Kerusakan minyak tidak dapat dicegah, namun dapat diperlambat dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pertama, oksigen. Semakin
banyak oksigen semakin cepat teroksidasi; Kedua, ikatan rangkap. Semakin banyak asam lemak tidak jenuhnya semakin mudah teroksidasi; Ketiga, suhu. Suhu
penggorengan dan penyimpanan yang tinggi akan mempercepat reaksi; Keempat, cahaya serta ion logam tembaga Cu
2+
dan besi Fe
2+
yang merupakan faktor katalis proses oksidasi; dan kelima, antioksidan. Semakin tinggi antioksidan ditambahkan
semakin tahan terhadap oksidasi. Untuk menghindari penurunan mutu akibat proses oksidasi dapat menggunakan antioksidan. Antioksidan secara harpiah dapat diartikan
pencegah oksidasi dengan cara menurunkan konsentrasi oksigen O
2
. Dengan memperhatikan faktor penyebab, maka oksidasi ataupun ketengikan dapat
diperlambat. Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan
antioksidan akan menghambatnya Winarno, 2002.
2.4. Minyak Jelantah
2.4.1. Pengertian Minyak Jelantah
Minyak jelantah juga disebut minyak goreng bekas ataupun minyak goreng berulang kali. Jelantah adalah sebutan untuk minyak goreng yang telah berulangkali
digunakan. Selain penampakannya yang tidak menarik, coklat kehitaman, bau tengik, jelantah sangat mempunyai potensi yang besar dalam membahayakan kesehatan
tubuh. Minyak jelantah kaya akan berbagai radikal bebas dan asam lemak bebas. Terlalu sering mengkonsumsi minyak jelantah dapat mengganggu kesehatan misalnya,
meningkatkan potensi kanker, penyakit pembuluh darah dan sebagainya. Minyak goreng paling tidak hanya boleh digunakan dua sampai empat kali menggoreng
Sartika, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Dampak Kesehatan
Minyak jelantah bukan hanya sebagai media transfer panas ke makanan, tetapi juga sebagai makanan. Selama penggorengan sebagian minyak akan teradsorpsi dan
masuk ke bagian luar bahan yang digoreng dan mengisi ruangan kosong yang semula diisi oleh air. Hasil penggorengan biasanya mengandung 5-40 minyak.
Mengkonsumsi minyak yang rusak dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, pengendapan lemak dalam pembuluh darah artherosclerosis dan penurunan
nilai cerna lemak dan lain-lain Wijana dkk., 2005. Minyak goreng yang biasa dipakai oleh rumah tangga atau industri makanan
sedunia adalah minyak kelapa sawit dan minyak kedelai Oil World, 2002 dalam Nazrum AS dkk, 2007. Biasanya, minyak goreng digunakan secara berulang kali
dengan alasan penghematan biaya. Minyak goreng digunakan berulang kali akan mengubah warna, bau, rasa dan konsistensinya.Menurut Ketaren 2005, tanda awal
dari kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini dapat menyebabkan rasa gatal serta tidak nyaman pada bagian
tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak jelantah. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak
jenuh atau akrolein. Selama proses penggorengan terutama pemanasan pada suhu tinggi, lipid
khususnya lemak tak jenuh ganda asam PUFA akan mengalami oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi kemudian terjadi penghansilan produk degradasi wolatil dan non-
vonlatil Nazrum AS dkk, 2007. Minyak jelantah juga memiliki kandungan radikal bebas dan asam lemak bebas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan minyak
yang satu kali pakai Cuesta, Sanchez-Muniz Varela, 1998; Dobarganes, Marquez- Ruiz Velasco, 2000 dalam Nazrun AS dkk,2007. Sekitar sepertiga dari minyak
goreng tersebut dapat diabsorbsi oleh bahan pangan selama proses penggorengan Mekhta Swinburn, 2001 dalam
Nazrun AS dkk, 2007. Produk-produk degradasi boleh masuk ke sirkulasi sistemik ketika makanan gorengan dikonsumsi. Kemudian
menimbul efek patofisiologi yang berkaitan dengan stress oksidatif dan meningkat
Universitas Sumatera Utara
risiko terjadinya hipertensi, endotel disfungsi dan peningkatan lipoprotein oksidasi Grootveld et al, 1998 Nazrun AS dkk, 2007.
Tingginya kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan, karena selama proses menggoreng minyak akan
dipanaskan secara terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya kontak dengan oksigen dari udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak
Ketaren dalam Sartika, 2009. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sartika 2009 tentang pengaruh suhu
dan lama proses menggoreng terhadap pembentukan asam lemak trans. Asam lemak trans elaidat baru terbentuk setelah proses menggoreng setelah penggulangan kali
ke-2, dan kadarnya akan semakin meningkat sejalan dengan penggunaan minyak. Asam lemak trans dapat meningkatkan kolesterol low density lipoprotein K-LDL
dan menurunkan kolesterol high density lipoprotein K-HDL, akibatnya akan menyebabkan dislipidemia dan arterosklerosis yang ditandai dengan adanya timbunan
atau endapan lemak pada pembuluh darah. Timbunan lemak ini akan menyumbat aliran darah pada beberapa bagian tubuh seperti jantung dan otak. Bila penyumbatan
terjadi di jantung akan menyebabkan jantung koroner dan bila penyumbatan terjadi di otak akan menyebabkan stroke Sartika, 2007.
Penggunaan minyak goreng jelantah secara berulang-ulang dapat
membahayakan kesehatan tubuh karena pada saat pemanasan akan terjadi proses degradasi, oksidasi dan dehidrasi dari minyak goreng. Proses tersebut dapat
membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun. Rukmini, 2007. Konsumsi minyak jelantah telah terbukti dapat menimbulkan dampak negatif
pada struktur tulang dan sel-sel tulang tikus uji. Stres oksidatif akibat konsumsi minyak goreng jelantah akan mengganggu metabolisme tulang dengan mengaktivasi
osteoclast tulang secara in vivo dan in vitro. Proses tersebut akan meningkatkan resorpsi tulang, akhirnya akan menyebabkan penyakit osteoporosis Nazrum AS dkk,
2007.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ketaren 2005, minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi. Maka, minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul,
sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah
dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi gliserol dan FFA free fatty acid atau asam lemak jenuh. Selain itu, minyak goreng
ini juga sangat disukai oleh jamur aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat menyebabkan penyakit pada hati Aprilio, 2010.
Berdasarkan penelitian juga disebutkan adanya senyawa karsinogen dalam minyak jelantah, dibuktikan dari bahan pangan berlemak teroksidasi yang dapat
mengakibatkan pertumbuhan tumor atau kanker. Kerusakan minyak goreng yang berlangsung selama penggorengan yang berulang kali akan menurunkan nilai gizi dan
berpengaruh terhadap mutu dan nilai bahan pangan yang digoreng, bahan pangan yang digoreng dengan menggunakan minyak yang telah rusak akan mempunyai
tekstur dan penampakan yang kurang menarik serta cita rasa dan bau yang kurang enak Wijana dkk, 2005
dalam
Aprilio, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka kerangka konsep penelitian mengenai Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Penjual Gorengan tentang Penggunaan Minyak Goreng di Kawasan Kampus USU Medan pada Tahun 2011, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penjual Gorengan tentang Penggunaan Minyak Goreng.
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Definisi
1. Penjual gorengan adalah orang yang melakukan kegiatan produksi, peredaran
dan perdagangan gorengan yang menjadi responden dalam penelitian ini. 2.
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuhi oleh responden.
3. Penghasilan bersih adalah jumlah seluruh uang yang diperoleh oleh penjual
gorengan dari menjual gorengan dalam satu hari ditolak dengan jumlah seluruh uang yang dikeluarkan oleh penjual gorengan untuk perniagaannya
dalam satu hari.
Karakteristik Penjual Gorengan
Pendidikan Penghasilan Bersih
Sumber Informasi
Penggunaan Minyak Goreng
Pengetahuan Sikap
Tindakan
Universitas Sumatera Utara