Hubungan antara Hardiness dengan Prokrastinasi Akademik
daripada melakukan hal lain yang lebih menyenangkan dirinya. Indikasi lain dari seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik adalah adanya
keterlambatan dalam pengerjaan tugas, karena pelaku merasa membutuhkan perisapan yang berlebihan terhadap tugas yang harus dilakukan. Ketika
seseorang memiliki kontrol ia tidak akan mengalami keterlambatan dalam mengerjakan tugas, karena ia memiliki pemikiran bahwa ia memiliki kontrol
atas dirinya dan keadaan di sekitarnya, sehingga ia akan mampu mengubah peristiwa yang sedang dihadapi tugas akademik menjadi sesuatu yang
sesuai dengan tujuan, cita-cita, harapan dalam hidupnya. Seseorang yang melakukan prokrastinasi juga diindikasikan memiliki
kesenjangan waktu antara rencana pengerjaan tugas dan kinerja aktual, karena prokrastinator tidak segera melakukan tugasnya, meskipun ia telah
merencanakan dan memahami waktu pengerjaan tugas. Dalam hal ini, orang yang memiliki kontrol juga tidak mengalami kesenjangan waktu antara
rencana dengan kinerja aktual, karena ia mempunyai tendensi untuk yakin dan bertindak sebagaimana seseorang dapat mempengaruhi kejadian dalam
hidup melalui kerja keras orang itu sendiri. Kardum, dkk., 2012. Aspek komitmen dalam hardiness memiliki pengaruh terhadap
prokrastinasi akademik, ketika orang memiliki komitmen ia akan memiliki kemauan untuk tetap terlibat dalam situasi dan kondisi apapun yang ada
dihadapannya. Maka dari itu orang yang memiliki komitmen, akan tetap berfokus pada tugas yang harus diselesaikan daripada melakukan hal lain
yang lebih menyenangkan. Orang yang memiliki komitmen tidak mengalami
keterlambatan dalam pengerjaan tugas yang dilakukan secara sengaja, karena ia memiliki kesadaran akan tujuan yang akan dicapai Kardum, Hudek-
Knezevic, Krapic, 2012. Selain itu, orang yang memiliki komitmen dinilai akan memiliki minat yang sungguh-sungguh, serta keingintahuan yang kuat
mengenai aktivitas yang ada di hadapannya Kardum, dkk., 2012, oleh karena hal inilah orang yang memiliki komitmen tidak melakukan penundaan
untuk mulai mengerjakan sebuah tugas, juga akan memiliki keselarasan waktu antara rencana dan kinerja aktual, karena ia memiliki minat terhadap
tugas yang dihadapi. Kemudian aspek ketiga dalam tipe kepribadian hardiness, yaitu
tantangan, juga memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Orang yang memiliki tantangan challenge yang tinggi akan memiliki kemungkinan
kecil untuk melakukan perilaku menunda saat akan memulai untuk mengerjakan sebuah tugas, juga tidak mengalami keterlambatan dalam
pengerjaan tugas yang dilakukan dengan sengaja, karena orang tersebut menganggap sebuah tugas yang harus dihadapi sebagai sebuah tantangan,
bukan sebagai ancaman untuk dihindari. Selain itu, orang dengan tantangan challenge yang tinggi tidak akan memilih untuk melakukan hal lain yang
lebih menyenangkan, karena ia berani untuk keluar dari zona nyaman yang ada di dalam dirinya Kobasa, 1979, serta menganggap sebuah tugas sebagai
tantangan yang harus diselesaikan. Indikasi lain dari perilaku prokrastinasi akademik adalah adanya ketidakselarasan waktu antara rencana dan kinerja
aktual, hal ini terjadi karena seseorang melakukan perilaku menunda, padahal
ia memahami dan merencanakan sendiri waktu pengerjaan, dan pengumpulan tugas. Orang yang memiliki challenge dalam kepribadian hardiness, akan
mampu untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan apa yang ia pahami dan rencanakan, karena ia menganggap tugas yang telah ia rencanakan merupakan
sebuah tantangan, dan merupakan sebuah wadah untuk belajar dan berkembang.
Dalam lingkup akademik, terdapat enam area akademik yang sering dijadikan sebagai “bahan” untuk melakukan perilaku prokrastinasi akademik
Salomon Rothblum, 1984, antara lain adalah a menulis b membaca c belajar untuk ujian d kinerja administratif e menghadiri pertemuan f kinerja
akademik secara keseluruhan. Jika dikaitkan dengan aspek kepribadian yang ada dalam variabel hardiness, orang yang memiliki control yang baik berarti
memiliki kendali atas kehidupannya, dan dalam area akademik mereka tidak melakukan penundaan terhadap tugas menulis, mau belajar untuk menghadapi
ujian, melaksanakan kinerja administratif, serta mau menghadiri pertemuan- pertemuan berkaitan dengan penyelesaian tugasnya.
Seseorang yang memiliki commitment, berarti memiliki kemauan untuk terlibat dalam setiap aktivitas yang ada dalam kehidupannya. Orang
tersebut, dalam lingkup area akademik mereka juga tidak menunda tugas menulis, mempunyai niat untuk membaca referensi, mau belajar untuk
menghadapi ujian, mau melaksanakan kinerja administratif, bersedia menghadiri pertemuan-pertemuan berkaitan dengan tugas, serta mampu
terlibat dalam kinerja akademik secara keseluruhan. Aspek terakhir dalam
kepribadian hardiness, yaitu challenge. Seseorang yang memiliki challenge, berarti menganggap bahwa tugas dan tanggung jawab sebagai seorang
mahasiswa merupakan sebuah tantangan dalam hidup yang harus dihadapi. Orang yang memiliki challenge, tidak akan menunda tugas menulis,
mempunyai niat membaca referensi demi tugas-tugasnya, mau belajar mengadapi ujian, mau melaksanakan kinerja administratif, mau menghadiri
pertemuan berkaitan dengan penyelesaian tugas, serta akan terlibat dalam kinerja akademik secara keseluruhan.
Lazarus dalam Bachroni Asnawi, 1999 menjelaskan adanya pendekatan kognitif berupa pola pikir positif dan negatif seseorang berkaitan
erat dengan munculnya stres. Stres muncul dari penilaian terhadap situasi akan dipersepsi sebagai ancaman atau tantangan, dan penilaian terhadap
kapasitas diri seseorang dalam menilai mampu atau tidaknya menghadapi tekanan di luar. Orang yang memiliki hardiness memiliki ketahanan terhadap
stres karena adanya salah satu faktor di dalam dirinya yang disebut dengan challenge, yang merupakan penilaian terhadap situasi akan dilihatnya sebagai
sebuah tantangan untuk berkembang. Sementara stres merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya prokrastinasi akademik. Jika sumber stres dinilai
mengancam, maka akan mengasilkan respon yang negatif, artinya orang tersebut akan mengalami stres yang dalam lingkup akademis akan
memungkinkan ia melakukan perilaku prokrastinasi. Begitu juga sebaliknya, orang menilai sumber stres sebagai hal yang menantang, maka kecil
kemungkinannya ia akan melakukan perilaku prokrastinasi, karena dapat
dikatakan ia tidak stres. Dalam hal ini tipe kepribadian hardiness memiliki hubungan dengan prokrastinasi akademik, karena salah satu aspeknya yaitu
challenge merupakan salah satu bentuk pendekatan kognitif dari Lazarus yang dapat digunakan untuk menanggulangi stres, dengan cara memberikan
perspektif yang berbeda terhadap sebuah sumber stres, dimana seperti kita ketahui bersama bahwa stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya perilaku prokrastinasi akademik.