergerak ke bawah dan mengendap pada bagian dasar tangki sendimentasi.

c. Inlet

Inlet merupakan jalan atau jalur awal limbah hijau masuk. Inlet

ditempatkan setelah screen dan sendimentasi. Inlet bertujuan agar mencegah komponen lain tidak mengalami kerusakan akibat kotoran yang berwujud sampah dan gumpalan padat.


(63)

d. Settler Dua Chamber

Tahap ini merupakan lanjutan dari inlet. Pada bagian settler terjadi kembali proses sendimentasi atau pengendapan gumpalan padat dan pengapungan kotoran cair yang akan diproses lebih lanjut.

e. Baffle Reactor

Beffle Reactor adalah perkembangan dari tangki septik yang memiliki tahapan baffle. Pada proses baffle reactor, baffle digunakan untuk mengarahkan aliran air limbah dalam mode upflow. Pengolahan terjadi akibat degradasi biologis dengan memanfaatkan lumpur aktif yang mengendap pada dasar chamber.

f. Hasil Pengolahan

Hasil pengolahan limbah hijau berwujud cair dan berbentuk air jernih yang tidak mempunyai bau seperti kotoran ataupun sampah. Hal tersebut dikarenakan limbah hijau telah mengalami proses yang panjang dalam IPAL dengan sistem pengolahan air limbah terdesentralisasi. Proses ini juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab yang dilakukan Rumah Potong Hewan Surakarta kepada lingkungan sekitar.


(64)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

1. Identifikasi Komponen Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta

Rumah Potong Hewan tidak terlepas dari limbah karena limbah merupakan hasil sisa buangan proses produksi. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Khusus limbah cair yang diolah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah. Rumah Potong Hewan Surakarta mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk mengatasi masalah limbah cair. Pengadaan IPAL sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Jika hal tersebut tidak dicegah, maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan sekitar. Proses pengolahan limbah cair tersebut menimbulkan biaya-biaya yang harus diakui oleh Rumah Potong Hewan Surakarta.


(65)

Berikut ini adalah biaya-biaya yang timbul pada proses pengolahan limbah cair Rumah Potong Hewan Surakarta antara lain:

Tabel 5.1: Daftar Akun Pendapatan dan Biaya Rumah Potong Hewan Surakarta

Pendapatan Biaya

Nomor Akun

Nama Akun Nomor Akun

Nama Akun

410 Pendapatan Jasa Layanan 510 Biaya Gaji Karyawan

420 Pendapatan Hibah 511 Biaya Gaji Karyawan

Bagian Operasional

430 Pendapatan Lain-Lain 512 Biaya Gaji Karyawan

Bagian IPAL

520 Biaya Suku Cadang

Maintenance

521 Biaya Suku Cadang Gedung

522 Biaya Suku Cadang IPAL

523 Biaya Suku Cadang

Kendaraan

530 Biaya Penyusutan Gedung

531 Biaya Penyusutan IPAL

532 Biaya Penyusutan Peralatan 540 Biaya Listrik dan Air

550 Biaya Telepon

560 Biaya Administrasi Kantor

570 Biaya Keamanan dan

Kebersihan

580 Biaya Retribusi dan Pajak Daerah

590 Biaya Lain-Lain

Sumber: Diolah Peneliti, 2016

Tabel 5.1 menyajikan daftar akun pendapatan dan biaya yang terdapat pada Rumah Potong Hewan Surakarta dalam kegiatan operasi. Biaya-biaya tersebut belum dikelompokkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta menurut teori Hansen dan Mowen.


(66)

2. Pengakuan Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta memperoleh manfaat ekonomi dari biaya. Biaya-biaya tersebut yaitu biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang

maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan. Biaya suku cadang

maintenance merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk perawatan segala aset termasuk perawatan IPAL yang dilakukan secara berkala. Biaya keamanan dan kebersihan merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk kegiatan keamanan dan kebersihan termasuk kebersihan IPAL.

Rumah Potong Hewan Surakarta mengakui biaya, apabila biaya tersebut telah digunakan dalam kegiatan operasional. Biaya-biaya tersebut dimasukkan ke dalam laporan laba rugi. Rumah Potong Hewan Surakarta dalam proses pengolahan limbah cair belum pernah memperoleh pendapatan, namun apabila memperoleh pendapatan dari proses pengolahan limbah cair akan dimasukkan ke dalam pos pendapatan lain-lain.


(67)

3. Pengukuran Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta belum mengukur semua biaya lingkungan yang terjadi pada proses pengolahan limbah cair. Biaya-biaya tersebut antara lain: biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan. Biaya suku cadang maintenance merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk perawatan segala aset termasuk perawatan IPAL yang dilakukan secara berkala. Biaya keamanan dan kebersihan merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk kegiatan keamanan dan kebersihan termasuk kebersihan IPAL. Satuan yang dipakai untuk mengukur biaya-biaya tersebut adalah rupiah.

4. Penyajian Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta

Biaya-biaya yang dibebankan Rumah Potong Hewan Surakarta merupakan biaya yang disebabkan karena terjadi proses pengolahan limbah cair. Biaya-biaya tersebut disajikan dalam pos-pos pada laporan laba rugi. Pos-pos tersebut antara lain biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang


(68)

Penyajian biaya tersebut masih menjadi satu dengan biaya-biaya lain dalam satu pos dan tidak disajikan pada laporan yang terpisah terutama biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan, sehingga pengguna laporan keuangan sulit untuk mengetahui besar biaya lingkungan yang telah disajikan Rumah Potong Hewan Surakarta.

5. Pengungkapan Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta mengungkapkan biaya-biaya ke dalam pos-pos laporan laba rugi, namun pengguna laporan akan kesulitan untuk mengetahui biaya yang telah dicatat Rumah Potong Hewan Surakarta karena digabungkan dengan biaya yang lain. Biaya-biaya yang masih digabungkan dengan biaya lain adalah biaya suku cadang

maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan.

Biaya suku cadang maintenance merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk perawatan segala aset termasuk perawatan IPAL yang dilakukan secara berkala. Biaya keamanan dan kebersihan merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk kegiatan keamanan dan kebersihan termasuk kebersihan IPAL.


(69)

Rumah Potong Hewan Surakarta juga memberikan pengungkapan biaya lingkungan melalui catatan atas laporan lingkungan. Informasi yang diungkapkan antara lain metode pengukuran biaya, metode penyusutan atas IPAL, kebijakan akuntansi dan lain-lain.

B. Analisis Data

1. Pengidentifikasian Komponen Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Hansen dan Mowen

Peneliti akan mengidentifikasi setiap komponen biaya lingkungan yang ada pada Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Hansen dan Mowen. Tujuan tahap ini untuk mengetahui kesesuaian identifikasi biaya lingkungan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta dengan menurut Hansen dan Mowen.

Pengolahan limbah cair yang dilakukan Rumah Potong Hewan Surakarta dilakukan melalui IPAL. Rumah potong hewan pada bagian pengolahan limbah melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap jenis limbah cair yang diolah berupa limbah hijau dan limbah merah. Kedua jenis limbah cair tersebut diolah menggunakan IPAL secara rutin.


(70)

Pengidentifikasian biaya dilakukan berdasarkan pada biaya yang timbul atau dibayarkan selama pengolahan limbah cair terjadi. Setelah mendapatkan biaya-biaya tersebut menurut Rumah Potong Hewan Surakarta, kemudian peneliti melakukan perbandingan identifikasi antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Hansen dan Mowen sebagai berikut: Tabel 5.2: Perbandingan Identifikasi Biaya Lingkungan menurut

Rumah Potong Hewan Surakarta dengan menurut Hansen dan Mowen

No. Identifikasi menurut Rumah Potong Hewan Surakarta

Identifikasi menurut Hansen dan Mowen

1. Biaya Gaji Karyawan Bagian IPAL Biaya Pencegahan Lingkungan (Environmental Prevention Cost) Biaya Suku Cadang Maintenence

Biaya Keamanan dan Kebersihan

2. - Biaya Deteksi Lingkungan

(Environmental Detection Cost)

3. Biaya Penyusutan IPAL Biaya Kegagalan Internal

Lingkungan (Environmental Internal Failure Cost) Biaya Suku Cadang IPAL

4. - Biaya Kegagalan Eksternal

Lingkungan (Environmental External Failure Cost)

Sumber: Diolah Peneliti, 2016

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta belum melakukan pengelompokkan atas biaya terkait lingkungan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hansen dan Mowen. Jika biaya-biaya Rumah Potong Hewan Surakarta diidentifikasikan, maka pengidentifikasian kurang lebih seperti yang tercantum dalam tabel di atas.


(71)

Pada bagian biaya kegagalan eksternal lingkungan dan biaya deteksi lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta tidak mencantumkan biaya. Hal tersebut dapat terjadi, karena sisa produksi atau limbah dari Rumah Potong Hewan Surakarta tidak mencemari dan merusak lingkungan sekitar. Limbah yang dibuang telah diproses oleh IPAL, sehingga limbah tersebut berbentuk cair yang tidak berbau, tidak berwarna, dan aman bagi makhluk hidup di lingkungan sekitar. Bagian biaya pencegahan lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta terdapat biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya keamanan dan kebersihan. Khusus biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan merupakan gabungan dari biaya-biaya lain, namun pada biaya tersebut terdapat biaya berkaitan dengan IPAL.

2. Pengakuan Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK)

Peneliti akan menganalisis setiap komponen biaya lingkungan yang ada pada Rumah Potong Hewan Surakarta ke dalam pengakuan menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Tujuan tahap ini untuk mengetahui kesesuaian pengakuan biaya lingkungan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta dengan menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan.


(72)

Pengakuan yang dilakukan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta terkait biaya dapat diakui, karena diukur secara tepat dan handal. Rumah Potong Hewan Surakarta mengakui beban ketika biaya tersebut sudah terjadi atau digunakan dalam kegiatan operasional. Hal itu menyebabkan Rumah Potong Hewan Surakarta mengakui pendapatan dan biaya ketika transaksi terkait pendapatan dan biaya tersebut terjadi, bukan ketika kas diterima ataupun dikeluarkan oleh perusahaan.

Pengakuan tersebut diungkapkan oleh Kepala Rumah Potong Hewan Surakarta yang menyatakan bahwa:

“Selama proses pengolahan limbah berlangsung kami mengakui adanya pengeluaran biaya setiap terjadinya transaksi. Jadi setiap ada transaksi yang keluar dari bagian pengolahan limbah kami akan mengakui sebagai biaya”


(1)

Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara

Berikut ini merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan dan hasil wawancara antara pihak peneliti dengan pihak internal perusahaan yang dilakukan pada:

Narasumber : Ir. Tri Ananto Mr. M.Si Hari, tanggal : Rabu, 27 Januari 2016

Tempat : Rumah Potong Hewan Surakarta

1. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengolahan limbah cair

a. Limbah apa saja yang dihasilkan dari kegiatan produksi Rumah Potong Hewan Surakarta?

Jawaban:

Limbah yang dihasilkan terkait dengan kegiatan produksi Rumah Potong Hewan berwujud cair dalam bentuk darah/cairan yang disebut limbah merah dan berbentuk kotoran hewan maupun kotoran isi perut yang disebut limbah hijau. Sedangkan gas berbentuk bau gas dari kotoran hewan, limbah padat berupa tulang dan bulu-bulu dari hewan tersebut. b. Bagaimana proses pengolahan limbah cair?

Jawaban:

Proses limbah cair menggunakan IPAL dengan sistem DEWATS. Teknologi pengolahan air limbah domestik yang terdesentralisasi tanpa membutuhkan listrik. Limbah yang berasal dari ruang rumen, karkas dan pemotongan disalurkan melewati pipa ke tempat proses pengolahan limbah berdasarkan tekanan.


(2)

78

c. Kapan dan berapa biaya yang dikeluarkan Rumah Potong Hewan untuk mendirikan IPAL tersebut?

Jawaban:

IPAL limbah cair dibuat dan aktif beroperasi sejak tahun 2011 hingga sekarang. Biaya dikeluarkan untuk pembangunan IPAL tersebut bisa dilihat pada catatan pembangunan IPAL.

d. Bagaimana cara kerja IPAL tersebut? Jawaban:

IPAL yang kami miliki menggunakan sistem DEWATS. Sistem ini tidak memerlukan biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi. Cara kerjanya dimulai ketika limbah-limbah dari ruang jagal, karkas dan rumen dibuang melalui saluran yang langsung menuju ke IPAL. Pada bagian pertama limbah disaring oleh saringan kasar yang disebut screen. Gunanya untuk menyaring sampah-sampah yang tidak bisa diolah. Khusus ruang rumen ada proses sendimentasi yang bertujuan untuk menghilangkan gumpalan-gumpalan padat. Setelah limbah itu benar-benar bisa diolah baru limbah tersebut melewati pintu masuk atau disebut inlet. Kemudian limbah akan diteruskan pada Settler dua chamber proses pada bagian ini kembali terjadi pengendapan agar bisa terpisah untuk kotoran cair dan padatnya. Bagian terakhir ada baffle reactor air limbah ditampung dan diproses secara biologi lalu hasilnya dibuang ke sungai Sonto yang letaknya dibelakang Rumah Potong Hewan dalam bentuk air jernih yang tidak berbau.


(3)

2. Komponen-komponen biaya yang terkait dengan aktivitas pengolahan limbah cair

a. Biaya apa saja yang terdapat pada tahap pengolahaan limbah cair dari awal sampai akhir?

Jawaban:

Biaya yang pertama kali dibiayakan adalah biaya pengadaan IPAL. Kemudian biaya listrik tidak ada karena IPAL milik kami memakai sistem terdesentralisasi. Sedangkan di IPAL bagian screen harus dibersihkan manual oleh pekerja dengan intensitas waktu minimal seminggu sekali. Jumlah pekerja khusus bagian IPAL ada 3 orang dengan gaji perbulan 1,4 juta. Untuk depresiasi IPAL sendiri, kami telah menetapkan masa manfaatnya 15 tahun tanpa ada nilai sisa.

b. Adakah pendapatan yang diperoleh dari pengolahan limbah ini? Jawaban:


(4)

80

3. Perlakuan akuntansi pengolahan limbah cair

a. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam mengidentifikasi biaya terkait pengolahan limbah cair?

Jawaban:

Kami belum mengidentifikasi biaya-biaya tersebut karena biaya-biaya lingkungan disajikan bersama biaya-biaya lainnya dalam laporan keuangan.

b. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam mengakui biaya terkait pengolahan limbah cair?

Jawaban:

Selama proses pengolahan limbah berlangsung kami mengakui adanya pengeluaran biaya setiap terjadinya transaksi. Jadi setiap ada transaksi yang keluar dari bagian pengolahan limbah kami akan mengakui sebagai biaya.

c. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam mengukur biaya terkait pengolahan limbah cair?

Jawaban:

Biaya lingkungan dalam kegiatan pengolahan limbah diukur dengan rupiah. Semua biaya yang telah dikeluarkan Rumah Potong Hewan, mengacu pada laporan realisasi anggaran periode sebelumnya.


(5)

d. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam menyajikan biaya terkait pengolahan limbah cair?

Jawaban:

Kami menyajikan biaya-biaya tersebut ke dalam laporan laba rugi bersama dengan biaya lainnya pada pos biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya retribusi dan pajak daerah, serta biaya keamanan dan kebersihan, untuk pengadaan IPAL dimasukkan pada neraca sebagai aset tetap. Rumah Potong Hewan tidak menyajikan laporan khusus biaya lingkungan karena kami berasumsi biaya tersebut sama dengan biaya umum lainnya.

e. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam mengungkapkan biaya terkait pengolahan limbah cair?

Jawaban

Kami mengungkapkan biaya lingkungan lewat catatan atas laporan keuangan. Catatan tersebut berisi tentang metode pengukuran biaya, metode penyusutan, dan beberapa kebijakan akuntansi yang lainnya.


(6)

82 SURAT KETERANGAN PENELITIAN