Subjek Penelitian Metode Pengumpulan Data
pengukuran tentang sikap subjek terhadap objek psikologis atau tentang taraf kepemilikan subjek atas atribut psikologis tertentu
Supratiknya, 2014. Peneliti akan melihat skor total subjek untuk melihat tinggi rendahnya hardiness dalam diri seseorang. Jadi dapat
disimpulkan,bahwa semakin tinggi skor total subjek maka semakin tinggi pula hardiness yang ada di dalam dirinya, demikian pula
sebaliknya ketika skor total subjek adalah rendah maka hardiness dalam diri seseorang dapat dikatakan rendah.
Blue print dari skalahardiness pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Blue Print Skala Hardiness Sebelum Uji Coba
Aspek Nomor Aitem
Total Favorable
Unfavorable 1. Control
1, 6, 7, 10, 12, 28, 35,
42, 53, 58, 59
3, 8, 18, 22, 24, 36, 40,
45, 46, 49, 66
22
2. Commitment 5, 9, 11,
13, 16, 17, 29, 30, 39,
43, 52 2, 14, 21,
26, 27, 31, 32, 38, 44,
50, 55 22
3. Challenge 4, 19, 20,
23, 33, 47, 54, 56, 60,
63, 64 15, 25, 34,
37, 41, 48, 51, 57, 61,
62, 65 22
Total 66
Skala hardiness yang disusun oleh peneliti berjumlah 66 item, dimana terdiri dari 33 item favorable dan 33 item unfavorable. Dari
hasil analisis dengan menggunakan SPSS 21.0 for Windows terhadap 66 item dalam skala hardiness diperoleh sebaran korelasi item-total
bergerak dari angka -0,369 sampai dengan 0,683. Dengan
menggunakan nilai kritis untuk menggugurkan sebesar 0,30 ternyata membuat gugur beberapa item dari aspek yang diteliti. Dari 66 item
yang diujicobakan, item yang gugur karena kurang memenuhi standard adalah sebanyak 20 dan hanya tersisa 46 item yang dianggap
baik dan memenuhi standard. Berikut tabel distribusi setelah ujicoba.
Tabel 2 Blue Print Skala Hardiness Setelah Uji Coba
Aspek Nomor Aitem
Total Favorable
Unfavorable Control
1, 6, 7, 10, 12,
28, 35, 42, 53, 58, 59
3, 8, 18, 22, 24, 36,
40, 45, 46, 49, 66
16
Commitment 5, 9, 11,
13, 16, 17, 29,
30, 39, 43, 52
2, 14, 21, 26, 27, 31,
32, 38, 44, 50, 55
11
Challenge 4, 19, 20,
23, 33, 47, 54, 56,
60, 63, 64 15, 25, 34,
37, 41, 48, 51, 57, 61,
62, 65 19
Total 46
Aitem yang gugur
Tabel 3 Blue Print Skala Hardiness Setelah Uji Coba Nomor baru
Aspek Nomor Aitem
Total Favorable
Unfavorable Control
1, 18, 28, 31, 35, 36,
40, 41 2, 8, 13, 16,
19, 30, 33, 42
16
Commitment 12, 14, 27,
29, 32, 45 10, 15, 25,
34, 39 11
Challenge 5, 6, 9, 11,
17, 22, 23, 24, 37, 46
3, 4, 7, 20, 21, 26, 38,
43, 44 19
Total 46
a. Alasan Pembuatan Skala Hardiness Untuk meneliti hardiness peneliti menggunakan teori yang
diungkapkan oleh Kobasa 1979, 1982 yaitu mengenai adanya tiga komponen dalam kepribadian hardiness control, commitment,
challenge. Hardiness merupakan karakteristik kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan seseorang dalam perlawanannya
terhadap kejadian-kejadian yang buruk dan penuh tekanan. Peneliti menggunakan teori ini karena dianggap dapat menggambarkan
permasalahan penelitian secara tepat. Dalam kaitannya dengan
penggunaan skala, peneliti menemukan adanya skala yang digunakan untuk mengukur hardiness yaitu Dispositional Resilience Scale in
traditional Chinese C-DRS-15, yang diharapkan dapat menjadi skala dalam penelitian mengenai hardiness. Namun pada skala yang
ditemukan oleh peneliti, ternyata memiliki perbedaan teori dalam penyusunannya. Skala C-DRS-15 menggunakan teori yang telah
dimodifikasi oleh penelitinya Bartone, Logan, Lai, dkk., 2014, dan teori yang digunakan untuk menyusun skala ini adalah adanya tiga
aspek dalam hardiness, yaitu a commitment b control adaptation b positivity.
Adanya perbedaan teori dalam penyusunan skala ini membuat peneliti memutuskan untuk menyusun skala baru dengan teori yang
diungkapkan oleh Kobasa 1979, 1982 mengenai aspek dalam hardiness yang meliputi a control b commitment c challenge,
karena aspek-aspek ini lebih sesuai dengan penelitian dan juga memiliki keterkaitan dengan variabel lain yang ada dalam penelitian,
yaitu variabel prokrastinasi akademik. Adanya perbedaan bahasa dan latar belakang budaya juga turut menjadi perhatian bagi peneliti untuk
tidak menggunakan skala internasional, adanya perbedaan ini ditakutkan akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap skala,
sehingga menjadi kurang sesuai untuk dijadikan skala pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Jumlah aitem yang terlalu sedikit, juga ditakutkan menjadi salah satu alasan peneliti untuk menyusun skala baru. Apabila
dilakukan tryout pada skala yang memiliki jumlah aitem sedikit, ditakutkan terdapatnya aitem yang gugur dalam jumlah yang cukup
banyak, dan gugurnya aitem pada skala yang memiliki jumlah aitem sedikit ditakutkan akan menjadikan skala tersebut kurang dapat
menggambarkan aspek-aspek penyusunan skala itu sendiri, serta akan memberikan dampak negatif pada reliabilitas dan validitas skala.
Pada skala hardiness ini peneliti menyusun item dengan jumlah yang sama pada tiap-tiap aspek yang ada dalam kepribadian
hardiness itu sendiri. Item disusun dengan jumlah yang sama, karena tiap-tiap aspek dalam hardiness dapat menggambarkan kepribadian
hardiness itu sendiri dengan kekuatan yang sama. Artinya, tidak ada aspek dalam kepribadian hardiness yang lebih menonjol dalam
menggambarkan hardiness, dibandingkan dengan aspek-aspek
lainnya. Setelah dilakukan uji coba terhadap skala hardiness ini, ditemukan bahwa jumlah item pada masing-masing aspek memiliki
jumlah yang berbeda. Peneliti memutuskan untuk tetap menggunakan item dengan jumlah yang berbeda tersebut,
dengan alasan mempertahankan nilai reliabilitas skala yang sudah baik, serta
mempertahankan item-item yang berkualitas dan memiliki kelayakan untuk dipergunakan dalam skala.
2. Skala Prokrastinasi Akademik Untuk mengkategorikan subjek menjadi individu dengan
prokrastinasi akademik tinggi dan individu dengan prokrastinasi akademik rendah, maka peneliti menggunakan alat ukur berupa Skala Prokrastinasi
Akademik. Jenis skala yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik adalah dengan menggunakan skala Likert, skala prokrastinasi
akademik ini dibuat berdasarkan empat buah indikator yang ada dalam prokrastinasi akademik itu sendiri, yaitu: 1 adanya penundaan dalam
memulai atau menyesuaikan kinerja dalam menghadapi tugas, 2 adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan
dibandingkan tugas itu sendiri, 3 adanya kelambanan dalam mengerjakan tugas
dibandingkan mahasiswa
pada umumnya,
4 adanya
ketidakselarasan waktu antara rencana dengan kinerja aktual dalam pengerjaan tugas. Jumlah aitem pada dua dari empat indikator dari
prokrastinasi akademik ini tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh karena adanya indikator yang dianggap lebih penting, sehingga perlu untuk
mendapatkan bobot yang lebih banyak dalam menentukan jumlah aitem Azwar, 2000.
Dalam skala prokrastinasi akademik, indikator pertama yang menonjol yaitu menunda untuk memulai atau menyelsaikan tugas. Hal ini
disebabkan oleh karena pengukuran kebiasaan belajar adalah dalam memulai maupun menyelesaikan sebuah tugas ataupun pekerjaan Miller
dalam Sinaga, 2007. Indikator berikutnya yang menonjol, yaitu
melakukan hal lain yang lebih menyenangkan, indikator ini perlu diberikan bobot lebih karena hambatan yang biasa dialami mahasiswa
adalah adanya kegiatan di luar tugas akademik yang dapat mengalihkan focus penyelesaian tugas Utama dalam Sinaga, 2007. Maka dari itu,
jumlah item sengaja dibuat berbeda untuk tiap-tiap aspek, dengan jumlah yang lebih banyak pada aspek menunda untuk menyelesaikan suatu tugas
dengan 14 item, dan melakukan hal lain yang lebih menyenangkan, juga dengan 14 item. Sedangkan untuk dua aspek lain, yaitu kelambatan dalam
menyelesaikan tugas, dan kesenjangan waktu, masing-masing dengan jumlah item 12.
Pada skala Likert ini, subjek diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya dalam sebuah kontinum, yang terdiri dari 4 buah
respon: “sangat setuju SS”, “setuju S”, “tidak setuju TS”, “sangat tidak setuju STS”. Penggunaan empat tingkat respon ini dimaksudkan
untuk menghindari adanya tendency central dari subjek sehingga dapat lebih memilih jawaban yang memihak, yakni memaksa subjek untuk
memilih antara jawaban favorable dan unfavorableI, yang artinya tidak memberikan kesempatan kepada subjek untuk memberikan jawaban netral
Supratiknya, 2014. Selain itu pernyataan dalam skala ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Penyataan favorable adalah
penyataan-pernyataan yang bila disetujui atau diiyakan menunjukkan sikap positif atau menyukai objek yang menjadi sasaran perhatian.
Sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan-pernyataan yang
bila disetujui atau diiyakan akan mencerminkan sikap negatif atau tidak menyukai objek yang menjadi pusat perhatian. Anderson, dalam
Supratiknya, 2014. Pada pernyataan yang bersifat favorable, masing-masing respon
mulai “sangat setuju SS” sampai dengan respon “sangat tidak setuju STS” diberi skor berturut-turut 4, 3, 2, 1. Sebaliknya pada pernyataan
bersifat unfavorable, masing-masing respon mulai “sangat setuju SS” sampai dengan respon “sangat tidak setuju STS” diberi skor berturut-
turut 1, 2, 3, 4. Skala Likert merupakan method summated rating atau metode
penilaian terjumlahkan. Sehingga dalam skala ini akan dilihat skor total subjek dalam setiap penyataan. Skor total subjek adalah jumlah skor setiap
pernyataan atau item. Jawaban subjek terhadap setiap pernyataan atau item pada dasarnya merupakan sebuah rating atau penilaian, dan penilaian
tersebut kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan pengukuran tentang sikap subjek terhadap objek psikologis atau tentang taraf kepemilikan
subjek atas atribut psikologis tertentu Supratiknya, 2014. Peneliti akan melihat skor total subjek untuk melihat tinggi rendahnya prokrastinasi
akademik. Jadi dapat disimpulkan,bahwa semakin tinggi skor total subjek maka kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi adalah tinggi dan
semakin rendah skor total subjek maka kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi adalah rendah.
Blue print dari skala prokrastinasi akademik pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Uji Coba
Indikator Nomor Aitem
Total Favorable
Unfavorable 1. Penundaan terhadap
tugas 1, 14, 25,
42, 44, 46, 48
12, 13, 24, 33, 41, 43,
49 14
2. Melakukan aktivitas lain
5, 6, 21, 32, 40, 50,
51 15, 17, 19,
20, 23, 31, 35
14
3. Kelambatan dalam tugas
3, 11, 22, 29, 36, 39
7, 8, 9, 10, 16, 52
12
4. Kesenjangan waktu 2, 4, 28,
30, 34, 47 18, 26, 27,
37, 38, 45 12
Total 52
Uji skala ini menggunakan program SPSS for Windows versi 21.0 dengan cara mengukur korelasi antara skor item dengan skor item total.
Skala ini memiliki jumlah item total sebanyak 48 butir yang terdiri dari 26 item favorable dan 26 item unfavorable. Berdasarkan perhitungan yang
telah dilakukan, ditemukan hasil koefisien korelasi item total berkisar
antara -0,130 sampai dengan 0,795. Kemudian item-item tersebut diseleksi dengan cara menggugurkan item yang memiliki koefisien korelasi item
total kurang dari 0,30. Hasil seleksi menunjukkan adanya 8 item yang dinyatakan tidak layak dan 44 item yang dinyatakan layak dalam
penelitian lebih lanjut. Berikut tabel distribusi setelah ujicoba :
Tabel 5 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba
Indikator Nomor Aitem
Total Favorable
Unfavorable 1. Penundaan terhadap
tugas 1, 14, 25,
42, 44, 46, 48
12, 13, 24, 33, 41, 43,
49 13
2. Melakukan aktivitas lain
5, 6, 21, 32, 40, 50,
51 15, 17, 19,
20, 23, 31, 35
13
3. Kelambatan dalam tugas
3, 11, 22, 29, 36,
39 7, 8, 9, 10,
16, 52 7
4. Kesenjangan waktu 2, 4, 28,
30, 34, 47
18, 26, 27, 37, 38, 45
11
Total 44
Aitem yang gugur
Tabel 6 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba Nomor baru
Indikator Nomor Aitem
Total Favorable
Unfavorable Penundaan terhadap
tugas 2, 9, 11,
30, 32, 34, 42
3, 12, 27, 29, 39, 41
13
Melakukan aktivitas lain
8, 13, 14, 23, 26, 28,
37 1, 10, 17,
31, 36, 44 13
Kelambatan dalam tugas
5, 15, 38 4, 16, 33, 35
7
Kesenjangan waktu 19, 20, 22,
24, 40 2, 6, 7,18,
25, 43 11
Total 44
b. Alasan Pembuatan Skala Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik merupakan perilaku menunda tugas
yang dapat memberikan dampak negatif bagi para pelakunya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Ferrari, Johnson, dan
McCown 1995 mengenai adanya empat aspek dalam prokrastinasi akademik, yaitu : a Penundaan saat akan mulai mengerjakan tugas,
b Melakukan hal lain yang lebih menyenangkan, c Kelambanan
dalam pengerjaan tugas, d Ketidakselarasan waktu antara rencana dan kinerja. Keempat aspek ini menjadi hal yang penting dalam
penelitian, karena dapat menggambarkan permasalahan penelitian yang dikemukakan oleh peneliti.
Untuk pembuatan skala, peneliti sebenarnya telah menemukan skala yang berkaitan dengan prokrastinasi akademik, yaitu Tuckman
Procrastination Scale TPS. Namun skala ini dirasa kurang menggambarkan penelitian, dan tidak dijadikan pilihan oleh peneliti,
karena skala ini mengandung konstruk atau teori yang berbeda dari yang digunakan oleh peneliti. Dalam penyusuanannya, TPS
menggunakan teori yang dikembangkan oleh Tuckman 1991 mengenai adanya tiga aspek dalam prokrastinasi akademik, aspek-
aspek tersebut antara lain adalah a Ketidakpercayaan seseorang kepada dirinya untuk mempu melakukan tugas dengan baik b
Ketidakmampuan seseorang untuk menunda kesenangan c Menyalahkan tugas yang dihadapi sebagai sumber masalah di dalam
kehidupannya. Teori yang digunakan untuk menyusun skala TPS ini, berbeda dengan teori yang digunakan oleh peneliti, maka dari itu
peneliti memilih untuk menyusun skala baru dengan menggunakan teori yang diungkapkan oleh Ferrari, Johnson, dan McCown 1995,
karena teori ini dianggap lebih sesuai dengan penelitian, serta dapat dihubungkan dengan variabel penelitian lain yang digunakan oleh
peneliti, yaitu hardiness.
Selain itu peneliti menggunakan teori tersebut agar skala yang diperoleh dapat lebih menggambarkan penelitian yang sedang disusun.
Adanya perbedaan bahasa dan latar belakang budaya juga turu menjadi perhatian bagi peneliti untuk tidak menggunakan skala
internasional, adanya perbedaan ini ditakutkan akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap skala, sehingga menjadi kurang sesuai
untuk dijadikan skala pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.