Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Landasan Teori

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu Aritonang, 1993. Analisis usahaternak kambing sangat penting sebagai kegiatan rutin suatu usahaternak komersial. Dengan adanya analisis usaha dapat dievaluasi dan mencari langkah pemecahan berbagai kendala, baik usaha untuk mengembangkan, rencana penjualan maupun mengurangi biaya-biaya yang tak perlu Murtidjo, 1993. Usahaternak kambing telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak. Peningkatan pendapatan keluarga peternak kambing tidak dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usahaternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor sosial dan faktor ekonomi Soekartawi c, 1995. Para petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru Soekartawi e, 2002. Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilanpendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja Ahmadi, 2003. Universitas Sumatera Utara Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya dengan lebih baik. Orang itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya Soekartawi d, 1996. Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian Fauzia dan Tampubolon, 1991. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah Daniel, 2002. Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan peternak terhadap dunia luar yang selanjutnya akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan diukur berdasarkan perkembangan inovasi baru antara lain media elektronik, media cetak dan banyaknya melakukan kunjungan ke luar daerah tinggal atau keluar desa dalam rangka memasarkan usahatani mereka serta memperoleh pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian Fauzia dan Tampubolon, 1991. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian. Makin luas lahan pertanian maka lahan semakin tidak efisien, karena pemikiran untuk mengupayakan lahan secara efisien semakin berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya Universitas Sumatera Utara pengawasan terhadap pemakaian faktor produksi semakin baik sehingga lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula Soekartawi a, 1989. Menurut Soekartawi 1995, bahwa pendapatan usahaternak kambing sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak kambing maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh. Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh hasil setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan hidup keluarga terlebih dahulu, kemudian mencukupi kebutuhan bagi pelaksanaan usahataninya dan pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga memiliki usahatani lain untuk mendukung usahanya Tohir, 1991. Faktor produksi input sering disebut dengan korbanan produksi, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Macam faktor produksi, jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen dalam menghasilkan suatu produkoutput Soekartawi b, 1994. Lahan pertanian diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah perlu diperhatikan seperti tingkat kesuburan tanah, lokasi, topografi, status kepemilikan tanah dan faktor lingkungan. Nilai atau harga tanah dengan status milik lebih mahal bila dibandingkan dengan lahan yang bukan milik. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian Soekartawi a, 1989. Universitas Sumatera Utara Modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi berlaku dalam jangka waktu yang relatif pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang, seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses, misalnya biaya bibit, obat-obatan atau gaji tenaga kerja. Besar kecilnya modal yang digunakan dalam usaha pertanian tergantung pada skala usaha, macam komoditas dan tersedianya kredit Soekartawi b, 1994. Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja adalah semua penduduk usia kerja 15-64 tahun yakni penduduk yang potensial dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan Rusli, 1993. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak-anak yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria 1 HKP menggunakan jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standart : Tenaga kerja pria dewasa 15 tahun = 1 HKP Tenaga kerja wanita dewasa 15 tahun = 0,8 HKP Tenaga kerja anak-anak 10-15 tahun = 0,5 HKP Hernanto, 1993. Produksi adalah sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Satuan dari produksi adalah satuan berat. Hasil merupakan keluaran output yang diperoleh dari pengelolaan input produksi atau sarana produksi dari suatu usahatani. Produksi Universitas Sumatera Utara juga merupakan fungsi tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen sebagai suatu kesatuan yang mutlak diperlukan dalam proses produksi atau usahatani Daniel, 2002. Penerimaan usahaternak meliputi penjualan ternak dan hasil ikutannya, produk yang sudah dikonsumsi dan yang diberikan selama kegiatan, dan kenaikan nilai inventaris dan jasa yang lain. Pengeluaran usahaternak terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap baik secara tunai maupun kredit Aritonang, 1993. Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh, misalnya bunga modal, sewa tanah dan pajak. Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi ransum, obat dan upah. Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain pendapatan bersih dan pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan Soekartawi c, 1995.

2.4. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Analisis Usaha Ternak Kambing Etawa (Studi Kasus : Desa Paya Geli Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

7 110 61

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

2 55 152

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

1 10 119

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 14

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 7

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 23

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

2 16 3

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 44

SISTEM KEKERABATAN DALAM BAHASA BATAK KARO JAHE DI DESA BANGUN PURBA KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG

0 0 16