Prokrastinasi Akademik LANDASAN TEORI
a. Functional Procrastination Prokrastinasi fungsional adalah perilaku menunda mengerjakan
tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat. Mereka yang melakukan penundaan ini memandang sebuah tugas
harus dikerjakan secara sempurna, dengan tujuan mendapatkan
penyelesaian yang baik, meskipun mereka harus melewati waktu yang optimal untuk mulai mengerjakan tugas tersebut.
b. Disfunctional Procrastination Prokrastinasi disfungsional adalah perilaku menunda yang tidak
bertujuan, yang memiliki akibat buruk dan menimbulkan masalah bagi pelakunya. Bentuk penundaan ini dilakukan tanpa disertai suatu alasan
yang berguna bagi pelakunya, maupun orang lain. Prokrastinasi jenis ini dapat menimbulkan masalah bagi pelaku prokrastinasi apabila tidak bisa
melepaskan diri dari kebiasaan menunda tersebut. Prokrastinasi disfungsional dibagi lagi menjadi dua hal berdasarkan tujuan mereka
melakukan penundaan : 1 Decisional procrastination
Merupakan perilaku menunda dalam langkah mengambil keputusan, prokrastinasi ini terjadi karena kegagalan dalam
mengidentifikasi tugas yang menyebabkan konflik dalam diri individu, sehingga memutuskan untuk melakukan perilaku
menunda. Ferrari dalam Ghufron, 2003, menjelaskan bahwa prokrastinasi ini dilakukan sebagai bentuk coping yang
ditawarkan untuk menyesuaikan diri dalam pembuatan keputusan pada situasi yang dipersepsikan penuh stres.
Prokrastinasi jenis ini berhubungan dengan kelupaan atau kegagalan proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan
kurangnya tingkat intelegensi seseorang. 2 Avoidance procrastination
Merupakan perilaku menunda yang dilakukan dalam perilaku yang tampak. Penundaan ini dilakukan sebagai sebuah
cara untuk
menghindari tugas
yang dirasa
kurang menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Prokrastinasi ini
dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan, dimana hal ini akan mendatangkan nilai negatif
dalam dirinya atau mengancam self-esteem nya sehingga seseorang menunda untuk melakukan sesuatu yang nyata yang
berhubungan dengan tugasnya.
Sedangkan menurut jenis tugasnya, prokrastinasi dibagi menjadi dua jenis yaitu prokrastinasi akademik, dan prokrastinasi non-akademik
Ferrari, dkk., 1995. a. Prokrastinasi Akademik
Adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal, yang berhubungan dengan bidang akademik, contohnya adalah
penundaan terhadap tugas kuliah, tugas akhir atau tugas kursus.
b. Prokrastinasi Non-Akademik Adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non formal
atau berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, contohnya adalah penundaan terhadap tugas sosial, menunda membersihkan sangkar
burung, dan memberi makan burung.
Dalam penelitian ini, jenis prokrastinasi yang digunakan adalah prokrastinasi akademik yang disfungsional. Pelaku dari prokrastinasi
mengarah pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan melakukan perilaku menunda yang tidak bertujuan. Salomon dan Rothbum
1984 menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik sekali lagi adalah kecenderungan yang dilakukan oleh individu untuk menunda tugas
akademik hampir selalu dan selalu. Selain itu mereka juga menyebutkan terdapatnya 6 area akademik yang sering dijadikan sebagai “bahan”
prokrastinasi oleh pelajar, yaitu : a. Menulis
meliputi penundaan melaksanakan kewajiban menulis makalah, laporan praktikum, serta tugas menulis lainnya
b. Belajar untuk menghadapi ujian mencakup penundaan belajar untuk menghadapi kuis, ujian tengah
semester hingga ujian akhir semester
c. Membaca menunda membaca buku referensi yang berkaitan dengan tugas
akademik yang diwajibkan d. Kinerja administratif
penundaan pengerjaan dan penyelesaian tugas-tugas administratif, seperti menyalin catatan kuliah, mendaftarkan diri dalam presensi
kehadiran e. Menghadiri pertemuan
penundaan atau keterlambatan menghadiri kuliah, praktikum dan pertemuan lainnya
f. Kinerja akademik secara keseluruhan
mencakup penundaan mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan. Kinerja akademik secara keseluruhan
dapat berarti seseorang dapat melakukan prokrastinasi di beberapa area akademik, seperti menulis, membaca, menghadiri pertemuan, kinerja
administratif, dll.
3. Aspek Prokrastinasi Akademik Ferrari, Johnson, dan McCown 1995 menjelaskan bahwa
dinamika psikologis yang memunculkan prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam aspek-aspek sebagai berikut :
a. Penundaan dalam proses memulai maupun menyelesaikan terhadap tugas
Merupakan kondisi ketika seseorang mengetahui bahwa ia memiliki tugas yang sangat penting untuk
diselesaikan, namun masih memilih untuk melakukan penundaan dalam proses memulai untuk mengerjakan atau
bahkan saat proses pengerjaan. b. Melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan daripada
menyelesaikan tugas Merupakan kondisi dimana prokrastinator
secara sengaja lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain yang
dipandang lebih menyenangkan, dibandingkan dengan
menyelesaikan atau bahkan memulai untuk mengerjakan tugas yang seharusnya segera diselesaikan.
c. Adanya kelambanan yang disengaja dalam mengerjakan tugas Merupakan kondisi dimana prokrastinator merasa
membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk melakukan persiapan yang berlebihan, yang bahkan tidak berhubungan
dengan tugas itu sendiri, dimana hal ini dilakukan tanpa memperhitungkan
batas waktu
yang dimiliki
untuk menyelesaikan tugas yang berkaitan. Oleh karena hal inilah
prokrastinator memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan
suatu tugas.
d. Ketidakselarasan waktu antara rencana pengerjaan tugas dengan kinerja aktual
Merupakan kondisi dimana prokrastinatior sering mengalami kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya deadline. Batas
waktu penyelesaian
tugas sebenarnya
sudah direncanakan dan dipahami oleh prokrastinator itu sendiri,
namun pada kondisi ini prokrastinator tidak segera mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang telah ia rencanakan,
sehingga justru menyebabkan kegagalan dan keterlambatan dalam pengerjaan sebuah tugas.
4. Dampak Prokrastinasi Burka dan Yuen dalam Ghufron, 2008, menjelaskan bahwa
prokrastinasi mengganggu dalam dua hal, yaitu : a. Prokrastinasi mengakibatkan munculnya masalah internal, seperti
munculnya perasaan bersalah atau menyesal b. Prokrastinasi mengakibatkan munculnya masalah eksternal, seperti
melakukan penundaan terhadap tugas, sehingga membuat pelaku prokrastinasi tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik.
Kemudian dijelaskan pula oleh Ferrari, Johnson dan McCown 1995, bahwa dampak prokrastinasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Dampak Internal Beberapa penyebab prokrastinasi muncul dari dalam diri
prokrastinator. Saat prokrastinator memiliki tendensi tertentu akan suatu hal, tendensi tersebut akan tertanam dalam diri prokrastinatior.
Sebagai contoh, jika prokrastinatior memiliki perasaan takut gagal, dan prokrastinatior melakukan prokrastinasi kronis terhadap suatu tugas,
maka prokrastinatior akan selalu melakukan penundaan dalam tugas, dimana prokrastinator merasa gagal. Siswa yang berpikir bahwa semua
mata pelajaran itu sulit, maka siswa tersebut akan berpikir takut gagal atau berbuat kesalahan dan menunda belajar atau mengerjakan tugas-
tugasnya. Dampak internal prokrastinasi adalah apa yang dirasakan oleh
individu terkait dengan kondisi afektif, yaitu dapat menyebabkan rasa frustrasi, marah serta perasaan bersalah. Tice dan Baumister 1997
menyebutkan bahwa prokrastinasi akademik akan menimbulkan munculnya symtom penyakit dan stres yang semakin meningkat, yang
akan berdampak pada melemahnya kondisi fisik dan mental seseorang. b. Dampak Eksternal
Gunawinata, Nanik, dan Lasmono 2008, menjelaskan bahwa dampak eksternal prokrastinasi berkaitan dengan hal-hal di luar pribadi
seseorang, seperti menurunnya prestasi akademik, hilangnya
kesempatan untuk maju, serta hilangnya waktu dengan sia-sia. Surijah dan Sia 2006 menjelaskan bahwa berdasarkan meta-analisis r=-0,27
prokrastinasi berkorelasi negatif dengan prestasi akademik, artinya semakin tinggi prokrastinasi, maka prestasi akademik seseorang akan
semakin rendah. Rizvi, 1997 menambahkan bahwa akibat dari perilaku
prokrastinasi akademik adalah terganggunya penyediaan dan persiapan lulusan yang berkualitas, berkurangnya kesempatan bagi yang lain
untuk belajar, serta terjadinya pemborosan waktu, tenaga, dan biaya. Roig dan DeTomasso 1995, menjelaskan bahwa selain menimbulkan
dampak negatif bagi pribadi, prokrastinasi juga memiliki dampak negatif bagi sebuah institusi, seperti terjadinya kecurangan akademis
atau plagiat. Selain itu Grunschel, Partzek, dan Fries 2013 juga
menambahkan bahwa terdapat enam kategori yang menjadi dampak dari perilaku prokrastinasi, yaitu :
1 Affective Meliputi
munculnya perasaan
marah kecemasan,
ketidaknyamanan, perasaan tertekan, sedih serta perasaan negatif lainnya.
2 Mental and physycal states Meliputi munculnya kondisi stres yang kemudian akan
berdampak pada fisik, keletihan, masalah tidur seperti
insomnia, hingga munculnya penyakit dalam tubug seseorang.
3 Behavioural Menyebabkan seseorang tidak dapat merubah perilaku
negatifnya prokrastinasi menjadi sebuah kebiasaan 4 Personality
Hadirnya self-concept yang negatif, atau konsep diri yang negatif dalam diri seseorang
5 Course of study Meliputi tugas-tugas yang menumpuk, keterlambatan
pengumpulan tugas, terdesak oleh waktu, kualitas kerja yang menurun, lamanya penyelesaian studi, hingga
terjadinya dropout dalam lingkup mahasiwa. 6 Private life
Mengalami problema
dalam hubungan
sosial, pembengkakan biaya yang biasa terjadi karena lamanya
waktu untuk berkuliah, serta pandangan yang terbatas akan masa depan dirinya.
Melalui beberapa penjelasan mengenai dampak prokrastinasi di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi memberikan begitu banyak
dampak negatif, meskipun ada dampak positif dari prokrastinasi yaitu dapat mengatasi kecemasan dan bad mood, namun hanya untuk sementara
waktu. Prokrastinasi memberikan dampak negatif dalam aspek-aspek
kehidupan seseorang, misalnya dampak negatif yang terkait dengan perasaan, atau hal-hal di luar individu, hal ini menjelaskan bahwa
prokrastinasi memberikan dampak yang merugikan bagi pelakunya atau bagi orang yang berada di dalam lingkup kehidupan pelaku prokrastinasi
prokrastinator. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik
Di dalam lingkup pendidikan prokrastinasi akademik telah memberikan banyak keraguan dan dampak negatif bagi pelakunya.
Seseorang yang melakukan perilaku prokrastinasi melakukan prokrastinasi karena sebab-sebab yang berbeda, oleh karena itu beberapa peneliti
mengelompokkan hal tersebut dalam sebutan faktor. Prokrastinasi merupakan hasil kombinasi a ketidakpercayaan akan kemampuannya
melakukan suatu tugas b ketidakmampuan untuk menunda kesenangan dan c menyalahkan sesuatu di luar dirinya untuk kesalahan yang
dilakukannya Elis Knaus, dalam Gunawinata, dkk., 2008. Selain itu, Steel 2003 menjelaskan terdapatnya empat faktor yang mendukung
terjadinya perilaku prokrastinasi, antara lain sebagai berikut : a. Karakteristik Tugas
Faktor ini mengindikasikan kemungkinan terdapatnya pengaruh
luar indvidu
yang menyebabkan
perilaku prokrastinasi. Karakteristik tugas ini meliputi :
1 Waktu pemberian reward dan punishment Dimana
dijelaskan adanya
temporal proximity jika tugas semakin dekat prokrastinasi
menurun, jika tugas masih berada tenggang waktu yang lama dari deadline maka prokrastinasi terjadi,
yang merupakan penyebab alami dari perilaku prokrastinasi. Samuel Johnson dalam Steel, 2007,
menambahkan bahwa kecemasan yang paling besar saat-saat terakhir akan menimbulkan kesan yang
kuat. 2 Task Aversiveness
Seseorang menunda sebuah tugas karena berbagai alasan, namun ketika alasannya adalah
karena tidak menyukai tugas yang harus dihadapi, maka hal ini disebut sebagai task aversiveness,
penundaan atas alasan tidak menyukai sebuah tugas. b. Perbedaan Individual
Steel 2007 melakukan penelitian dan pengelompokan terhadap lima tipe kepribadian yang dianggap berkaitan dengan
prokrastinasi, yaitu Neurocitism, Extraversion, Agreeableness, Openess to experience, dan Conscientiousness. Di dalam
penelitian tersebut dijelaskan mana yang memiliki andil terhadap terjadinya perilaku prokrastinasi, dan mana yang tidak.
Tipe kepribadian openess to experience yang dicerminkan dengan fantasi seseorang, kedalaman perasaan, perilaku yang
fleksibel, serta rasa keingintahuan seseorang, disebutkan tidak berkorelasi dengan prokrastinasi. Berbeda dengan tipe
kepribadian agreeableness yang memiliki korelasi negatif dengan perilaku prokrastinasi. Kemudian disebutkan pula
bahwa tipe kepribadian conscientiousness merupakan prediktor negatif terkuat terhadap perilaku prokrastinasi, demikian pula
dengan tipe kepribadian extraversion, melalui komponen impulsiveness yang dipercaya turut memberikan andil dalam
terjadinya perilaku prokrastinasi. Dari studi literatur yang dilakukan oleh beberapa peneliti disebutkan bahwa tipe
kepribadian neurocitism merupakan sumber utama terjadinya perilaku prokrastinasi, karena terdapatnya komponen dalam
tipe kepribadian ini, seperti depression, low self-efficacy and low self-esteem, yang disinyalir menjadi penyebab terjadinya
perilaku prokrastinasi. c. Demografi
Munculnya perilaku prokrastinasi di dalam sebuah populasi tidak hanya disebabkan oleh sifat-sifat kepribadian
saja, penelitian telah menyebutkan terdapatnya faktor demografi yang menyebabkan perilaku prokrastinasi. Faktor
demografi tersebut meliputi usia seseorang, dimana ketika usia
bertambah dan pola pemikiran berkembang orang akan mereduksi perilaku prokrastinasi. Kemudian, terdapat pula
gender, dimana pria disebutkan lebih banyak melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan wanita Steel, 2007.
d. Fenomenologi prokrastinasi Merupakan intended-action gap, mood, dan kinerja
Steel, 2007. Disebutkan bahwa orang yang melakukan prokrastinasi pada awalnya tidak memiliki maksud untuk
melakukan perilaku tersebut, tetapi kemudian secara tak sadar ia akan melakukan perilaku tersebut. Berkaitan dengan kinerja,
seseorang akan melakukan prokrastinasi dengan tujuan untuk menghindari kecemasan dan meningkatkan kinerja terhadap
sebuah tugas, karena dengan melakukan prokrastinasi mereka dapat mengeluarkan seluruh kemampuan fisik dan kognitif
ketika tenggat waktu mendekat.
Menurut Ferrari dalam Ghufron, 2003, penyebab perilaku
prokrastinasi dibagi ke dalam dua faktor: a. Faktor Internal
Merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi invidiu untuk melakukan prokrastinasi, meliputi :
1 Kondisi kodrati, yang terdiri dari jenis kelamin anak, umur, dan urutan kelahiran. Dalam hal ini anak sulung
cenderung lebih diperhatikan, dilindungi, dibantu, apalagi untuk orang tua yang belum berpengalaman
dalam mendidik seorang anak. Anak bungsu cenderung dimanja, apalagi bila selisih usianya cukup jauh dari
sang kakak. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi perilaku prokrastinasi dalam kehidupan seseorang.
2 Kondisi fisik dan kondisi kesehatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi
akademik. Menurut Ferrari dalam Ghufron, 2003, tingkat intelegensi tidak mempengaruhi prokrastinasi
walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya beliefs keyakinan dalam diri seseorang. Selain itu,
menurut Bruno dalam Ferrari, dkk., 1995, fatigue
juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prokrastinasi, ia mengatakan bahwa orang yang
mengalami fatigue
atau kondisi keletihan akan memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan
prokrastinasi, daripada yang tidak. 3 Kondisi psikologis, trait kepribadian yang dimiliki
individu turut mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi.
Sikap perfeksionis
yang dimiliki
seseorang biasanya
mempengaruhi perilaku
prokrastinasi lebih tinggi. Besarnya motivasi dalam diri seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi
secara negatif, ini artinya semakin tinggi motivasi seseorang
ketika menghadapi
tugas, maka
kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi akan semakin rendah Briordy, dalam Ghufron, 2003.
Kontrol diri juga turut mempengaruhi terjadinya prokrastinasi Wistrich, dalam Elly Desi, 2014,
individu yang memiliki kontrol diri rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya, dalam
hal akademis mereka akan lebih banyak melakukan hal- hal yang bersifat menyenangkan dirinya, sehingga
akan menunda tugas yang seharusnya diprioritaskan. 4 Faktor internal lain yang mempengaruhi, antara lain
adalah fear of failure perasaan takut gagal, task aversiveness ketidaksukaan terhadap tugas, serta
adanya ketergantungan kuat terhadap orang lain. b. Faktor Eksternal
Selain faktor internal, beberapa faktor eksternal juga ikut menyebabkan kecenderungan munculnya prokrastinasi dalam diri
seseorang, yaitu faktor pola asuh orang tua, lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Ferrari dan Ollivete dalam Ghufron, 2003,
menyebutkan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah akan menyebabkan munculnya kecenderungan prokrastinasi yang kronis
pada anak wanita. Selain itu, Millgram dalam Ghufron, 2003 menyebutkan pula bahwa kondisi lingkungan yang toleran terhadap
prokrastinasi juga mempengaruhi tinggi rendahnya perilaku prokrastinasi, dibandingkan dengan lingkungan yang penuh dengan
pengawasan. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, Bernard 1991 juga
mengungkapkan adanya sepuluh penyebab yang berpengaruh terhadap
prokrastinasi akademik, yang menjadi faktor-faktor dilakukannya prokrastinasi akademik itu sendiri :
a. Anxiety Anxiety dapat diartikan sebagai kecemasan. Kecemasan
pada akhirnya menjadi kekuatan magnetik yang berlawanan, dimana tugas-tugas yang diharapkan dapat diselesaikan dengan
tepat waktu berkorelasi dengan kecemasan yang tinggi, sehingga seseorang cenderung menunda tugas tersebut.
b. Self-Depreciation Dapat diartikan sebagai pencelaan terhadap diri sendiri.
Seseorang memiliki penghargaan yang rendah atas dirinya sendiri dan selalu siap untuk menyalahkan diri sendiri ketika terjadi
kesalahan dan juga merasa tidak percaya diri untuk mendapatkan masa depan yang cerah.
c. Low Discomfort Tolerance Dapat diartikan sebagai rendahnya toleransi terhadap
ketidaknyamanan. Adanya kesulitan pada tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami kesulitan untuk mentolerir rasa
frustastasi dan kecemasan, sehingga mereka mengalihkan diri sendiri kepada tugas-tugas yang mengurangi ketidaknyamanan
dalam diri mereka. d. Pleasure-seeking
Merupakan seseorang yang sering diartikan sebagai orang yang gemar mencari kesenangan. Seseorang yang mencari
kenyamanan cenderung tidak mau lepas dari situasi yang membuat mereka dalam kondisi nyaman tersebut. Jika seseorang memiliki
kecenderungan tinggi dalam mencari situasi yang nyaman, maka orang tersebut akan memiliki hasrat kuat untuk melakukan
kesenangan dan memiliki kontrol impuls yang rendah, contohnya adalah orang yang menunda sebuah tugas demi melakukan hal
yang lebih ia sukai. e. Time Disorganization
Dapat diartikan sebagai tidak teraturnya waktu. Mengatur waktu bisa memperkirakan dengan baik berapa lama seseorang
membutuhkan waktu untuk menyeesaikan pekerjaan tersebut. Aspek yang lain dari lemahnya pengaturan waktu adalah sulitnya
seseorang memutuskan pekerjaan mana yang lebih penting dan
kurang penting untuk dilakukan hari ini. Semua pekerjaan terlihat sangat penting sehingga muncul kesulitan untuk menentukan apa
yang harus dikerjakan terlebih dahulu. f.
Environmental Disorganization Dapat diartikan sebagai tidak teraturnya lingkungan. Salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan disekitarnya berantakan atau tidak
teratur dengan baik, hal ini mungkin terjadi karena kesalahan dari individu tersebut. Tidak teraturnya lingkungan bisa dalam bentuk
interupsi dari orang lain, kurangnya privasi, kertas yang bertebaran dimana-mana, dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pekerjaan
tersebut tidak tersedia. Adanya begitu banyak gangguan pada area wilayah pekerjaan menyulitkan seseorang untuk berkonsentrasi
sehingga pekerjaan tersebut tidak bisa selesai tepat pada waktunya. g. Poor Task Approach
Dapat diartian sebagai pendekatan yang lemah terhadap tugas. Jika akhirnya seseorang merasa siap untuk bekerja, ada
kemungkinan dia akan meletakkan kembali pekerjaan tersebut karena tidak tahu darimana harus memulai, sehingga pengerjaan
tugas cenderung menjadi tertahan oleh karena orang tersebut tidak memahami tentang bagaimana harus memulai dan menyelesaikan
pekerjaan tersebut.
h. Lack of Assertion Dapat diartikan sebagai kurangnya memberikan pernyataan
yang tegas, terhadap diri sendiri. Contohnya adalah seseorang yang mengalami kesulitan untuk berkata terhadap permintaan yang
ditujukan kepadanya, sedangkan pada kenyataannya banyak hal yang harus dikerjakan karena telah dijadwalkan terlebih dahulu.
Hal ini dapat terjadi oleh karena kurangnya memberikan kehormatan atas semua komitmen dan tanggung jawab yang
dimiliki. i.
Hosility with others Dapat diartikan sebagai permusuhan terhadap orang lain.
Kemarahan yang terus menerus bisa menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan, sehingga bisa menuju pada sikap menolak atau
menentang apapun yang dikatakan oleh orang tersebut. j.
Stress and fatigue Dapat diartikan sebagai perasaan tertekan dan kelelahan.
Stres merupakan hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang digabung dengan gaya hidup dan kemampuan
mengatasi masalah pada diri individu. Semakin banyak dan semakin lemah sikap seseorang dalam memecahkan masalah, serta
gaya hidup yang kurang baik, maka semakin tinggi stres seseorang yang akan berdampak terhadap terjadinya perilaku prokrastinasi
dalam kehidupan seseorang.