Hubungan Karakteristik Sosial Peternak Kambing dengan Pendapatan Bersih

Kontribusi Usahaternak Kambing Terhadap Total Pendapatan Keluarga Pada Usahaternak Kambing Pada usahaternak kambing per peternak sampel kontribusi terhadap total pendapatan keluarga yang diperoleh dari pendapatan keluarga usaha ternak kambing rata-rata 38,18. Pada pendapatan usahaternak selain ternak kambing diperoleh kontribusi terhadap total pendapatan keluarga rata-rata 5,65. Sedangkan dari pendapatan non usahaternak diperoleh kontribusi terhadap total pendapatan keluarga rata-rata 56,17, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa pada usahaternak kambing di daerah penelitian, pendapatan keluarga peternak sampel dari usahaternak kambing memberikan kontribusi yang besar terhadap total pendapatan keluarga yaitu sebesar 38,18.

5.4. Hubungan Karakteristik Sosial Peternak Kambing dengan Pendapatan Bersih

5.4.1. Hubungan Umur dengan Pendapatan Bersih Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 16, tampak bahwa korelasi antara umur dan pendapatan bersih menghasilkan tingkat signifikasi sebesar 0,623. Nilai koefisien korelasi r antara umur dan pendapatan bersih sebesar 0,101. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah menurut Guildford, maka pada r 0,2 berarti tidak terdapat hubungan antara umur peternak dengan pendapatan bersih. Tingkat sigifikansi 0,623 0,05 maka H diterima, berarti tidak ada hubungan yang nyata antara umur peternak sampel dengan pendapatan bersih yang diperoleh peternak dari usahaternak kambing. Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 1 yakni ada hubungan umur peternak kambing dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari usahaternak kambing ditolak. Universitas Sumatera Utara

5.4.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan Bersih

Ahmadi 2003, mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilanpendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap tingkat penghasilan pekerja. Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 17, tampak bahwa korelasi antara tingkat pendidikan dan pendapatan bersih menghasilkan tingkat signifikasi sebesar 0,728. Nilai koefisien korelasi r antara tingkat pendidikan dan pendapatan bersih sebesar -0,072. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah menurut Guildford, maka pada r 0,2 berarti tidak terdapat hubungan antara umur peternak dengan pendapatan bersih. Koefisien korelasi bertanda negatif berarti apabila nilai tingkat pendidikan naik maka pendapatan bersihnya akan berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan, demikian sebaliknya. Tingkat sigifikansi 0,728 0,05 maka H diterima, berarti tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan peternak sampel dengan pendapatan bersih yang diperoleh peternak dari usahaternak kambing. Hal ini terjadi karena tingkat pendidikan peternak masih rendah sehingga pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya untuk memajukan usahaternaknya masih rendah. Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 1 yakni ada hubungan tingkat pendididkan peternak kambing dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari usahaternak kambing ditolak. Universitas Sumatera Utara

5.4.3. Hubungan antara Lama Beternak dengan Pendapatan Bersih

Pengalaman beternak kambing peternak sampel rata-rata 6,88 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pengalaman beternak peternak sampel masih baru sehingga peternak sampel kurang menguasai teknik pengelolaan usahaternaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fauzia dan Tampubolon 1991, yang mengatakan bahwa pengalaman seseorang dalam berusahaternak berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Pengalaman beternak peternak sampel yang masih baru menyebabkan penerimaan inovasi dalam mengusahakan ternak kambingya masih rendah. Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 18, tampak bahwa korelasi antara lama beternak dan pendapatan bersih menghasilkan tingkat signifikasi sebesar 0,023 dan nilai koefisien korelasi r sebesar 0,443. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah menurut Guildford, maka pada r yang berada diantara 0,4-0,7 memiliki hubungan antara kedua peubah yang sedang. Maka nilai koefisien korelasi 0,443 berarti hubungan antara lama beternak dengan pendapatan bersih adalah sedang. Tingkat sigifikansi 0,023 0,05 maka H ditolak. Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 1 yakni ada hubungan lama beternak peternak kambing dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari usahaternak kambing diterima.

5.4.4. Hubungan Jumlah Tanggungan Terhadap Pendapatan Bersih

Daniel Moehar 2002, mengatakan bahwa semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah tanggungan keluarga peternak sampel berkisar antara 0-7 orang dengan rataan sebesar 4 orang. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga peternak sampel adalah besar. Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 19, tampak bahwa korelasi antara jumlah tanggungan dengan pendapatan bersih menghasilkan tingkat signifikasi sebesar 0,342 dan nilai koefisien korelasi 0,194. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah menurut Guildford, maka pada r 0,2 berarti tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan peternak sampel dengan pendapatan bersih yang diterimanya dari usahaternaknya. Koefisien korelasi bertanda positif berarti jumlah tanggungan akan berbanding terbalik dengan tingkat pendapatan bersih. Semakin besar jumlah tanggungan maka semakin besar beban hidup yang harus dipenuhi maka semakin kecil nilai pendapatan bersih yang diterima, demikian sebaliknya. Tingkat sigifikansi 0,342 0,05 maka H diterima. Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 1 yakni ada hubungan jumlah tanggungan peternak kambing dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari usahaternak kambing ditolak.

5.4.5. Hubungan

Tingkat Kosmopolitan dengan Pendapatan Bersih Dari hasil analisis korelasi, diperoleh tingkat kosmopolitan dengan rata-rata 26,3846. Dengan demikian dapat dikatakan peternak sampel didaerah penelitian memiliki tingkat kosmopolitan yang sedang. Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 20, tampak bahwa korelasi antara tingkat kosmopolitan dan pendapatan bersih menghasilkan tingkat signifikasi sebesar 0,119 dan nilai koefisien korelasi 0,313. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah menurut Guildford, maka pada r yang berada diantara 0,2-0,4 memiliki hubungan antara kedua peubah yang lemah. Maka nilai Universitas Sumatera Utara koefisien korelasi 0,313 berarti hubungan antara kedua variabel lemah. Koefisien korelasi bertanda positif berarti tingkat kosmopolitan berbanding lurus dengan pendapatan bersih. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan peternak sampel maka tingkat keterbukaan peternak terhadap dunia luar yang selanjutnya akan memberikan inovasi baru bagi para peternak dalam menjalankan usahaternaknya semakin baik. Maka dengan demikian pendapatan bersih usahaternaknya juga akan semakin meningkat, demikian sebaliknya. Tingkat sigifikansi 0,119 0,05 maka H diterima. Berdasarkan hal diatas maka hipotesis 1 yakni ada hubungan antara tingkat kosmopolitan dari peternak kambing dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari usahaternak kambing diterima. Berdasarkan hasil analisis korelasi terhadap faktor sosial peternak kambing, maka diperoleh hasil korelasi antara lama beternak kambing dengan pendapatan bersih memiliki hubungan yang paling tinggi r = 0,443 apabila dibandingkan dengan faktor sosial lainnya. Diposisi kedua diikuti oleh hasil korelasi antara tingkat kosmopolitan peternak dengan pendapatan bersih r = 0,313. Sehingga dapat diartikan bahwa pengalaman seseorang dalam berusahaternak berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Penerimaan inovasi yang diterapkan dalam berusaha ternak ini diperoleh dari tingkat keterbukaan terhadap dunia luar yang tinggi pula. Tingkat kosmopolitan atau tingkat keterbukaan peternak terhadap dunia luar akan memberikan inovasi baru bagi para peternak dalam menjalankan dan mengembangkan usahaternaknya. Pengalaman beternak juga menjadi faktor pendukung usaha peternakan karena dengan pengalaman yang tinggi peternak lebih memahami masalah-masalah dalam pengembangan usahaternaknya sehingga peternak mengelola usahanya dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan tehnik-tehnik yang lebih baik dan pada sebelumnya dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan. Sedangkan nilai koefisien korelasi yang paling rendah hubungannya dengan pendapatan bersih adalah faktor tingkat pendidikan peternak kambing r = -0,072. Hal ini berarti bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari usahaternaknya. Hal seperti ini terjadi karena adanya perbedaan kecakapan peternak dalam menjalankan usahaternak kambingnya dan lebih lagi pekerjaan ini tidak menuntut profesionalisme yang tinggi tetapi tenaga fisik.

5.5. Hubungan Karakteristik Ekonomi Peternak Kambing dengan Pendapatan Bersih

Dokumen yang terkait

Analisis Usaha Ternak Kambing Etawa (Studi Kasus : Desa Paya Geli Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

7 110 61

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

2 55 152

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

1 10 119

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 14

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 7

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 23

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

2 16 3

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 44

SISTEM KEKERABATAN DALAM BAHASA BATAK KARO JAHE DI DESA BANGUN PURBA KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG

0 0 16