Perkembangan Usahaternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara

5.1.5. Pembersihan Ternak Kambing

Tujuan pembersihan ternak kambing adalah untuk mencegah berbagai macam serangan penyakit dan parasit yang merugikan usaha peternakan karena dapat menurunkan tingkat produktifitas ternak. Pembersihan ternak dilakukan dengan memandikan ternak pada saat badan ternak kotor, ternak sakit atau pada saat ternak baru melahirkan. Kegiatan pembersihan ternak kambing seperti memandikan ternak tidak pernah dilakukan peternak di daerah penelitian. Pada umumnya peternak membiarkan kondisi badan ternak mereka dalam keadaan kotor sehingga mengeluarkan bau yang tidak sedap dan mengganggu. Peternak tidak memperhatikan kebersihan ternaknya. Hal seperti ini mengakibatkan kambing terserang penyakit kurap, kudis, cacingan dan penyakit mata.

5.1.6. Pengendalian penyakit

Serangan penyakit dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan, seperti menghambat pertumbuhan ternak dan mengurangi pendapatan atau keuntungan. Pengendalian penyakit ternak kambing yang dilakukan peternak masih tergolong tradisional dengan menggunakan obat-obatan sederhana seperti kunyit, garam dapur, obat biru dan obat mata insto. Namun demikian, beberapa peternak juga menggunakan tenaga petugas kesehatan ternak mantri yang ada di daerah tersebut untuk menyuntikkan obat cacing.

5.2. Perkembangan Usahaternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara

Perkembangan usahaternak kambing yang terjadi di Propinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari beberapa variabel seperti jumlah populasi ternak kambing di Universitas Sumatera Utara Propinsi Sumatera Utara, jumlah produksi daging kambing di Propinsi Sumatera Utara, jumlah konsumsi daging kambing perkapita di Propinsi Sumatera Utara dan jumlah pemotongan ternak kambing di Propinsi Sumatera Utara baik yang tercatat maupun yang tidak tercatat.

5.2.1. Populasi Ternak Kambing Selama 5 Tahun Terakhir di Propinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka dapat dilihat jumlah populasi ternak kambing untuk wilayah Sumatera Utara 2002-2006 pada Tabel 15. Tabel 15. Populasi Ternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002- 2006 No Tahun Populasi Ternak Kambing Ekor 1 2002 707.965 2 2003 712.566 3 2004 717.196 4 2005 640.500 5 2006 643.860 Rata-Rata Perkembangan Populasi Kambing Per Tahun - 2,26 Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, 2008 Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah populasi kambing terbesar disepanjang tahun 2002-2006 terjadi pada tahun 2004 sebanyak 717.196 ekor dengan jumlah populasi terendah di tahun 2005 sebanyak 640.500 ekor. Kondisi populasi ternak kambing di Propinsi Sumatera Utara untuk lebih jelasnya terlihat pada Gambar 2. Universitas Sumatera Utara 600.000 620.000 640.000 660.000 680.000 700.000 720.000 740.000 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun P opul as i T er na k K am bi ng Populasi Ternak Kambing Ekor Gambar 2. Populasi Ternak Kambing di Sumatera Utara Tahun 2002-2006 Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah populasi ternak kambing terus mengalami pertambahan dari tahun 2002 sampai 2004, namun jumlah populasi menurun pada tahun 2005 sebanyak 76.696 ekor dan kemudian mengalami peningkatan kembali di tahun 2006. Persentase perkembangan angka populasi ternak kambing per tahun menunjukkan tanda minus yang berarti terjadi rata-rata penurunan jumlah ternak kambing dari tahun 2002-2006 sebesar 2,26 .

5.2.2. Produksi Daging Kambing Selama 5 Tahun Terakhir di Propinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka dapat dilihat jumlah produksi ternak kambing untuk wilayah Sumatera Utara 2002-2006 pada Tabel 16. Tabel 16. Produksi Daging Kambing di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002- 2006 No Tahun Produksi Daging Kambing Ton 1 2002 105.773,93 2 2003 123.186,34 3 2004 124.569,17 4 2005 115.533,13 5 2006 112.279.87 Rata-Rata Perkembangan Produksi Daging Tahun - 1,42 Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, 2008 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 22 terlihat bahwa sepanjang tahun 2002-2006, total produksi daging kambing terbesar di Propinsi Sumatera Utara terjadi pada tahun 2004 yakni 124.569,17 ton dan total produksi daging kambing terendah yakni pada tahun 2002 sejumlah 105.773,93 ton. Kondisi produksi daging kambing di Propinsi Sumatera Utara untuk lebih jelasnya terlihat pada Gambar 3. 95.000,00 100.000,00 105.000,00 110.000,00 115.000,00 120.000,00 125.000,00 130.000,00 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun P ro d u k si D ag in g K am b in g Produksi Daging Kambing Ton Gambar 3. Produksi Daging Kambing di Sumatera Utara Tahun 2002-2006 Dari Gambar 3 menunjukkan bahwa kondisi jumlah produksi daging kambing terus mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai 2004, namun jumlah produksi menurun pada tahun 2005 sebesar 9.016,04 ton dan terus mengalami penurunan sampai tahun 2006. Persentase perkembangan angka produksi daging kambing per tahun menunjukkan tanda minus yang berarti terjadi rata-rata penurunan produksi daging kambing dari tahun 2002-2006 sebesar 1,42 .

5.2.3. Konsumsi Daging Kambing Perkapita Selama 5 Tahun Terakhir di Propinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka dapat dilihat tingkat konsumsi daging kambing perkapita untuk wilayah Sumatera Utara 2002-2006 pada Tabel 17. Universitas Sumatera Utara Tabel 17. Konsumsi Daging Kambing Perkapita di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006 No Tahun Konsumsi Daging Kambing Perkapita KgKPTThn 1 2002 0,21 2 2003 0,21 3 2004 0,17 4 2005 0,23 5 2006 0,19 Rata-Rata Kenaikan Konsumsi Perkapita Tahun - 2,30 Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, 2008 Dari Tabel 17 terlihat bahwa sepanjang tahun 2002-2006, tingkat konsumsi daging kambing perkapita terbesar di Propinsi Sumatera Utara terjadi pada tahun 2005 yakni 0,23 KgKPTTahun dan tingkat konsumsi daging kambing perkapita terendah yakni pada tahun 2004 sebanyak 0,17 KgKPTTahun. Kondisi konsumsi daging kambing perkapita di Propinsi Sumatera Utara untuk lebih jelasnya terlihat pada Gambar 4. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun K o n su m si D ag in g K am b in g Konsumsi Daging Kambing Perkapita KgKPTThn Gambar 4. Konsumsi Daging Kambing Perkapita di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006 Pada Gambar 4 tampak kondisi tingkat konsumsi daging kambing perkapita tidak mengalami kanaikan ataupun penurunan di tahun 2002-2003, namun pada tahun 2004 terjadi penurunan sebanyak 0,04 KgKPTTahun. Pada tahun 2005 jumlahnya mengalami pertambahan sebanyak 0,06 KgKPTTahun, namun tingkat Universitas Sumatera Utara konsumsi kembali menurun pada tahun 2006 sebesar 0,04 KgKPTTahun. Persentase perkembangan tingkat konsumsi daging kambing perkapita per tahun menunjukkan tanda minus yang berarti terjadi rata-rata penurunan tingkat konsumsi daging kambing perkapita dari tahun 2002-2006 sebesar 2,30 . 5.2.4. Pemotongan Ternak Kambing Selama 5 Tahun Terakhir di Propinsi Sumatera Utara Tercatat dan Tidak Tercatat Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka dapat dilihat jumlah pemotongan ternak kambing untuk wilayah Sumatera Utara 2002-2006 yang tercatat dan tidak tercatat pada Tabel 18. Tabel 18. Pemotongan Ternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006 No Tahun Pemotongan Ternak Kambing Ekor 1 2002 184.640 2 2003 122.889 3 2004 123.688 4 2005 207.664 5 2006 174.164 Rata-Rata Kenaikan Pemotongan Ternak Tahun - 1,42 Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, 2008 Dari Tabel 18 terlihat bahwa sepanjang tahun 2002-2006, total pemotongan ternak kambing terbesar di Propinsi Sumatera Utara terjadi pada tahun 2005 yakni 207.664 ekor dan total pemotongan ternak kambing terendah yakni pada tahun 2003 sejumlah 122.889 ekor. Kondisi jumlah pemotongan ternak kambing di Sumatera Utara untuk lebih jelasnya terlihat pada Gambar 5. Universitas Sumatera Utara 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Pe m ot onga n T er na k K am bi ng Pemotongan Ternak Kambing Ekor Gambar 5. Jumlah Pemotongan Ternak Kambing di Sumatera Utara Tahun 2002-2006 Pada Gambar 5 dapat dilihat kondisi jumlah pemotongan ternak kambing terus mengalami penurunan dari tahun 2002 sampai 2004, namun jumlah pemotongan kambing meningkat pada tahun 2005 sebanyak 83.976 ekor dan kemudian mengalami penurunan di tahun 2006. Persentase perkembangan angka pemotongan ternak kambing per tahun menunjukkan tanda minus yang berarti terjadi rata-rata penurunan produksi daging kambing dari tahun 2002-2006 sebesar 1,42 . Dari hasil pemaparan jumlah populasi ternak kambing di Propinsi Sumatera Utara, jumlah produksi daging kambing di Propinsi Sumatera Utara, jumlah konsumsi daging kambing perkapita di Propinsi Sumatera Utara dan jumlah pemotongan ternak kambing di Propinsi Sumatera Utara baik yang tercatat maupun yang tidak tercatat, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi usahaternak kambing di Propinsi Sumatera Utara selama 5 lima tahun belakangan ini 2002-2006 mengalami penurunan. 5.3. Karakteristik Peternak Sampel Karakteristik peternak sampel dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial dan ekonomi. Karakteristik sosial yang dianalisis meliputi umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat Universitas Sumatera Utara kosmopolitan. Sedangkan karakteristik ekonomi yang dianalisis meliputi luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya produksi. Karakteristik sosial ekonomi peternak kambing di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Karakteristik Peternak Kambing Di Daerah Penelitian Tahun 2008 No Karakteristik Peternak Sampel Satuan Rentang Rataan 1 Umur Tahun 23-71 45,23 2 Tingkat Pendidikan Tahun 0-16 9,42 3 Pengalaman Beternak Tahun 2-22 6,88 4 Jumlah Tanggungan Keluarga Orang 0-7 3,54 5 Tingkat Kosmopolotan Skor 12-40 26,39 6 Luas Kandang M 2 4-24 10,96 7 Jumlah Ternak Ekor 6-20 13,15 8 Total Penerimaan dari Usahaternak Kambing RpThn 1.679.000,00- 15.482.000,00 5.462.192,31 9 Jumlah Investasi RpThn 1.219.000,00- 8.276.000,00 3.395.884,61 10 Total Biaya Produksi RpThn 737.666,67- 2.984.000,00 1.276.270,83 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 Lampiran 3 : 81 Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa umur peternak sampel berkisar antara 23-71 tahun dengan rataan sebesar 45,23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel masih berada dalam kategori umur produktif 16-60 tahun, sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola usahaternaknya masih besar. Tingkat pendidikan peternak kambing menyebar antara 0-16 tahun dengan rataan 9,42 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan peternak sampel rata-rata hanya tamat SLTP, sehingga tingkat pendidikan peternak sampel digolongkan masih rendah. Pendidikan non formal di daerah penelitian yang khusus mengenai usahaternak kambing tidak ada. Penyuluhan peternak sudah tidak dilakukan lagi oleh pemerintahan setempat. Pengalaman beternak kambing peternak menyebar antara 2-22 tahun dengan rataan 6,88 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat Universitas Sumatera Utara pengalaman beternak peternak sampel masih baru sehingga peternak sampel kurang menguasai teknik pengelolaan usahaternaknya. Jumlah tanggungan keluarga peternak sampel berkisar antara 0-7 orang dengan rataan sebesar 4 orang. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga peternak sampel adalah besar. Tingkat kosmopolitan peternak sampel diukur berdasarkan skor yang dijumlahkan dari hasil wawancara dengan beberapa pertanyaan mengenai tingkat keterbukaan petani terhadap dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya menggunakan sarana informasi melalui media cetak dan elektronik serta melakukan kunjungan keluar desa tempat tinggal. Adapun rentang skor dan kriteria tingkat kosmopolitan adalah sebagai berikut : 0-22, maka tingkat kosmopolitan rendah 23-45, maka tingkat kosmopolitan sedang 46-68, maka tingkat kosmopolitan tinggi Dari hasil wawancara dengan peternak sampel, diperoleh tingkat kospolitan pada rentang skor 12-40 dengan rata-rata 26,39. Dengan demikian dapat dikatakan peternak sampel didaerah penelitian memiliki tingkat kosmopolitan yang sedang. Luas kandang kambing yang dimiliki peternak kambing menyebar antara 4- 24 m 2 dengan rata-rata 10,96 m 2 . Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel memiliki luas kandang yang masih tergolong sempit. Jumlah ternak kambing peternak sampel menyebar antara 6-20 ekor dengan rataan 13 ekor. Pada usahaternak kambing di daerah penelitian diperoleh total jumlah investasi per peternak per tahun menyebar antara Rp.1.219.000,00 sampai Rp.8.276.000,00 dengan rata-rata total jumlah investasi Rp.3.395.884,61 per tahun. Universitas Sumatera Utara Total penerimaan selama 1 satu tahun dari usaha ternak kambing peternak sampel berkisar antara Rp.1.679.000,00 sampai Rp.15.482.000,00 dengan rataan Rp.5.462.192,31 per tahun. Total biaya Produksi selama 1 satu tahun dari usahaternak kambing per peternak sampel berkisar antara Rp.737.666,67 sampai Rp.2.984.000,00 dengan rataan sebesar Rp.1.276.270,83 per tahun. Produktifitas Ternak Kambing Peternak Sampel Produktifitas ternak kambing dalam penelitian ini merupakan kemampuan ternak kambing untuk menghasilkan produksi per tahun. Adapun produktifitas pada ternak kambing yang diamati adalah pertambahan berat bedan PBB Kgekorhari, Litter size ekorkelahiran, calving interval bulan dan tingkat kematian ternak tahun. Pertambahan Berat Badan Kambing atau PBB KgEkorHari PBB dihitung dari selisih pertambahan berat badan dari rentang waktu yang ditentukan per ekor ternak per hari dan juga dihitung berdasarkan pertambahan berat badan ternak dalam satu tahun yang diperoleh dari hasil penjumlahan pertambahan berat badan ternak yang digolongkan menurut usia ternak dan dikalikan dengan jumlah ternak kambing. Hal ini dilakukan untuk membantu dalam penghitungan produktifitas tenaga kerja per tahun nantinya. Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 4 diperoleh PBB ternak rata-rata adalah 0,013 Kgekorhari. Pertambahan berat badan ternak ditentukan oleh sistem pemeliharaan ternak yang diterapkan dan jenis kambing yang diternakkan. Sistem pemeliharaan yang diterapkan adalah sistem pemeliharaan tradisional yang kurang memperhatikan Universitas Sumatera Utara keadaan ternak kambing dan jenis kambing yang banyak diternakkan peternak sampel adalah kambing lokal. Liter Size Ekorkelahiran Liter size merupakan jumlah anak kambing yang lahir dari setiap induk per periode kelahiran. Dalam penelitian ini jumlah rata-rata liter size diperoleh dari jumlah induk yang melahirkan dan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan dalam satu tahun. Dalam waktu 2 tahun induk kambing dapat melahirkan 3 kali dengan jumlah anak yang dihasilkan 2-3 ekor. Berdasarkan hasil penelitian pada Lampiran 4, diperoleh rata-rata liter size sebanyak 2 ekorkelahiran. Liter size ditentukan berdasarkan jenis ternak kambing dan sistem pemeliharaan yang diterapkan. Pada usaha ternak kambing di daerah penelitian diterapkan sistem pemeliharaan tradisional yang tidak memelihara jenis ternak unggul yaitu kambing lokal dan ada juga yang memelihara kambing peranakan etawah. Ternak yang dilahirkan per kelahiran berada direntangan sebanyak 1-2 ekor. Calving Interval Bulan Calving interval adalah periode antara 2 kelahiran pada induk kambing, dalam hal ini diobservasi dan dihitung periode antara periode kelahiran terakhir dengan kelahiran periode sebelumnya. Dari hasil analisis data pada Lampiran 4 diperoleh calving interval berada di rentang 6-7 bulan dengan rata-rata calving interval induk kambing adalah 6,3 bulan. Tingkat Kematian Ternak Kambing kelahiran Tingkat kematian ternak diperlukan untuk mengetahui berapa persentase ternak yang mati dalam satu tahun terakhir. Tingkat kematian ternak dihitung dari Universitas Sumatera Utara seluruh ternak yang mati dari anak sampai kambing dewasa selama satu tahun terakhir dan kemudian dibandingkan dengan jumlah populasi awal tahun dan jumlah ternak yang lahir dalam satu tahun dari setiap peternak sampel. Dari hasil analisis data pada Lampiran 4 diperoleh tingkat kematian ternak kambing berada diantara 0-8,7 dengan rata-rata 2,6 per tahun. Tingkat kematian ternak sangat dipengaruhi oleh sistem pemeliharaan yang diterapkan, terutama dalam hal pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak yang tidak begitu diperhatikan. Sistem pemeliharaan yang diterapkan di daerah penelitian adalah sistem pemeliharaan tradisional, karena ternak diangonkan menyebabkan resiko terserang penyakit semakin besar dan penanganan penyakit ternak tidak terkontrol dengan baik. Ternak yang mati kebanyakan adalah anak kambing yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rendah. Curahan Tenaga Kerja Pada Usaha Ternak Kambing Penggunaan tenaga kerja pada setiap kegiatan pemeliharaan pada usaha ternak kambing berbeda-beda. Hal ini tergantung pada tingkat kebutuhan dan kesulitan untuk melakukan kegiatan tersebut. Di berbagai kegiatan pemeliharaan ternak kambing ditemukan adanya perbedaan umur, jenis kelamin dan status TKDK atau TKLK. Curahan tenaga kerja pada setiap tahapan kegiatan pemeliharaan ternak kambing berdasarkan sistem pemeliharaan yang diterapkan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 20. Universitas Sumatera Utara Tabel 20. Curahan Tenaga Kerja Pada Tiap Tahapan Kegiatan Pemeliharaan Per Peternak Sampel Per Tahun HKPTahun Sumber : Data Primer Diolah 2008 Lampiran 5a : 83-85 Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa pada kegiatan pembuatan kandang keseluruhannya 100 menggunakan tenaga kerja pria. Pengelolaan reproduksi kebanyakan dilakukan oleh pria 90,81 dan wanita 9,18 sedangkan tenaga kerja anak-anak tidak terlibat didalamnya. Pemberian makanminum ternak juga dilakukan di dalam kandang, kegiatan ini melibatkan tenaga kerja pria sebanyak 81,54 serta tenaga kerja anak-anak dan wanita sebesar 18,46. Pada kegiatan mengangon lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja anak- anak yakni 53,80, tenaga kerja wanita 5,06 dan tenaga kerja pria 41,14. Untuk kegiatan sanitasi kandang dilakukan oleh tenaga kerja anak-anak, wanita dan pria masing-masing yakni 13,39, 40,70 dan 45,91. Kegiatan sanitasi ternak kambing sama sekali tidak dilakukan oleh peternak sampel. Pada kegiatan pengendalian penyakit dilakukan oleh tenaga kerja wanita dan pria. Tenaga kerja pria lebih banyak melakukannya yakni 87,5 dan tenaga kerja wanita 12,5. Pada kegiatan pengendalian penyakit ini dibutuhkan ketangkasan dan keahlian dalam menangani ternak yang sakit. Oleh sebab itu, kegiatan ini lebih No Kegiatan Pemeliharaan Sistem Pemeliharaan Tradisional Total Rataan CTK HKPThn CTK TKDK TKLK Ank Wt Pr A nk W t Pr Ank Wt Pr 1 Pembuatan Kandang 36 22,81 58,81 100 2 Pengelolaan Reproduksi 1,1 10 0,88 11,98 9,18 90,81 3 Pemberian MakanMinum 102,66 73 775,63 951,29 10,79 7,67 81,54 4 Mengangon 775,63 73 593,13 1441,76 53,80 5,06 41,14 5 Sanitasi Kandang 114,07 346,75 391,19 852,01 13,39 40,70 45,91 6 Sanitasi Ternak Kambing 7 Pengendalian Penyakit 0,5 2 1,5 4 12,5 87,5 8 Pemasaran Ternak 0,7 2,94 3,64 19,23 80,77 Universitas Sumatera Utara banyak dilakukan oleh tenaga kerja pria. Demikian juga dengan kegiatan Pemasaran ternak kambing yang lebih banyak melibatkan tenaga kerja pria sebesar 80,77 dan tenaga kerja wanita sebesar 19,23. Total Biaya Produksi Pada Usahaternak Kambing Total biaya produksi pada usahaternak kambing meliputi biaya investasi atau biaya tetap yakni biaya penyusustan kandang, perlengkapan dan peralatan dan biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biayaupah tenaga kerja dan obat-obatan dihitung per tahun. Biaya variabel Bahan Pakan Pada usahaternak kambing peternak sampel menggunakan bahan pakan hijauan. Bahan pakan hijauan diperoleh peternak sampel dengan mengarit sendiri rumput ataupun ternak dibiarkan mencari sendiri. Dalam hal perolehan hijauan ini peternak sampel tidak mengeluarkan biaya karena diperoleh langsung dari alam, peternak hanya mengeluarkan biaya bahan bakar untuk mengangkut hijauan tersebut. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan pada usahaternak kambing dalam hal ini tidak diupah. Pada usahaternak kambing ini hanya dikeluarkan upah TKLK sebesar Rp.25.000,00 HKP. TKLK yang digunakan untuk usahaternak kambing ini lebih banyak digunakan pada kegiatan pembuatan kandang dan kegiatan pengendalian penyakit. Biaya Lain-Lain Biaya ini mencakup biaya obat-obatan dan biaya bahan bakar. Obat-obatan yang digunakan hanya pada saat ternak kambing terserang penyakit saja. Obat- Universitas Sumatera Utara obatan yang digunakan tergolong sederhana dan biasanya digunakan bahan-bahan dapur seperti kunyit dan garam dapur. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan peternak sampel per tahun dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan Lampiran 7 dapat dilihat besarnya biaya bahan bakar yang dikeluarkan peternak untuk mengangkut hijauan menyebar antara Rp.572.000,00 sampai Rp.1.144.000,00. Biaya Tetap Biaya Penyusutan Nilai kandang kambing bervariasi tergantung pada bahan yang digunakan dan ukuran kandang. Bahan yang digunakan untuk pembuatan kandang kambing pada usahaternak peternak sampel adalah papan atau kayu untuk bagian dinding, seng atau rumbia untuk atap dan pada lantai ada yang menggunakan kayu, papan atau langsung tanah. Nilai kandang kambing per unit yang dimiliki per peternak sampel dapat dilihat pada Lampiran 8 menyebar antara Rp.300.000,00 sampai Rp.2.000.000,00 dengan rataan Rp. 680.769,23. Dalam satu tahun terakhir ada juga peternak yang memperbaiki kandangnya, dimana biaya perbaikan kandang tersebut menyebar antara Rp.50.000,00 sampai Rp.200.000,00 dengan rataan Rp.64.613,39. Biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan ditentukan oleh luas kandang yang dimiliki peternak kambing dan juga umur ekonomis atau masa tahan pakai kandang tersebut. Biaya kandang diperoleh dari penjumlahan biaya penyusutan kandang pada usahaternak kambing per peternak sampel dan biaya perbaikan kandang. Biaya kandang yang dimiliki peternak sampel menyebar antara Rp.60.000,00 sampai Rp.400.000,00 dengan rataan Rp. 193.846,15. Universitas Sumatera Utara Usahaternak kambing ini sudah menggunakan perlengkapan kandang seperti tempat makan dan tempat minum karena selain diangonkan ternak juga diberi makan di dalam kandang lihat Lampiran 9. Berdasarkan data yang sudah diolah pada Lampiran 9 dapat dilihat bahwa usahaternak ini menggunakan tempat makan yang nilainya menyebar antara Rp.50.000,00 sampai Rp.100.000,00 per unit dan tempat minum yang nilainya menyebar antara Rp.5.000,00 sampai Rp.6.000,00. Biaya penyusutan perlengkapan yang dikeluarkan ditentukan oleh jumlah perlengkapan yang dimiliki peternak sampel dan juga umur ekonomis atau masa tahan pakai perlengkapan tersebut. Biaya penyusutan perlengkapan pada usaha ternak kambing peternak sampel berada antara Rp.13.333,33 sampai Rp.25.000,00. Peralatan yang digunakan pada usaha ternak kambing peternak sampel meliputi sabit, cangkul, sekop, tali dan sapu lidi. Harga sabit dan cangkul per unit menyebar antara Rp.15.000,00 sampai Rp.25.000,00, harga sekop per unit juga menyebar antara Rp.15.000,00 sampai Rp.25.000, harga tali per unit Rp.500,00 dan harga sapu lidi per unit Rp.2.000,00. Biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan ditentukan oleh banyaknya peralatan yang dimiliki peternak kambing dan juga umur ekonomis atau masa tahan pakai peralatan tersebut. Total biaya penyusutan peralatan per peternak sampel per tahun menyebar antara Rp.27.333,33 sampai Rp.52.666,67 dengan rataan sebesar Rp. 34.820,51. Pada usahaternak kambing di daerah penelitian total biaya produksi yang dikeluarkan per peternak sampel selama satu tahun rata-rata sebesar Rp.1.276.270,83 dan untuk per 100 ekor ternak total biaya produksi rata-rata Rp.9.740.000,61 Universitas Sumatera Utara Jumlah Investasi Pada Usahaternak Kambing Jumlah investasi pada usahaternak kambing meliputi nilai investasi kandang, perlengkapan, peralatan, modal peternak dan pertambahan nilai ternak per tahun. Pada usahaternak kambing di daerah penelitian seperti yang terlihat pada Lampiran 10 diperoleh total jumlah investasi per peternak per tahun menyebar antara Rp.1.219.000,00 sampai Rp.8.276.000,00 dengan rata-rata total jumlah investasi Rp.3.395.884,61 per tahun dan untuk per 100 ekor ternak total jumlah investasi pada usaha ternak menyebar antara Rp.13.480.000,00 sampai Rp.42.817.647,06 dengan rata-rata total jumlah investasi Rp. 25.957.910,56 per tahun. Penerimaan Pada Usahaternak Kambing Penerimaan pada usahaternak kambing meliputi penerimaan dari penjualan ternak kambing, penerimaan dari penjualan pupuk kandang dan pertambahan nilai ternak. Pada usahaternak kambing di daerah penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 11, diperoleh total penerimaan per peternak menyebar antara Rp.1.679.000,00 sampai Rp.15.482.000,00 dengan rata-rata total penerimaan per peternak per tahun Rp.5.462.192,31. Sedangkan total penerimaan per 100 ekor ternak per tahun menyebar antara Rp.22.500.000,00 sampai Rp.91.070.588,24 dengan rata- rata total penerimaan Rp.40.351.139,13. Rataan Penerimaan peternak sampel dapat dilihat pada Tabel 21. Universitas Sumatera Utara Tabel 21. Rata-Rata Penerimaan Peternak Kambing dari Usahaternak Kambing Per Peternak dan Per 100 Ekor Ternak Per Tahun RpTahun No Jenis Penerimaan Per Peternak Per 100 Ekor Ternak Total Penerimaan RpTahun Rataan Penerimaan RpTahun Persentase Rataan Total Penerimaan RpTahun Rataan Penerimaan RpTahun Persentase Rataan 1 Penerimaan dari Penj.Pupuk Kandang 10.692.000 411.230,77 7,53 80.651.503,62 3.101.980,908 7,69 2 Penerimaan dari Penj. Ternak 91.600.000 3.523.076,92 64,50 685.224.348 26.354.782,6 65,31 3 Pertambahan Nilai Ternak 39.725.000 1.527.884,62 27,97 283.253.765,4 10.894.375,59 27 Jumlah 142.017.000 5.462.192,31 100 1.049.129.617 40.351.139,13 100 Sumber : Data Primer Diolah Lampiran 11 : 97-98 Tabel 21 menunjukkan bahwa untuk usahaternak kambing per peternak sampel nilai rataan penerimaan terbesar berasal dari penjualan ternak kambing sebesar 64,50, penerimaan dari pertambahan nilai ternak sebesar 27,97 dan penerimaan dari penjualan pupuk kandang sebesar 7,53. Demikian juga dengan per 100 ekor ternak per tahun, nilai rataan penerimaan terbesar juga berasal dari penjualan ternak kambing sebesar 65,31, penerimaan dari pertambahan nilai ternak sebesar 27 dan dari penjualan pupuk kandang sebesar 7,69. Pendapatan Bersih Pada Usahaternak Kambing Pendapatan bersih merupakan selisih antara penerimaan usahaternak per tahun dengan total biaya produksi per tahun. Pendapatan bersih usahaternak merupakan balas jasa terhadap manajemen ternak dalam pelaksanaan usahaternak kambing. Dari hasil analisis di daerah penelitian seperti yang terlihat pada Lampiran 12, diperoleh pendapatan bersih per peternak sampel per tahun menyebar antara Rp.852.000,00 sampai Rp.13.921.000,00 dengan rataan pendapatan bersih sebesar Rp.4.185.921,476 per tahun. Untuk pendapatan bersih per 100 ekor ternak per tahun Universitas Sumatera Utara diperoleh nilai yang menyebar antara Rp.13.946.153,85 sampai Rp.81.888.235,3 dengan rataan sebesar Rp.30.611.138,52 per tahun. Rataan pendapatan bersih dari usahaternak kambing ini dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Rata-Rata Pendapatan Bersih Peternak Kambing dari Usahaternak Kambing Per Peternak dan Per 100Ekor Ternak Per Tahun RpTahun No Jenis Pendapatan Bersih Per Peternak Per 100 Ekor Ternak Range Pend.Bersih RpTahun Rataan Pend.Bersih RpTahun Range Pend.Bersih RpTahun Rataan Pend.Bersih RpTahun 1 Penerimaan UsahaTernak 1.679.000- 15.482.000 5.462.192,31 22.500.000,01- 91.070.588,24 40.351.139,13 2 Biaya Produksi 672.666,67- 2.984.000 1.276.270,834 6.969.697- 27.127.272,75 9.740.000,612 Pendapatan Bersih 852.000- 13.921.000 4.185.921,476 13.946.153,85- 81.888.235,3 30.611.138,52 Sumber : Data Primer Diolah Lampiran 12a dan 12b : 99-100 Pendapatan Keluarga Pada Usahaternak Kambing Pendapatan keluarga usahaternak kambing diperoleh dari penjumlahan pendapatan bersih usahaternak kambing dan nilai tenaga kerja dalam keluarga per tahun. Pendapatan keluarga merupakan balas jasa terhadap manajemen dan tenaga kerja dalam keluarga atau balas jasa terhadap semua sumber daya milik keluarga. Pada usahaternak kambing per peternak sampel seperti yang terlihat pada lampiran 13, diperoleh nilai pendapatan keluarga usahaternak kambing yang menyebar antara Rp.3.362.608,33 sampai Rp.17.778.825,00 dengan rataan pendapatan keluarga Rp.7.338.171,476. Sedangkan untuk pendapatan keluarga usahaternak kambing per 100 ekor ternak per tahun menyebar antara Rp.31.996.906,86 sampai Rp.94.875.944,41 dengan rataan sebesar Rp.56.585.638,52 per tahun. Universitas Sumatera Utara Total Pendapatan Keluarga Pada Usahaternak Kambing Total pendapatan keluarga merupakan total keseluruhan sumber pendapatan keluarga, dalam hal ini total pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari pendapatan keluarga usahaternak kambing, pendapatan dari usahaternak selain kambing dan pendapatan dari luar usahaternak per tahun. Selain beternak kambing, beberapa peternak juga mengusahakan ternak lain yaitu ayam, angsa dan lele jumbo. Pendapatan keluarga dari non usahaternak merupakan hasil dari pekerjaan utama maupun sampingan peternak sampel antara lain pensiunan swasta, karyawan kebun, berdagang, bertani, wiraswasta, guru honor, supir sampai penjaga tower. Rataan total pendapatan keluarga peternak sampel dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Rata-Rata Total Pendapatan Keluarga Peternak Kambing dari Usahaternak Kambing Per Peternak Per Tahun RpTahun No Jenis Pendapatan Keluarga Per Peternak Persentase Rataan Pendapatan Keluarga Total Pend.Keluarga RpTahun Rataan Pend.Keluarga RpTahun 1 Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing 190.789.833,3 7.338.171,476 38,18 2 Pendapatan Keluarga Usahaternak Non Kambing 25.080.000 964.615,38 5,65 3 Pendapatan Keluarga Non Usahaternak 297.244.000 11.432.461,54 56,17 Jumlah 513.113.833,3 19.735.248,4 100 Sumber : Data Primer Diolah Lampiran 14 : 103 Tabel 23 memperlihatkan bahwa untuk pendapatan kelurga yang berasal dari usahaternak kambing diperoleh rataan sebesar Rp.7.338.171,476, rataan pendapatan keluarga dari usahaternak non kambing sebesar Rp.964.615,38 dan rataan pendapatan keluarga petarnak dari non usahaternak adalah sebesar Rp.11.432.461,54. Maka pada usahaternak kambing per peternak sampel diperoleh total pendapatan keluarga per tahun dengan rataan sebesar Rp.19.735.248,4 per tahun. Universitas Sumatera Utara Kontribusi Usahaternak Kambing Terhadap Total Pendapatan Keluarga Pada Usahaternak Kambing Pada usahaternak kambing per peternak sampel kontribusi terhadap total pendapatan keluarga yang diperoleh dari pendapatan keluarga usaha ternak kambing rata-rata 38,18. Pada pendapatan usahaternak selain ternak kambing diperoleh kontribusi terhadap total pendapatan keluarga rata-rata 5,65. Sedangkan dari pendapatan non usahaternak diperoleh kontribusi terhadap total pendapatan keluarga rata-rata 56,17, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa pada usahaternak kambing di daerah penelitian, pendapatan keluarga peternak sampel dari usahaternak kambing memberikan kontribusi yang besar terhadap total pendapatan keluarga yaitu sebesar 38,18.

5.4. Hubungan Karakteristik Sosial Peternak Kambing dengan Pendapatan Bersih

Dokumen yang terkait

Analisis Usaha Ternak Kambing Etawa (Studi Kasus : Desa Paya Geli Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

7 110 61

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

2 55 152

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

1 10 119

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 14

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 7

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 23

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

2 16 3

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 44

SISTEM KEKERABATAN DALAM BAHASA BATAK KARO JAHE DI DESA BANGUN PURBA KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG

0 0 16