Subjek Penelitian Metode Pengumpulan Data

pengukuran tentang sikap subjek terhadap objek psikologis atau tentang taraf kepemilikan subjek atas atribut psikologis tertentu Supratiknya, 2014. Peneliti akan melihat skor total subjek untuk melihat tinggi rendahnya hardiness dalam diri seseorang. Jadi dapat disimpulkan,bahwa semakin tinggi skor total subjek maka semakin tinggi pula hardiness yang ada di dalam dirinya, demikian pula sebaliknya ketika skor total subjek adalah rendah maka hardiness dalam diri seseorang dapat dikatakan rendah. Blue print dari skalahardiness pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Blue Print Skala Hardiness Sebelum Uji Coba Aspek Nomor Aitem Total Favorable Unfavorable 1. Control 1, 6, 7, 10, 12, 28, 35, 42, 53, 58, 59 3, 8, 18, 22, 24, 36, 40, 45, 46, 49, 66 22 2. Commitment 5, 9, 11, 13, 16, 17, 29, 30, 39, 43, 52 2, 14, 21, 26, 27, 31, 32, 38, 44, 50, 55 22 3. Challenge 4, 19, 20, 23, 33, 47, 54, 56, 60, 63, 64 15, 25, 34, 37, 41, 48, 51, 57, 61, 62, 65 22 Total 66 Skala hardiness yang disusun oleh peneliti berjumlah 66 item, dimana terdiri dari 33 item favorable dan 33 item unfavorable. Dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS 21.0 for Windows terhadap 66 item dalam skala hardiness diperoleh sebaran korelasi item-total bergerak dari angka -0,369 sampai dengan 0,683. Dengan menggunakan nilai kritis untuk menggugurkan sebesar 0,30 ternyata membuat gugur beberapa item dari aspek yang diteliti. Dari 66 item yang diujicobakan, item yang gugur karena kurang memenuhi standard adalah sebanyak 20 dan hanya tersisa 46 item yang dianggap baik dan memenuhi standard. Berikut tabel distribusi setelah ujicoba. Tabel 2 Blue Print Skala Hardiness Setelah Uji Coba Aspek Nomor Aitem Total Favorable Unfavorable Control 1, 6, 7, 10, 12, 28, 35, 42, 53, 58, 59 3, 8, 18, 22, 24, 36, 40, 45, 46, 49, 66 16 Commitment 5, 9, 11, 13, 16, 17, 29, 30, 39, 43, 52 2, 14, 21, 26, 27, 31, 32, 38, 44, 50, 55 11 Challenge 4, 19, 20, 23, 33, 47, 54, 56, 60, 63, 64 15, 25, 34, 37, 41, 48, 51, 57, 61, 62, 65 19 Total 46 Aitem yang gugur Tabel 3 Blue Print Skala Hardiness Setelah Uji Coba Nomor baru Aspek Nomor Aitem Total Favorable Unfavorable Control 1, 18, 28, 31, 35, 36, 40, 41 2, 8, 13, 16, 19, 30, 33, 42 16 Commitment 12, 14, 27, 29, 32, 45 10, 15, 25, 34, 39 11 Challenge 5, 6, 9, 11, 17, 22, 23, 24, 37, 46 3, 4, 7, 20, 21, 26, 38, 43, 44 19 Total 46 a. Alasan Pembuatan Skala Hardiness Untuk meneliti hardiness peneliti menggunakan teori yang diungkapkan oleh Kobasa 1979, 1982 yaitu mengenai adanya tiga komponen dalam kepribadian hardiness control, commitment, challenge. Hardiness merupakan karakteristik kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan seseorang dalam perlawanannya terhadap kejadian-kejadian yang buruk dan penuh tekanan. Peneliti menggunakan teori ini karena dianggap dapat menggambarkan permasalahan penelitian secara tepat. Dalam kaitannya dengan penggunaan skala, peneliti menemukan adanya skala yang digunakan untuk mengukur hardiness yaitu Dispositional Resilience Scale in traditional Chinese C-DRS-15, yang diharapkan dapat menjadi skala dalam penelitian mengenai hardiness. Namun pada skala yang ditemukan oleh peneliti, ternyata memiliki perbedaan teori dalam penyusunannya. Skala C-DRS-15 menggunakan teori yang telah dimodifikasi oleh penelitinya Bartone, Logan, Lai, dkk., 2014, dan teori yang digunakan untuk menyusun skala ini adalah adanya tiga aspek dalam hardiness, yaitu a commitment b control adaptation b positivity. Adanya perbedaan teori dalam penyusunan skala ini membuat peneliti memutuskan untuk menyusun skala baru dengan teori yang diungkapkan oleh Kobasa 1979, 1982 mengenai aspek dalam hardiness yang meliputi a control b commitment c challenge, karena aspek-aspek ini lebih sesuai dengan penelitian dan juga memiliki keterkaitan dengan variabel lain yang ada dalam penelitian, yaitu variabel prokrastinasi akademik. Adanya perbedaan bahasa dan latar belakang budaya juga turut menjadi perhatian bagi peneliti untuk tidak menggunakan skala internasional, adanya perbedaan ini ditakutkan akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap skala, sehingga menjadi kurang sesuai untuk dijadikan skala pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Jumlah aitem yang terlalu sedikit, juga ditakutkan menjadi salah satu alasan peneliti untuk menyusun skala baru. Apabila dilakukan tryout pada skala yang memiliki jumlah aitem sedikit, ditakutkan terdapatnya aitem yang gugur dalam jumlah yang cukup banyak, dan gugurnya aitem pada skala yang memiliki jumlah aitem sedikit ditakutkan akan menjadikan skala tersebut kurang dapat menggambarkan aspek-aspek penyusunan skala itu sendiri, serta akan memberikan dampak negatif pada reliabilitas dan validitas skala. Pada skala hardiness ini peneliti menyusun item dengan jumlah yang sama pada tiap-tiap aspek yang ada dalam kepribadian hardiness itu sendiri. Item disusun dengan jumlah yang sama, karena tiap-tiap aspek dalam hardiness dapat menggambarkan kepribadian hardiness itu sendiri dengan kekuatan yang sama. Artinya, tidak ada aspek dalam kepribadian hardiness yang lebih menonjol dalam menggambarkan hardiness, dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Setelah dilakukan uji coba terhadap skala hardiness ini, ditemukan bahwa jumlah item pada masing-masing aspek memiliki jumlah yang berbeda. Peneliti memutuskan untuk tetap menggunakan item dengan jumlah yang berbeda tersebut, dengan alasan mempertahankan nilai reliabilitas skala yang sudah baik, serta mempertahankan item-item yang berkualitas dan memiliki kelayakan untuk dipergunakan dalam skala. 2. Skala Prokrastinasi Akademik Untuk mengkategorikan subjek menjadi individu dengan prokrastinasi akademik tinggi dan individu dengan prokrastinasi akademik rendah, maka peneliti menggunakan alat ukur berupa Skala Prokrastinasi Akademik. Jenis skala yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik adalah dengan menggunakan skala Likert, skala prokrastinasi akademik ini dibuat berdasarkan empat buah indikator yang ada dalam prokrastinasi akademik itu sendiri, yaitu: 1 adanya penundaan dalam memulai atau menyesuaikan kinerja dalam menghadapi tugas, 2 adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dibandingkan tugas itu sendiri, 3 adanya kelambanan dalam mengerjakan tugas dibandingkan mahasiswa pada umumnya, 4 adanya ketidakselarasan waktu antara rencana dengan kinerja aktual dalam pengerjaan tugas. Jumlah aitem pada dua dari empat indikator dari prokrastinasi akademik ini tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh karena adanya indikator yang dianggap lebih penting, sehingga perlu untuk mendapatkan bobot yang lebih banyak dalam menentukan jumlah aitem Azwar, 2000. Dalam skala prokrastinasi akademik, indikator pertama yang menonjol yaitu menunda untuk memulai atau menyelsaikan tugas. Hal ini disebabkan oleh karena pengukuran kebiasaan belajar adalah dalam memulai maupun menyelesaikan sebuah tugas ataupun pekerjaan Miller dalam Sinaga, 2007. Indikator berikutnya yang menonjol, yaitu melakukan hal lain yang lebih menyenangkan, indikator ini perlu diberikan bobot lebih karena hambatan yang biasa dialami mahasiswa adalah adanya kegiatan di luar tugas akademik yang dapat mengalihkan focus penyelesaian tugas Utama dalam Sinaga, 2007. Maka dari itu, jumlah item sengaja dibuat berbeda untuk tiap-tiap aspek, dengan jumlah yang lebih banyak pada aspek menunda untuk menyelesaikan suatu tugas dengan 14 item, dan melakukan hal lain yang lebih menyenangkan, juga dengan 14 item. Sedangkan untuk dua aspek lain, yaitu kelambatan dalam menyelesaikan tugas, dan kesenjangan waktu, masing-masing dengan jumlah item 12. Pada skala Likert ini, subjek diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya dalam sebuah kontinum, yang terdiri dari 4 buah respon: “sangat setuju SS”, “setuju S”, “tidak setuju TS”, “sangat tidak setuju STS”. Penggunaan empat tingkat respon ini dimaksudkan untuk menghindari adanya tendency central dari subjek sehingga dapat lebih memilih jawaban yang memihak, yakni memaksa subjek untuk memilih antara jawaban favorable dan unfavorableI, yang artinya tidak memberikan kesempatan kepada subjek untuk memberikan jawaban netral Supratiknya, 2014. Selain itu pernyataan dalam skala ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Penyataan favorable adalah penyataan-pernyataan yang bila disetujui atau diiyakan menunjukkan sikap positif atau menyukai objek yang menjadi sasaran perhatian. Sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan-pernyataan yang bila disetujui atau diiyakan akan mencerminkan sikap negatif atau tidak menyukai objek yang menjadi pusat perhatian. Anderson, dalam Supratiknya, 2014. Pada pernyataan yang bersifat favorable, masing-masing respon mulai “sangat setuju SS” sampai dengan respon “sangat tidak setuju STS” diberi skor berturut-turut 4, 3, 2, 1. Sebaliknya pada pernyataan bersifat unfavorable, masing-masing respon mulai “sangat setuju SS” sampai dengan respon “sangat tidak setuju STS” diberi skor berturut- turut 1, 2, 3, 4. Skala Likert merupakan method summated rating atau metode penilaian terjumlahkan. Sehingga dalam skala ini akan dilihat skor total subjek dalam setiap penyataan. Skor total subjek adalah jumlah skor setiap pernyataan atau item. Jawaban subjek terhadap setiap pernyataan atau item pada dasarnya merupakan sebuah rating atau penilaian, dan penilaian tersebut kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan pengukuran tentang sikap subjek terhadap objek psikologis atau tentang taraf kepemilikan subjek atas atribut psikologis tertentu Supratiknya, 2014. Peneliti akan melihat skor total subjek untuk melihat tinggi rendahnya prokrastinasi akademik. Jadi dapat disimpulkan,bahwa semakin tinggi skor total subjek maka kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi adalah tinggi dan semakin rendah skor total subjek maka kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi adalah rendah. Blue print dari skala prokrastinasi akademik pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Uji Coba Indikator Nomor Aitem Total Favorable Unfavorable 1. Penundaan terhadap tugas 1, 14, 25, 42, 44, 46, 48 12, 13, 24, 33, 41, 43, 49 14 2. Melakukan aktivitas lain 5, 6, 21, 32, 40, 50, 51 15, 17, 19, 20, 23, 31, 35 14 3. Kelambatan dalam tugas 3, 11, 22, 29, 36, 39 7, 8, 9, 10, 16, 52 12 4. Kesenjangan waktu 2, 4, 28, 30, 34, 47 18, 26, 27, 37, 38, 45 12 Total 52 Uji skala ini menggunakan program SPSS for Windows versi 21.0 dengan cara mengukur korelasi antara skor item dengan skor item total. Skala ini memiliki jumlah item total sebanyak 48 butir yang terdiri dari 26 item favorable dan 26 item unfavorable. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, ditemukan hasil koefisien korelasi item total berkisar antara -0,130 sampai dengan 0,795. Kemudian item-item tersebut diseleksi dengan cara menggugurkan item yang memiliki koefisien korelasi item total kurang dari 0,30. Hasil seleksi menunjukkan adanya 8 item yang dinyatakan tidak layak dan 44 item yang dinyatakan layak dalam penelitian lebih lanjut. Berikut tabel distribusi setelah ujicoba : Tabel 5 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba Indikator Nomor Aitem Total Favorable Unfavorable 1. Penundaan terhadap tugas 1, 14, 25, 42, 44, 46, 48 12, 13, 24, 33, 41, 43, 49 13 2. Melakukan aktivitas lain 5, 6, 21, 32, 40, 50, 51 15, 17, 19, 20, 23, 31, 35 13 3. Kelambatan dalam tugas 3, 11, 22, 29, 36, 39 7, 8, 9, 10, 16, 52 7 4. Kesenjangan waktu 2, 4, 28, 30, 34, 47 18, 26, 27, 37, 38, 45 11 Total 44  Aitem yang gugur Tabel 6 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba Nomor baru Indikator Nomor Aitem Total Favorable Unfavorable Penundaan terhadap tugas 2, 9, 11, 30, 32, 34, 42 3, 12, 27, 29, 39, 41 13 Melakukan aktivitas lain 8, 13, 14, 23, 26, 28, 37 1, 10, 17, 31, 36, 44 13 Kelambatan dalam tugas 5, 15, 38 4, 16, 33, 35 7 Kesenjangan waktu 19, 20, 22, 24, 40 2, 6, 7,18, 25, 43 11 Total 44 b. Alasan Pembuatan Skala Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik merupakan perilaku menunda tugas yang dapat memberikan dampak negatif bagi para pelakunya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Ferrari, Johnson, dan McCown 1995 mengenai adanya empat aspek dalam prokrastinasi akademik, yaitu : a Penundaan saat akan mulai mengerjakan tugas, b Melakukan hal lain yang lebih menyenangkan, c Kelambanan dalam pengerjaan tugas, d Ketidakselarasan waktu antara rencana dan kinerja. Keempat aspek ini menjadi hal yang penting dalam penelitian, karena dapat menggambarkan permasalahan penelitian yang dikemukakan oleh peneliti. Untuk pembuatan skala, peneliti sebenarnya telah menemukan skala yang berkaitan dengan prokrastinasi akademik, yaitu Tuckman Procrastination Scale TPS. Namun skala ini dirasa kurang menggambarkan penelitian, dan tidak dijadikan pilihan oleh peneliti, karena skala ini mengandung konstruk atau teori yang berbeda dari yang digunakan oleh peneliti. Dalam penyusuanannya, TPS menggunakan teori yang dikembangkan oleh Tuckman 1991 mengenai adanya tiga aspek dalam prokrastinasi akademik, aspek- aspek tersebut antara lain adalah a Ketidakpercayaan seseorang kepada dirinya untuk mempu melakukan tugas dengan baik b Ketidakmampuan seseorang untuk menunda kesenangan c Menyalahkan tugas yang dihadapi sebagai sumber masalah di dalam kehidupannya. Teori yang digunakan untuk menyusun skala TPS ini, berbeda dengan teori yang digunakan oleh peneliti, maka dari itu peneliti memilih untuk menyusun skala baru dengan menggunakan teori yang diungkapkan oleh Ferrari, Johnson, dan McCown 1995, karena teori ini dianggap lebih sesuai dengan penelitian, serta dapat dihubungkan dengan variabel penelitian lain yang digunakan oleh peneliti, yaitu hardiness. Selain itu peneliti menggunakan teori tersebut agar skala yang diperoleh dapat lebih menggambarkan penelitian yang sedang disusun. Adanya perbedaan bahasa dan latar belakang budaya juga turu menjadi perhatian bagi peneliti untuk tidak menggunakan skala internasional, adanya perbedaan ini ditakutkan akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap skala, sehingga menjadi kurang sesuai untuk dijadikan skala pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

F. Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas merupakan hal yang penting dalam alat ukur, karena dengan adanya validitas dan reliabilitas yang baik menunjukkan bahwa alat ukur tersebut dapat menunjukkan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. 1. Validitas Validitas adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap skala Azwar, 2005. Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya, artinya sejauh mana suatu skala mampu menguur apa yang seharusnya diukur Azwar, 2005; Supratiknya, 1998.Validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi, yang dapat diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau melalui professional judgement Azwar, 2005. Salah satu caranya adalah dengan mengkonsulitasikan item-item yang telah dibuat pada skala kepada pihak yang berkompeten, dalam hal ini yang dimaksud adalah dosen pembimbing. Dalam melihat sebuah skala, hal yang perlu menjadi perhatian adalah daya beda atau daya diskriminasi item yang berarti sejauh mana item mampu membedakan antara individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur Azwar, 2005. Sebuah item dikatakan baik, apabila item tersebut mampu membedakan subjek yang bersikap positif dan subjek yang bersikap negatif.Sementara itu, hal yang perlu diperhatikan dalam melihat validitas pada sebuah skala yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor item total, yang akan menghasilkan koefisien korelasi item total rix. Koefisien korelasi dikatakan baik apabila batasan koefisien korelasi tersebut = 0,30. Apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan dengan menurunkan batasan koefisien korelasi menjadi = 0.25. Azwar 2005, menyebutkan bahwa item yang memiliki koefisien orelasi di bawah batasan dapat dikatakan memiliki daya beda yang rendah. 2. Reliabilitas Reliabiltas dapat diartikan sebagai keajegan, atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada taraf kepercayaan atau konsistensi hasil ukur Azwar, 2005. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan data jawaban respon, yang dihasilkan dari uji coba item. Reliabilitas dapat dinyatakan dengan koefisien reliabilitas rix, yang memiliki rentang 0 hingga 1,00. Dari penjelasan tersebut, dapat diartikan bahwa semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi pula reliabilitasnya. Pada penelitian ini, digunakan pendekatan konsistensi internal untuk memperkirakan tinggi rendahnya reliabilitas dengan menggunakan teknik estimasi Alpha α dari Cronbach. Data untuk menghitung koefisien reliablitas Alpha diperoleh melaluui penyajian skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden Azwar, 2005. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas skala prokrastinasi akademik sebesar 0,949 sedangkan pada skala hardiness sebesar 0,911.

G. Metode Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hardiness dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa tingkat akhir. 1. Uji Asumsi Terbagi menjadi dua, yaitu uji normalitas dan linearitas. Uji normalitas digunakan untuk melihat normal atau tidaknya sebuah data, sedangkan uji linearitas digunakan untuk melihat linear atau tidaknya sebuah data. 2. Uji Hipotesis Untuk melihat hasil dari hipotesis penelitian, digunakan teknik korelasi, yaitu dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Carl Pearson, dengan masing-masing aspek yang terdapat pada variabel independent hardiness dikorelasikan dengan variabel prokrastinasi akademik. Teknik ini mempunyai tujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel hardiness dengan variabel prokrastinasi akademik, sekaligus difungsikan pula untuk melihat arah hubungan diantara kedua variabel tersebut, apakah berarah negatif - ataukah berarah positif -. 3. Analisis Tambahan Oleh karena kebutuhan dalam penelitian untuk melihat sumbangan koefisien determinan dari variabel hardiness terhadap variabel prokrastinasi akademik, peneliti menggunakan analisis regresi untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan masing-masing aspek dalam variabel hardiness control, commitment, dan challenge terhadap variabel prokrastinasi akademik. 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 8 April 2015 sampai dengan 18 April 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus III Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sedang menghadapi tugas akhir atau skripsi. Subjek penelitian terdiri dari beberapa fakultas yang ada di Universitas Sanata Dharma, yaitu Psikologi, Farmasi, Pendidikan Matematika. Untuk subjek yang berasal dari fakultas Psikologi dan Farmasi, peneliti menggunakan wawancara informal untuk mengetahui identitas subjek yang terkait dengan penelitian. Sedangkan untuk pengambilan data pada fakultas Pendidikan Matematika, subjek memberikan skala kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kelas Micro-Teaching, dan sudah mengambil skripsi. Jumlah skala yang disebarkan oleh peneliti berjumlah 100 eksemplar, dan setelah melakukan penyebaran terhadap 100 subyek penelitian kesemuanya kembali ke tangan peneliti dalam keadaan baik dan terisi.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA DAYA JUANG DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG Hubungan Antara Daya Juang Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Yang Mengerjakan Skripsi.

0 7 12

HUBUNGAN ANTARA DAYA JUANG DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG Hubungan Antara Daya Juang Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Yang Mengerjakan Skripsi.

0 3 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Daya Juang Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Yang Mengerjakan Skripsi.

1 8 9

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA INTI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA Hubungan Antara Dukungan Keluarga Inti Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.

0 3 24

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK Hubungan Antara Harga Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

1 1 16

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK Hubungan Antara Harga Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

1 0 21

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

1 5 19

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Hubungan Antara Keaktifan Berorganisasi dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Aktivis Organisasi.

4 16 15

Hubungan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

3 14 142