menggunakan tehnik-tehnik yang lebih baik dan pada sebelumnya dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan.
Sedangkan nilai koefisien korelasi yang paling rendah hubungannya dengan pendapatan bersih adalah faktor tingkat pendidikan peternak kambing r = -0,072.
Hal ini berarti bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari usahaternaknya. Hal seperti ini terjadi
karena adanya perbedaan kecakapan peternak dalam menjalankan usahaternak kambingnya dan lebih lagi pekerjaan ini tidak menuntut profesionalisme yang tinggi
tetapi tenaga fisik.
5.5. Hubungan Karakteristik Ekonomi Peternak Kambing dengan Pendapatan Bersih
5.5.1. Hubungan Luas Kandang terhadap Pendapatan Bersih
Luas kandang kambing rata-rata yang dimiliki peternak sampel adalah 10,96 m
2
. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel memiliki luas kandang yang masih tergolong sempit. Menurut Soekartawi 1989, luas lahan pertanian akan
mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian. Makin luas lahan pertanian maka lahan semakin tidak efisien, karena
pemikiran untuk mengupayakan lahan secara efisien semakin berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap pemakaian faktor produksi
semakin baik sehingga lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula.
Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 21, tampak bahwa korelasi antara luas kandang dan pendapatan bersih menghasilkan tingkat signifikasi sebesar
0,689 dan nilai koefisien korelasi 0,082. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan
Universitas Sumatera Utara
statistika antara dua peubah menurut Guildford, maka pada r 0,2 berarti tidak terdapat hubungan antara luas kandang yang dimiliki peternak sampel dengan
pendapatan bersihnya. Tingkat sigifikansi 0,689 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara luas kandang kambing dengan pendapatan bersih usahaternak
kambing maka H diterima.
Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 2 yakni ada hubungan antara luas kandang peternak kambing dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari
usahaternak kambing ditolak.
5.5.2. Hubungan Jumlah Ternak terhadap Pendapatan Bersih
Jumlah ternak merupakan hal yang penting dalam penentuan kegiatan usahaternak karena produksi yang dihasilkan peternak tergantung pada jumlah ternak
yang dimilikinya. Jumlah ternak kambing peternak sampel menyebar antara 6-20 ekor dengan rataan 13 ekor.
Menurut Soekartawi 1995, bahwa pendapatan usahaternak kambing sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga
semakin banyak jumlah ternak kambing maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 22, tampak bahwa korelasi antara jumlah ternak dan pendapatan bersih menghasilkan tingkat signifikasi sebesar
0,001 dan nilai koefisien korelasi 0,598. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah menurut Guildford, maka pada r yang berada diantara
0,4-0,7 memiliki hubungan antara kedua peubah yang sedang. Maka nilai koefisien korelasi 0,598 berarti hubungan antara jumlah ternak yang dimiliki peternak sampel
dengan pendapatan bersih adalah sedang. Koefisien korelasi bertanda positif berarti
Universitas Sumatera Utara
bahwa jumlah ternak berbanding lurus dengan pendapatan bersih yang diterima dari hasil usahaternak. Tingkat sigifikansi 0,001 0,05 berarti ada hubungan yang nyata
antara jumlah ternak dengan pendapatan bersih, maka H ditolak.
Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 2 yakni ada hubungan antara jumlah ternak yang dimiliki peternak kambing dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari
usahaternak kambing diterima.
5.5.3. Hubungan Jumlah Investasi dengan Pendapatan Bersih
Jumlah investasi pada usahaternak kambing meliputi nilai investasi kandang, perlengkapan, peralatan, modal peternak dan pertambahan nilai ternak per tahun.
Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 23, tampak bahwa korelasi antara jumlah investasi dengan pendapatan dari usahaternak kambing menghasilkan
tingkat signifikasi sebesar 0,000 dan nilai koefisien korelasi 0,807. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah menurut Guildford, maka pada r
yang berada diantara 0,7-0,9 memiliki hubungan antara kedua peubah yang kuat. Maka nilai koefisien korelasi 0,807 berarti hubungan antara jumlah investasi dengan
pendapatan bersih adalah kuat. Koefisien korelasi bertanda positif berarti bahwa jumlah investasi yang dimiliki peternak berbanding lurus dengan pendapatan dari
usahaternak kambing tersebut. Semakin besar jumlah investasi yang dimiliki maka semakin besar pula pendapatan yang diterima dari usahaternak tersebut. Tingkat
sigifikansi 0,000 0,05 berarti ada hubungan yang nyata antara jumlah investasi dengan pendapatan dari usahaternak kambing tersebut, maka H
ditolak. Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 2 yakni ada hubungan antara investasi
yang dimiliki peternak kambing dengan pendapatan dari usahaternak kambing diterima.
Universitas Sumatera Utara
5.5.4. Hubungan Total Penerimaan dengan Pendapatan Bersih
Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 24, tampak bahwa korelasi antara total penerimaan usahaternak kambing dan pendapatan bersih menghasilkan
tingkat signifikasi sebesar 0,000 dan nilai koefisien korelasi 0,989. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah menurut Guildford, maka pada r
yang berada diantara 0,9-1 memiliki hubungan antara kedua peubah yang sangat kuat. Maka nilai koefisien korelasi 0,989 berarti antara total penerimaan dengan
pendapatan bersih memiliki hubungan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif berarti bahwa total penerimaan usahaternak kambing berbanding lurus dengan
pendapatan bersih yang diterima dari hasil usahaternak. Semakin tinggi total penerimaan usahaternak kambing maka semakin tinggi pendapatan bersih yang
diterima dari usahaternaknya. Tingkat sigifikansi 0,000 0,05 berarti ada hubungan yang nyata antara total penerimaan usahaternak kambing dengan pendapatan bersih,
maka H ditolak.
Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 2 yakni ada hubungan antara total penerimaan dari usahaternak kambing dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari
usahaternak kambing diterima. 5.5.5. Hubungan Total Biaya Produksi dengan Pendapatan Bersih
Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 25, tampak bahwa korelasi antara total biaya produksi usahaternak kambing dan pendapatan bersih
menghasilkan tingkat signifikasi sebesar 0,404 dan nilai koefisien korelasi 0,171. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah menurut
Guildford, maka pada r 0,2 berarti tidak terdapat hubungan antara total biaya
Universitas Sumatera Utara
produksi dengan pendapatan bersih. Tingkat sigifikansi 0,404 0,05, maka H diterima.
Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 2 yakni ada hubungan antara total biaya produksi dari usahaternak kambing dengan pendapatan bersih yang diperoleh
dari usahaternak kambing ditolak. Berdasarkan hasil analisis korelasi terhadap faktor ekonomi peternak
kambing, maka dapat diperoleh hasil analisis korelasi dari total penerimaan dari usahaternak kambing memiliki hubungan yang paling nyata apabila dibandingkan
dengan pendapatan bersih r = 0,989 dibandingkan dengan faktor ekonomi lainnya, diikuti oleh faktor jumlah investasi yang dimiliki r = 0,807 dan jumlah ternak
kambing yang diusahakan r = 0,598. Sedangkan nilai koefisien korelasi yang paling rendah hubungannya dengan pendapatan bersih adalah faktor luas kandang kambing
r = 0,082. Dengan mengasumsikan biaya yang dikeluarkan besarnya tetap dan harga
jual ternak kambing tinggi, maka total penerimaan dari usahaternak kambing yang diterima setelah dikurangi total biaya juga akan tinggi. Total penerimaan usahaternak
kambing juga memiliki hubungan yang nyata dengan banyaknya ternak kambing yang diusahakan. Semakin banyak ternak yang dijual maka penerimaan juga semakin
besar dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan peternak.
5.6. Hubungan Pendapatan di Luar Ternak Kambing dengan Jumlah Ternak Kambing