62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan diuraikan hasil dan analisa hasil sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek
penelitian, uji asumsi, hasil utama, dan deskriptif subjek.
A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah pegawai-pegawai yang bekerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia. Peneliti mengambil 79 subjek yang
bekerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia yang dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja. 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin subjek terdiri dari 33 orang subjek laki-laki dan 46
orang subjek perempuan. Berikut penjelasan tabel dibawah ini. Tabel 11
Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah N
Persentase
Laki-Laki 33 42 Perempuan 46
58 Total 79
100
Berdasarkan Tabel 11, diperoleh gambaran bahwa jumlah subjek penelitian perempuan sebanyak 33 orang 42, subjek penelitian laki-laki sebanyak 46
orang 58.
Universitas Sumatera Utara
63
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja Tabel 12
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja
Jumlah N Persentase
MK 1 Tahun 0 0
1 ≥ 5 Tahun
69 87
MK 5Tahun 10 13
Selain jenis kelamin peneliti juga melakukan persentase dalam hal usia. Pengakategorian masa kerja ini dikemukakan oleh Ismael 2008 yang membagi
menjadi tiga bagian masa kerja singkat MK 1, masa kerja sedang 1 ≤ 5, lama
MK 5. Berdasarkan pengkategorian tersebut maka diperoleh bahwa karyawan yang berada pada masa kerja sedang berjumlah 69 orang 87 orang dan
karyawan yang berada pada masa kerja lama berjumlah 10 orang 13. Dan tidak satupun yang memiliki masa kerja yang singkat.
3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 13
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan
Frekuensi Persentase
D3 6 7.6
S1 10 12.7
S2 63 79.7
Jumlah 79 100
Jenjang pendidikan para pegawai Universitas Sari Mutiara Indonesia di lakukan persentase mulai dari D III, S1, S2. Setelah dilakukan pengkatagorian
maka didapat 6 orang yang berpendidikan D-III, 10 orang 12,7 yang berpendidikan S1 serta 63 orang 79,7 yang berpendidikan S2.
Universitas Sumatera Utara
64
B. UJI ASUMSI
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Sebelum melakukan analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan
uji asumsi penelitian yang bertujuan untuk melihat bagaimana distribusi data penelitian. Uji asumsi meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinear, uji
autokorelasi dan uji heteroskedastitas
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data tersebar secara normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan one Sample
Kolmogorov-Smirnov. Dikatakan terdistribusi secara normal apabila nilai p 0.05 Priyatno, 2008. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 14. Hasil Uji Normalitas
Universitas Sumatera Utara
65
2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah variabel bebas, dimana dalam penelitian ini adalah variabel kepribadian agreeableness, sikap, norma
subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan memiliki hubungan dengan variabel tergantung, yaitu variabel intensi. Uji linearitas dapat dilihat dengan
menggunakan metode statistik uji F. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel
tergantung adalah jika p 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier dan jika linearity dan jika p
0,05 untuk deviation for linearity maka dikatakan kedua varibel memiliki hubungan yang linear. Sebaliknya jika p 0,05 berarti hubungan dan jika p
0,05 untuk deviation for linearity maka antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier Hadi, 2000. Uji lineariitas dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 15 Uji Linearitas Kepribadian Agreeableness, Sikap, Norma subjektif, Kontrol perilaku yang dipersepsikan
Variabel Signifikansi
Linearity Deviation from linearity
Kepribadian agreeableness
0.000 0.082 Sikap 0.000 0.955
Norma Subjektif 0.000
0.694 Control Perilaku
yang dipersepsikan 0.032 0.953
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel kepribadian
agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan memiliki linearitas. Untuk variabel kepribadian agreeableness nilai linearity p=
Universitas Sumatera Utara
66
0.000 selanjutnya nilai deviation for linearity pada kepribadian agreeableness p = 0,082, sikap nilai linearity = 0.000 dengan nilai deviation from linearity P =
0,955, norma subjektif nilai linearity p= 0.021 dengan nilai deviation from linearity p= 0,694, kontrol perilaku yang dipersepsikan nilai linearity p= 0.032
dengan nilai deviation from linearity. Hasil ini menunjukkan nilai p 0.000 0.05 untuk linearity dan linearity dan p 0.082, 0.955, 0.694, 0.953 0.05
untuk deviation for linearity, artinya terdapat hubungan yang linier antara kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang
dipersepsikan terhadap intensi OCB.
3. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah keadaan di mana variabel-variabel independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi yang erat satu dengan yang lain
Multikolinieritas dapat diuji dengan melihat nilai tolerance dan nilai VIF Varience Inflation Factor pada aplikasi SPSS. Multikolinearitas terjadi jika
mempunyai tolerence 0.1 dan VIF 10, dan tidak terjadinya multikolinearitas jika mempunyai nilai tolerence 0.1 dan VIF 0.1. hasil uji
multikolineritas dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 16
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Kepribadian agreeableness 0.972 1.029
Sikap 0.239 4.187
Norma subjektif 0.186
5.381 Kontrol perilaku yang
dipersepsikan 0.196 5.097
Universitas Sumatera Utara
67
Berdasarkan tabel Tabel 16 nilai VIF dari variabel agreeableness adalah 1.029, nilai VIF dari variabel Sikap adalah 4.187, nilai VIF dari variabel norma subjektif
adalah 5.381, dan nilai VIF dari variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan adalah 5,097. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka
tidak terdapat gejala multikolinearitas atau tidak ada korelasi antar variabel independen.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan asumsi autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan Uji
Durbin- Watson Uji DW. Kaidah yang digunakan yaitu nilai DW -2 sampai +2 menunjukkan tidak terjadinya autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat
dilihat dalam tabel berikut
Tabel 17 Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1 1.900
Berdasarkan Tabel 17 nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 1.900. Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara -2 dan
+2, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
68
5. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain
dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan uji heteroskedastisitas dengan cara melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SPRED. Hasil uji heteroskeditas dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 1
Uji Heteroskedastisitas
Universitas Sumatera Utara
69
Berdasarkan Gambar 2, tidak terdapat pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPREAD dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan
sumbu Y adalah residualnya Y prediksi- Y sesungguhnya. Dari grafik scatterplots diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar tanpa membuat pola
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil dari uji dalam penelitian ini maka diperoleh bahwa
penelitian memenuhi uji asumsi. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji parametrik.
C. HASIL UTAMA PENELITIAN
Berikut ini akan dijabarkan tentang hasil pengolahan data mengenai pengaruh kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku
yang dipersepsikan terhadap intensi OCB yang diperoleh dengan teknik analisis regresi linier berganda dengan menggunkan program spss versi 18.0 for window.
Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 18.
Hasil Perhitungan Analisis Regresi Model
Nilai F Signifikansi
1 8.887 0.000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai F = 8.887 dan nilai p = 0.000 dimana nilai p 0.05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel
kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh terhadap intensi OCB. Dengan demikian, hipotesis
utama dalam penelitian ini dapat diterima yaitu kepribadian agreeableness, sikap,
Universitas Sumatera Utara
70
norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan secara bersama-sama mempengaruhi intensi OCB. Kemudian didapatkan perhitungan koefisien korelasi
seperti pada tabel berikut.
Tabel 19. Hasil Analisis Korelasi
Model Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi
1 0.570 0.324
Berdasarkan Tabel 19 diatas menunjukkan bahwa variabel kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan
berpengaruh kuat sebesar 0.570 terhadap intensi OCB Nilai tersebut berarti kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif dan
kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi secara simultan atau bersama- sama terhadap variabel intensi OCB sebesar 32, sisanya sebesar 68
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi intensi meliputi masa kerja, kepuasan kerja, jenis kelamin. Selanjutnya, koefisien
regresi akan digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 20 Hasil Koefisien Regresi
Model Koefisien
Korelasi Kepribadian
agreeableness 0.282 0.000
Sikap 0.104 0.24 Norma subjektif
0.152 0.010
Kontrol perilaku yang dipersepsikan
0.023 0.033
Universitas Sumatera Utara
71
Adapun persamaan garis regresi pada penelitian ini adalah Y’ = β0 +
β1X1+β2X2 + β3X3. Intensi OCB dilambangkan Y, Kepribadian agreeableness X1, sikap X2, norma subjektif X3, kontrol perilaku yang
dipersepsikan. Hasil analisa data pada tabel 20 yang didasari oleh rumus, maka persamaan garis regresi adalah Y’= 54.675 + 0.282 X1 + 0.104 X2 + 0.152 X3 +
0.023 X4. Persamaan garis regresi ini menunjukkan jika tidak ada kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan
maka skor intensi menguat sebesar 54.675. Koefisien regresi 0.282 pada kepribadian mengambarkan setiap kepribadian penambahan 1 satuan kepribadian
agreeableness akan meningkatkan intensi sebesar 0.282, koefisien regresi 0.104 sikap. Menggambarkan setiap sikap penambahan 1 satuan sikap akan
meningkatkan intensi sebesar 0.104, koefisien regresi 0.152 norma subjektif, menggambarkan setiap norma subjektif penambahan 1 satuan norma subjektif
akan meningkatkan intensi sebesar 0.152. koefisien regresi 0.023 kontrol perilaku yang dipersepsikan mengambarkan setiap kontrol perilaku yang dipersepsikan
penambahan 1 satuan kontrol perilaku yang dipersepsikan akan meningkatkan intensi 0.023. Pengaruh masing-masing variabel independen akan digambarkan
pada tabel berikut.
Tabel 21 Koefisien Variabel Penelitian
Model Nilai R
Nilai R
2
Signifikansi Kepribadian
agreeableness 0.549 0.30 0.000
Sikap 0.186 0.03
0.024 Norma subjektif
0.97 0.94
0.010 Kontrol perilaku yang
dipersepsikan 0.000 0 0.033
Universitas Sumatera Utara
72
Variabel kepribadian agreeableness memiliki r sebesar 0. 549, sehingga r
2
= 0,30 menunjukkan bahwa agreeableness memiliki pengaruh terhadap intensi
sebesar 30 kemudian, variabel sikap memiliki r sebesar 0. 186, sehingga r
2
= 0,03 yang menunjukkan bahwa sikap memiliki pengaruh terhadap intensi 3 .
Norma subjektif memiliki r sebesar 0.97 sehingga r
2
= 0.94 yang menunjukkan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh terhadap intensi 94 kemudian
variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan memiliki r sebesar 0,000 sehingga r
2
= 0 yang menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan memiliki pengaruh terhadap intensi 0. Dari keempat variabel yaitu kepribadian
agreeableness, sikap, norma subjektif memiliki pengaruh terhadap intensi OCB sedangkan kontrol perilaku yang dipersepsikan tidak memiliki pengaruh akan
tetapi masih signifikan terhadap intensi OCB. Berdasarkan data penelitian, maka hasil perhitungan mean empirik dan mean
hipotetik kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 22 Data Hipotetik dan Data Empirik
Data hipotetik Data empirik
Variabel N
Min Max Mean
SD Min
Max Mean
SD Agreeablenes 79 25 125 75 25 91 130 112.4 9.96
Sikap 79 7 175 91 28 77 175 133.2
31.42 Norma
subjektif 79 7 175 91 28 76 175 126.3
32.30 Kontrol
perilaku yang dipersepsikan 79 8 200 96
32 84 200 139.3 36.07 Intensi 79
20 100
60 13.3
76 99
89.6 5.14
Universitas Sumatera Utara
73
Berdasarkan Tabel 22 di atas, dapat dilihat bahwa mean empirik agreeableness sebesar 112.4 sementara mean hipotetik sebesar 75. Jika dilihat
perbandingan antara mean empirik dan hipotetik maka mean hipotetik lebih kecil daripada mean empirik maka sifat agreeableness yang dimiliki individu lebih
positif terhadap intensi OCB dari pada rata-rata populasi umumnya.
Variabel sikap, mean empirik 133.2 sementara mean hipotetik sebesar 91. Jika dilihat perbandingan maka mean hipotetik lebih kecil daripada mean empirik
maka sikap yang dimiliki individu lebih positif terhadap intensi OCB daripada populasi pada umumnya.
Variabel norma subjektif, mean empirik 126,3 sementara mean hipotetik 91. Jika dibandingan mean empirik dan mean hipotetik maka mean hipotetik lebih
kecil bila dibandingkan dengan mean empirik. Dengan demikian dapat dikatakan rata - rata populasi berpandangan negatif terhadap intensi OCB dibadingkan
dengan pandangan subjek penelitian. Variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan, mean empirik sebesar 139,3
sementara mean hipotetik 96. Jika dibandingkan antara mean empirik dan hipotetik maka mean hipotetik lebih rendah bila dibandingkan dengan mean
empirik. Dengan demikian maka kontrol kendali yang dimiliki subjek untuk intensi OCB lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata populasi pada
umumnya. Sementara untuk variabel intensi, mean empirik 89.6 dibandingkan
dengan mean hipotetik 96 maka didapat bahwa mean empirik lebih kecil bila dibandingkan dengan mean hipotetik maka intensi OCB yang dimiliki subjek
lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata populasi pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
74
Kategorisasi variabel agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan dan intensi OCB akan dibagi dalam tiga kategori yaitu tinggi,
sedang, rendah berdasarkan distribusi kurva normal dengan menggunakan rumus deviasi standar Azwar, 2003. Skor akan digolongkan dalam tiga kategori yaitu
tinggi, sedang dan rendah dengan rumus sebagai berikut:
X ≥ M + 1. SD = Tinggi
M – 1. SD
≤ X M + 1. SD = Sedang
X M – 1. SD = Rendah Berdasarkan kategori tinggi sedang dan rendah berdasarkan rumus diatas
maka keempat variabel dikategorikan satu persatu. Adapun kategorinya adalah sebagai berikut:
a. Kategori Skor Agreeableness
Kategori skor agreeableness dapat dilihat dari tabel 23 dibawah ini.
Tabel 23 Gambaran Skor Agreeableness
NO Skor
Kategori Frekuensi Persentase 1 X
≥ 100 Tinggi
77 orang 97.5
2 50 X 100
Sedang 2 orang
2.5 3 X
≤ 50 Rendah
- -
Total 79 orang
100
Pada skala agreeableness, kisaran skor tinggi hal ini berarti kisaran skor lebih mengarah pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 23 diatas
menunjukkan subjek yang berada pada kategori tinggi sebanyak 77 orang 97.5 dan subjek yang berada pada kategori sedang berjumlah 2 orang 2.5
.
Universitas Sumatera Utara
75
b. Kategori Skor sikap Tabel 24
Kategori Skor Sikap
No Skor
Kategori Frekuensi Persentase
1 X ≥ 119
Tinggi 51 orang
64,5 2
63 X 119 Sedang
28 orang 35.5
3 X ≤ 63
Rendah -
- Total 79
orang 100
Pada skala sikap, skor mayoritas pada kategori tinggi yang menunjukkan bahwa sikapnya masing-masing karyawan sangat tinggi pada intensi OCB.
Hal ini didapat dari kategori tinggi berada pada urutan terbanyak yang berjumlah 51 orang 64.5 kemudian disusul oleh kategori sedang sebesar
28 orang 35.5 sementara untuk kategori rendah tidak ada.
c. Kategori Skor Norma subjektif Tabel 25
Kategori Skor Norma Subjektif
No Skor
Kategori Frekuensi Persentase 1 X
≥ 119 Tinggi
41 orang 51.9
2 63 X 119
Sedang 38 orang
48,1 3 X
≤ 63 Rendah
- -
Total 79 orang
100
Pada skala norma subjektif, skor tertinggi berada pada kategori tinggi yang berjumlah 41 orang 51.9 serta ditambah lagi pada kategori sedang
berjumlah 38 orang 48,1 yang berarti dukungan orang-orang disekitar subjek penelitian besar untuk intensi OCB. Dengan demikian maka orang-
orang sekitar turut mendukung individu dalam memunculkan intensi OCB.
Universitas Sumatera Utara
76
d. Kategori Skor Kontrol perilaku yang dipersepsikan Tabel 26
Kategori Skor kontrol perilaku yang dipersepsikan
No Skor Kategori Frekuensi
Persentase 1 X
≥ 128 Tinggi
35 orang 44.3
2 64 X 128
Sedang 44 orang
55.7 3 X
≤ 64 Rendah
- -
Total 79 100
Pada skala kontrol perilaku yang dipersepsikan didapat skor teringgi berada pada kategori sedang yang berjumlah 44 orang 55.7 serta pada
kategori tinggi berjumlah 35 orang 44,3. Berdasarkan kategori tersebut didapatkan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan individu kurang begitu
besar terhadap intensi meskipun demikian akan tetapi pengaruhnya juga tidak terlalu sedikit.
e. Kategori Intensi OCB Tabel 27
Kategori Skor Intensi OCB
No Skor
Kategori Frekuensi Persentase 1
X 73.3
Tinggi 79 100 2
46.7 X 73.3 Sedang
- -
3 X ≤ 46.7
Rendah -
- Total 79
100
Pada skala ini intensi OCB, kategori skor subjek lebih mengarah pada kategori tinggi hal ini berarti kecendrungan subjek untuk melakukan OCB
tinggi. Hal ini terlihat seluruh subjek penelitian berada pada kategori tinggi yaitu berjumlah 79 orang 100 sementara untuk kategori sedang dan rendah
tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
77
D. PEMBAHASAN 1. Pengaruh kepribadian agreeableness, Sikap, norma subjektif, dan
Kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap Intensi OCB
Berdasarkan hasil penelitian dilihat dari nilai r sebesar 0.570 dan r-square sebesar 0.324 yang berarti agreeableness, sikap, norma subjektif, dan kontrol
perilaku yang dipersepsikan memberikan sumbangan sebesar 32 terhadap intensi OCB. Sisanya sebesar 68 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hal ini
berarti bahwa agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan secara bersama-sama berpengaruh sebagai indikator pembentuk
intensi OCB Sumbangsih keempat variabel yaitu kepribadian agreeableness, sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan tergolong kuat Sarwono, 2006. Ia mengatakan nilai R sebesar 0,5-0,75 dapat dikategorikan kuat.
Hasil penelitian yang mengatakan bahwa kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan dapat berpengaruh positif
terhadap intensi. Hal ini didukung oleh penelitian Organ 1990 yang menyatakan bahwa setiap individu berbeda-beda dalam menunjukkan OCB dalam bekerja.
perilaku individu tersebut dapat dipengaruhi oleh kepribadian agreeableness. Selanjutnya peneliti Hassan 2010 mengatakan bahwa kepribadian agreeableness
berkorelasi positif terhadap OCB. Didukung oleh penelitian sebelumnya Organ Ryan 1995 yang mengatakan kepribadian agreeableness memiliki pengaruh
yang positif terhadap OCB.
Universitas Sumatera Utara
78
Hubungan kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap intensi OCB sebagaimana dijelaskan oleh
theory of plainned behavior mengungkapkan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh intensinya. Intensi dapat merupakan faktor yang dapat memotivasi timbulnya
perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa besar usaha seseorang untuk menampilkan perilaku. Intensi dipengaruhi oleh tiga faktor personal berupa sikap
terhadap perilaku, faktor sosial berupa tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku dan faktor kendali yang dapat memfasilitasi untuk
menghalangi timbulnya perilaku Ajzen, 2005. Berdasarkan nilai r yang didapatkan dari hasil koefisien korelasi, kepribadian
memiliki r sebesar 0.549 dengan sumbangan terhadap intensi 30 . Nilai r tersebut menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap intensi OCB. Sikap memiliki
r sebesar 0.186 dengan sumbangan terhadap intensi OCB sebesar 3 . Nilai r tersebut menunjukkan pengaruh yang cukup terhadap intensi OCB. Hal ini berarti
pengaruh dari sikap terhadap intensi OCB ada, akan tetapi cukup memiliki pengaruh. Norma subjektif memiliki nilai r sebesar 0.97 dengan sumbangan
terhadap intensi OCB sebesar 94 yang menunjukkan pengaruh yang sangat kuat terhadap intensi OCB. Selanjutnya variabel kontrol perilaku yang
dipersepsikan dengan nilai r sebesar 0,00 0 yang tidak memiliki pengaruh pada intensi OCB akan tetapi bila digabungkan pada keempat variabel maka
variabel control perilaku yang dipersepsikan masih dapat memberikan pengaruh
pada intensi OCB. Namun gabungan dari empat variabel yaitu kepribadian agreeableness,
sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan memiliki pengaruh
Universitas Sumatera Utara
79
yang kuat terhadap intensi OCB. Hal ini terjadi karena keempat variabel ini
merupakan faktor pembentuk dari intensi OCB.
Penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam mengetahui intensi OCB dapat dilihat dengan mengetahui kepribadian agreeablenss tinggi atau rendah yang
nantinya dapat mendukung atau tidak mendukung intensi OCB, mengetahui sikap dari individu terhadap OCB mendukung atau tidak mendukung, pengaruh dari
orang panutan yang ada disekitar lingkungan kerja apakah mendukung atau menentang OCB, faktor-faktor yang mendukung individu seperti kesempatan,
kemampuan yang dapat membantu atau menghambat untuk mewujudkan perilaku OCB.
2. Pengaruh Kepribadian Agreeableness Terhadap Intensi OCB
Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa kepribadian agreeableness berpengaruh positif secara signifikan terhadap intensi OCB yang ditunjukkan
dengan nilai r = 0,549 dan dengan nilai P = 0.000 0.05 sehingga hipotesis alternatif diterima. Nilai R pada variabel ini dapat dikategorikan kuat. Menurut
Sarwono 2006 nilai R dapat dikategorikan kuat berkisar 0.5-0.75. Berdasarkan koefisien variabel, kepribadian memiliki r
2
= 0.30 yang berarti variabel kepribadian berpengaruh 30 terhadap intensi OCB.
Dengan demikian semakin tinggi kepribadian agreeableness maka semakin kuat kecendrungan individu untuk melakukan OCB. Hal ini didukung oleh
penelitian sebelumnya Grant dan Mayer 2009 bahwa individu akan membantu orang lain atau tidak peduli pada orang lain dipengaruhi dari kepribadiannya. Oleh
sebab itu berarti kepedualian individu atau kecendrungan individu untuk
Universitas Sumatera Utara
80
membantu atau tidak dapat dipengaruhi oleh kepribadiannya. Selanjutnya didukung oleh Bolino 1999 yang mengatakan beberapa orang ingin membantu
orang lain karena kepribadian yang melekat padanya. Motivasi membantu muncul dari motivasi intrinsik dan tidak peduli untuk uang dan imbalan.
Barrick Mount 2002, mengatakan bahwa individu yang memiliki kepribadian agreeableness cenderung melakukan OCB. Hal ini terjadi karena tipe
kepribadian agreeableness merupakan individu yang ramah, baik hati, kooperatif, membantu, sopan dan fleksibel. Karakter agreeableness akan meningkatkan
intensi OCB yang selanjutnya semakin meningkatkan pula peluang untuk menampilkan perilaku OCB. Selanjutnya didukung Von, Verfasst 2010 sifat
ramah yang dimiliki tipe kepribadian agreeablenss berkolerasi positif dengan dimensi OCB dengan demikaian bahwa kepribadian agreeableness memiliki
hubungan dengan OCB. Kottke Janet 2009 yang menyatakan perilaku menolong yang merupakan
bagian dari OCB memiliki hubungan secara positif terhadap kepribadian agreeableness. Oleh sebab itu maka semakin tinggi karakter agreeableness yang
dimiliki individu maka perilaku OCB semakin kuat untuk ditampilkan. Berdasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian
agreeableness dapat berpengaruh pada kecendrungan melakukan OCB sehingga dengan semakin tinggi skor agreeableness kepribadian individu maka intensinya
untuk melakukan OCB juga semakin kuat demikian juga sebaliknya ketika skor dari tipe kepribadian agreeableness semakin rendah maka intensi individu untuk
melakukan OCB akan semakin lemah. Penelitian sebelumnya mendukung hasil
Universitas Sumatera Utara
81
dari penelitian yang mengatakan bahwa pengaruh dari kepribadian tipe agreeableness kuat dibandingkan variabel lain terhadap intensi OCB.
3. Pengaruh Sikap Terhadap Intensi OCB
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap intensi OCB yang ditunjukkan dari nilai r = 0, 186 dan
p = 0.00 0.00 sehingga hipotesis alternatif diterima. Berdasarkan koefisien variabel, maka nilai r
2
= 0.03 yang berarti variabel sikap memberikan sumbangsih sebesar 3 terhadap intensi. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat maka
variabel sikap memiliki pengaruh yang positif terhadap OCB maka semakin kuat intensinya. Variabel sikap memiliki pengaruh yang cukup terhadap intensi OCB
dengan nilai R sebesar 0.186. Menurut Usman 2006 nilai R dari rentang 0.25-0.5 dikategorikan cukup.
Hal ini sejalan dengana hasil wawancara kepada beberapa karyawan di Universitas Sari Mutiara Indonesia didapat bahwa masing karyawan memiliki
sikap yang positif terhadap perilaku OCB. Berikut kutipan wawancara: Menurut saya, enggak ada masalah kalau pulang melebihi jam
kantor untuk mengerjakan tugas. Biar bagaimanapun tugas memang harus dikerjakan dan sudah tanggung jawab saya
untuk menyelesaikannya Wawancara Personal B, 9 September 2014
Saya merasa membantu itu perlu, apalagi jumlah SDM yang masih kurang dan sering mendapat tugas dadakan sehingga
sangat diperlukan sekali saling membantu Wawancara J, 9 September 2014
Saya sering menggantikan rekan saya, bila Ia tidak hadir atau ada keperluan mendadak
Wawancara Personal N, 9 September 2014
Universitas Sumatera Utara
82
Berdasarkan wawancara dari beberapa karyawan yang ada di Universitas Sari Mutiara Indonesia dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki pandangan positif
terhadap OCB. Mereka tidak keberatan pulang larut malam, memiliki pandangan yang positif membantu rekan serta memiliki pengetahuan tentang betapa
pentingnya OCB itu dilakukan. Hal ini sejalan dengan hasil Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 September 2014 pada pukul 18.00 wib
terlihat terdapat beberapa karyawan yang masih sibuk mengerjakan laporan pada jam yang melebihi pulang kantor. Hal ini berarti selain mereka mengatakan
pandangannya terhadap pulang lebih lama sejalan juga dengan tindakan yang mereka lakukan.
Berdasarkan teori Ajzen 2005 mengatakan bahwa sikap didasarkan pada keyakinan individu terhadap konsekuensi yang dihasilkan oleh suatu perilaku.
Selanjutnya individu akan mengevaluasi konsekuensi tersebut, apakah perilaku yang akan dilakukan berakibat positif atau berakibat negatif. Evaluasi positif atau
negatif terhadap suatu perilaku akan mempengaruhi intensi seseorang untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tersebut. Dalam penelitian ini
didapat individu memiliki sikap yang positif terhadap intensi OCB yang dilihat subangsih pengaruh sebanyak 3 meskipun lemah akan tetapi masih tergolong
signifikan berpengaruh terhadap OCB. Meskipun pengaruh sikap terhadap intensi OCB tergolong lemah akan tetapi variabel ini masih dapat memberikan
sumbangsih terhadap intensi OCB. Penelitian sebelumnya mendukung hasil penelitian ini yang mengatakan
bahwa sikap memiliki pengaruh pada intensi OCB. Sumaiya 2013 yang mengatakan semakin positif sikap maka seorang individu tersebut akan semakin
Universitas Sumatera Utara
83
kuat memiliki kencerungan melakukan perilaku menolong yang termasuk dalam bagian dari perilaku OCB. demikian juga sebaliknya jika sikap individu negatif
maka kecendrungan untuk melakukan perilaku menolong yang termasuk bagian dari OCB juga akan semakin lemah. Sikap ini dapat meningkatkan atau
menurunkan intensi tergantung pada sikap positif atau negatif. Selanjutnya Hogg Terry 1996 yang mengatakan bahwa keyakinan individu atau termasuk bagian
sikap mempengaruhi individu untuk melakukan OCB pada rekannya. Dengan begitu ketika sikap individu positif terhadap OCB maka kecendrungan individu
tersebut melakukan OCB akan lebih besar dibandingkan ketika keyakinan individu negatif maka kecendrungan individu melakukan OCB semakin rendah.
4. Pengaruh Norma subjektif Terhadap Intensi OCB
Penelitian ini menyatakan bahwa tekanan sosial berpengaruh dalam meningkatkan intensi melakukan OCB. hal ini dapat dikatakan bahwa norma
subjektif berpengaruh signifikan pada intensi OCB dapat dilihat dari nilai r = 0.97 dan dengan signifikansi p= 0,000 0,005. Berdasarkan koefisien variabel
dengan nilai r
2
= 0.94 yang berarti norma subjektif memiliki pengaruh dengan intensi sebesar 94 . Pengaruh norma subjektif dapat dikategorikan sangat kuat.
Menurut Sarwono 2006 rentang 0.75-0.99 dapat dikategorikan sangat kuat. Hal ini berarti sumbangsih norma subjektif sebesar 94 terhadap OCB
tergolong sangat kuat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikatakan dukungan dari lingkungan kerja berupa rekan, atasan dan bawahan turut
berpengaruhgaruh terhadap intensi OCB yang akan dilakukan individu.
Universitas Sumatera Utara
84
Hasil wawancara menunjukkan bahwa beberapa karyawan mengatakan bahwa kebanyakan rekan-rekan serta atasan sangat mengharapkan agar pada bawahannya
untuk melakukan OCB. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan pada
beberapa karyawan yang ada di Universitas Sari Mutiara Indonesia:
Kalau disini atasan selalu mengarahkan kami untuk dapat saling membantu sama lain terkait jumlah SDM yang masih
kurang serta terdapat tugas dadakan sehingga sangat dibutuhkannya untuk saling membantu
Wawancara Personal A, 9 September 2014 Kebayakan orang-orang disini sih mendukung untuk saling
membantu, paling sih terdapat beberapa orang saja yang sibuk dengan tugasnya sendiri. Tapi kebanyakan sih kami
saling membantu. Terkadang segan kalau pulang deluan dari yang lain sedang sibuk mengerjakan tugas. Daripada mereka
kualahan saya sih sering menawarkan untuk membantu karena mereka juga sering membantu saya
Wawancara Personal D, 9 September 2014.
Berdasarkan wawancara dapat disimpulkan bahwa tekanan sosial atau tekanan lingkungan turut mendukung dilakukannya perilaku OCB yaitu atasan
memberikan arahan yang secara langsung mendukung untuk dilakukan OCB, para rekan yang saling membantu dan adanya perasaan yang tidak enak bila tidak
membantu. Kondisi tersebut membuat norma yang ada di Universitas Sari Mutiara Indonesia mendukung dilakukannya OCB. Penelitian ini sejalan dengan yang
dikatakan oleh Ajzen 2005 yang mengatakan bahwa norma subjektif adalah persepsi individu terhadap tekanan sosial yang mendukung atau tidak yang akan
mempengaruhi individu tersebut dalam perilakunya. Tekanan sosial ini dapat berupa rekan, atasan, bawahan yang dianggap penting atau yang berpengaruh
pada individu tersebut. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa ketika atasan, rekan, bawahan serta orang-orang yang dianggap penting mendukung OCB maka
mempengaruhi tindakannya untuk melakukan OCB.
Universitas Sumatera Utara
85
Berdasarkan hasil skala norma subjektif, skor subjek berada pada rentang sangat kuat. Oleh karena itu terlihat bahwa orang panutan atau tekanan sosial
sebagian besar mendukung dengan OCB dalam lingkungan kerja. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian intensi yang mengatakan subjek penelitian
memiliki intensi yang tinggi untuk OCB. Norma subjektif lebih diarahkan pada atasan, bawahan, rekan serta orang-orang yang dianggap sebagai panutan untuk
mendukung OCB yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan penelitian Hogg Terry 1996 yang mengatakan individu cenderung meniru anggota kelompok
yang dianggap berpengaruh agar dia dapat diakui didalam kelompok. Demikian juga dalam penelitian ini ketika orang panutan atau tekanan sosial mendukung
OCB maka dapat mempengaruhinya untuk berperilaku OCB.
5. Kontrol perilaku yang dipersepsikan Terhadap Intensi OCB
Penelitian ini menyatakan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan dapat meningkatkan intensi OCB. Hasil penelitian ini diperoleh dari nilai r sebesar 0.00
dan nilai signifikan p = 0.000 0.005 yang berarti kontrol perilaku yang dipersepsikan memiliki pengaruh yang signifikan dengan intensi OCB.
Selanjutnya penelitian ini memiliki nilai r
2
= 0.00 yang berarti memiliki sumbangsih pengaruh sebesar 0 terhadap intensi OCB. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan masing-masing karyawan tidak memiliki pengaruh terhadap intensi OCB. Akan
tetapi variabel ini bila digabungkan dengan 3 variabel lainya yaitu kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif masih memberikan sumbangan pengaruh
terhadap intensi OCB. Akan tetapi tingkat intensi OCB subjek yang bekerja di
Universitas Sumatera Utara
86
UniversitasSari Mutiara Indonesia adalah tinggi. Hal tersebut juga dapat memberikan pengaruh kepada variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan yang
dimiliki masing-masing karyawan untuk berintensi terhadap OCB. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pada karyawan memiliki kontrol
perilaku yang dipersepsikan yang positif terhadap OCB hal ini dapat dinyatakan dengan adanya kemauan subjek untuk membantu rekan, pulang melebihi jam
kantor, mengerjakan tugas yang bukan tanggung jawabnya. Berikut kutipan wawancara dari beberapa karyawan yang ada di Universitas Sari Mutiara
Indonesia:
Kalau disini sih para karyawan banyak yang mengerjakan tugas di luar tanggung jawab. Misalnya saya saya seketaris
prodi tapi saya sering menggantikan tugas atasan bila tidak ada ditempat. Bagi saya sih tidak ada masalah kalau saya juga
lagi bisa membantu. Terkadang sih masalahnya kalau saya ada ngajar dan harus rapat menggantikan atasan itu yang
membuat saya bimbang tapi sejauh ini sih itu jarang terjadi Wawancara Personal N, 10 September 2014
Saya sering mengerjakan tugas diluar tanggung jawab, apa lagi tugas saya disini sedikit jadi saya sering di tarik di unit
lain yang membutuhkan. Saya tidak masalah membantu soalnya tugas saya juga tidak banyak
Wawancara Personal D, 10 September 2014
Berdasarkan wawancara dapat disimpulkan bahwa masing-masing karyawan memiliki kemauan dan kesempatan untuk melakukan OCB terlihat dari para
karyawan tidak keberatan untuk membantu rekan serta mengerjakan tugas diluar tanggung jawabnya. Oleh sebab itu kemauan dan kesempatan tersebut mendukung
subjek penelitian untuk melakukan OCB di Universitas Sari Mutiara Indonesia. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan kontrol perilaku yang dipersepsikan
merujuk pada suatu derajat dimana individu merasa bahwa perilaku dilakukan atau tidak dilakukan tergantung dari kendali atau kesempatan yang ada pada diri
Universitas Sumatera Utara
87
individu Ajzen, 2005. Sebelumnya Sarwono telah membahas tentang kontrol yang dimiliki individu yaitu ketika individu mulai membentuk intensi terhadap
perilaku maka individu sudah mulai memperkirakan seberapa besar kontrol yang dimilikinya untuk mewujudkan perilaku tersebut Sarwono, 1999. Berdasarkan
dari kedua teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan dapat berpengaruh pada intensi yang mendukung hasil penelitian.
Selanjutnya Ismail Zain 2008 mengatakan bahwa perilaku seseorang tidak hanya dikendalikan oleh diri sendiri akan tetapi kesempatan yang dimiliki. Hal
sesuai dengan situasi di Universitas Sari Mutiara Indonesia dimana terdapat beberapa karyawan yang memiliki kesempatan untuk membantu baik itu dari segi
waktu maupun skill dikarenakan dalam satu unit memiliki pendidikan yang sama. Dalam penelitian ini sumbangan kontrol perilaku yang dipersepsikan tidak
terlalu memberikan sumbangan yang besar bagi intensi. Kontrol perilaku yang dipersepsikan berada pada kategori sedang dan mengarah ke kategori rendah.
Dalam hal ini berarti sebagian besar pada subjek kurang memiliki kesempatan untuk melakukan OCB dikarenakan tidak adanya kesempatan maupun skill yang
kurang sehingga kurang berpengaruh dalam menjalankan OCB.
Universitas Sumatera Utara
88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN