Reliabilitas Uji Daya Beda Aitem Intensi OCB LAMPIRAN B Aspek Intensi Organizational Citizenship Behavior a.

xii DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A 1. Reliabilitas Uji Daya Beda Aitem Kepribadian Agreeableness 2. Reliabilitas Uji Daya Beda Aitem sikap 3. Reliabilitas Uji Daya Beda Aitem Norma Subjektif 4. Reliabilitas Uji Daya Beda Aitem Kontrol Perilaku Yang dipersepsikan

5. Reliabilitas Uji Daya Beda Aitem Intensi OCB LAMPIRAN B

1. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Kepribadian Agreeableness 2. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Sikap

3. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Norma Subjektif

4. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala kontrol Perilaku yang dipersepsikan 5. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Intensi OCB 6. Data Skoring Subjek Penelitian Pada Skala Kepribadian Agreeableness, sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku yang dipersepsikan, Intensi OCB. Universitas Sumatera Utara xiii LAMPIRAN C 1. Uji Normalitas 2. Uji Linearitas 3. Uji Multikolinearitas 4. Uji Autokorelasi 5. Uji Heteroskedastisitas 6. Uji Hipotesis LAMPIRAN D 1. Aitem Skala Kepribadian Agreeableness 2. Aitem Skala Sikap 3. Aitem Skala Norma Subjektif 4. Aitem Skala Kontrol Perilaku yang dipersepsikan 5. Aitem Skala intensi OCB Universitas Sumatera Utara Pengaruh Agreeableness, Sikap, Norma Subjektif, Kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap intensi Organizational Citizenship Behavior Ika Corry Hartati, Eka Danta Jaya Ginting Vivi Gusrini Rahmadani Pohan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana mana pengaruh dari agreeableness, attitude, subjective norm, perceived behavior control terhadap intensi Organizational Citizenship Behavior. Penelitian ini menggunakan sampel penelitian sebanyak 79 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling yang dikenakan pada dosen dan Karyawan di Universitas USMI. Pengumpulan datanya dengan menggunakan skala agreeableness, skala sikap, skala norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan, skala intensi OCB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agreeableness, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan secara bersama-sama memberikan pengaruh yang positif yang signifikan terhadap intensi OCB. Selanjutnya peneliti melakukan uji pada setiap variabel penelitian didapat 1 agreeableness memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap intensi OCB 2 sikap memiliki pengaruh yang positif terhadap intensi OCB 3 Norma subjektif memiliki pengaruh yang positif terhadap intensi OCB 4 kontrol perilaku yang dipersepsikan memiliki pengaruh yang positif terhadap intensi OCB Kata Kunci: Agreeableness, Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku yang dipersepsikan, Intensi OCB Universitas Sumatera Utara The Influence of Agreeableness, Attitude, Subjective norm, Perceived Behavior Control on the intension OCB Ika Corry Hartati, Eka Danta Jaya Ginting Vivi Gusrini Rahmadani Pohan ABSTRACT This research investigates the effects of agreeableness, attitude, subjective norm, and perceived behavior control on organizational citizenship behavior using data collected from 79 lecturers and clerical workers in USMI. Results show that agreeableness, attitude, subjective norm, perceived behavior controlhad a significantly positive influence on intension of organizational citizenship behavior. Keywords: Intension of organizational citizenship behavior, agreeableness, attitude, subjective norm and perceived behavior control Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

SDM Sumber Daya Manusia merupakan aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi Malayu, 2011. Sumber daya manusia yang unggul merupakan modal perusahaan agar mampu bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain yang lebih maju. Sumber daya manusia memiliki pengaruh yang penting bagi sumber daya lainnya sehingga dengan tidak adanya sumber daya manusia, maka sumber daya lainnya yang dimiliki oleh organisasi tidak dapat dimanfaatkan. Keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan fungsinya tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang ada didalamnya Luthans, 2006. Oleh sebab itu maka dalam sebuah perusahaan sangat diperlukan pembenahan SDM demi terciptanya sumber daya manusia yang unggul yang dapat meningkatkan keberhasilan suatu perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan dapat terlihat ketika karyawan tidak hanya memiliki keinginan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai tugas yang telah ditetapkan, akan tetapi mereka juga bersedia untuk melakukan pekerjaan tambahan diluar dari uraian tugas yang telah ditetapkan demi tercapainya efektivitas organisasi Organ, Podsakoff Mackenzie, 2006. Tuntutan perusahaan tersebut dapat disebut juga sebagai organizational citizenship behavior. Universitas Sumatera Utara 2 Organizational citizenship behavior OCB merupakan perilaku yang bermanfaat yang dilakukan oleh karyawan secara bebas dari ketentuan atau kewajibannya dengan tujuan untuk membantu orang lain dalam mencapai tujuan Bateman, Organ Dennis, 2006. Hal tersebut meliputi menolong rekan kerja yang tidak hadir, menolong rekan kerja yang mendapat tugas ekstra serta patuh terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Garg Rastogi 2006 menyatakan OCB memacu organisasi untuk lebih inovatif, fleksibel, produktif dan responsif demi kelangsungan serta kesuksesan organisasi. Selanjutnya terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa OCB mengarahkan karyawan kepada sejumlah perilaku sukarela serta peningkatan hasil kerja. Begitu juga dengan Sweeny McFarlin 2002 yang menambahkan bahwa OCB yang terlihat sederhana, apabila terus dilakukan oleh banyak karyawan maka akan sangat membantu organisasi dalam meningkatkan produktivitas serta melebihi target kinerja perusahaan yang dapat bersaing dengan perusahaan kompetitor lainnya. Perilaku seseorang dalam melakukan OCB dapat dilihat dari intensi individu tersebut. Intensi merupakan keputusan yang dibuat manusia untuk berperilaku secara tertentu Craighead Nemerof, 2002. Oleh sebab itu, dapat dijabarkan bahwa ketika seseorang hendak melakukan sesuatu, ada niat ataupun sesuatu hal yang mendasarinya untuk melakukan. Hal yang dijabarkan tersebut dapat dikatakan sebagai intensi Ajzen, 2005. Begitu pula halnya dengan OCB, intensi seseorang untuk melakukan OCB berpengaruh sebagai antesenden munculnya OCB. Semakin kuat intensi untuk menampilkan OCB maka semakin besar peluang untuk melakukan perilaku tersebut. Selanjutnya didukung oleh penelitian Universitas Sumatera Utara 3 dari Khan Stanton 2010 yang menyatakan bahwa dalam menentukan suatu perilaku maka sebelumnya harus ditentukan intensinya terlebih dahulu. Dalam penelitiannya untuk menentukan perilaku OCB maka harus melalui intensi OCB terlebih dahulu. Intensi adalah prediktor terbaik dari munculnya suatu perilaku sehingga apabila kita ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang maka cara terbaik untuk memprediksinya adalah dengan mengetahui intensinya Ajzen, 1991. Intensi dapat berubah karena waktu. Intensi ini dapat dijabarkan dalam theory of planned behavior yang mengemukakan bahwa seseorang akan memunculkan perilaku apabila ia menilai bahwa perilaku itu baik atau bernilai positif, ketika orang-orang sekitar individu mengharapkan perilaku itu terjadi dan ketika individu memiliki kontrol diri berupa kesempatan serta kepercayaan diri untuk menampilkan perilaku tersebut Ajzen, 2005 Theory planned behavior dapat digunakan untuk melihat bagaimana suatu perilaku akan ditampilkan oleh seseorang maka terlebih dahulu individu tersebut harus mengetahui alasan perlunya perilaku tersebut ditampilkan. Dalam theory planned behavior, intensi dapat dipengaruhi oleh tiga faktor penentu yaitu sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Maka penelitian ini juga mencoba menggunakan sudut pandang theory planned behavior untuk memprediksi kemauan para individu yang dalam konteks penelitian ini adalah para karyawan dalam perilaku OCB. Ajzen 2005 mengatakan bahwa sikap adalah penilaian positif dan negatif yang dimiliki individu terhadap perilaku yang ditampilkan. Oleh sebab itu pada penelitian ini maka intensi OCB dalam bentuk penilaian positif suka dan negatif Universitas Sumatera Utara 4 tidak suka. Sikap ini terdiri dari dua aspek yaitu keyakinan perilaku dan keyakinan hasil. Keyakinan perilaku adalah keyakinan individu akan konsekuensi perilaku yang akan dimunculkan. Dalam hal ini, sikap karyawan terhadap intensi OCB ditentukan dari konsekuensi yang diterima baik positif ataupun negatif. Selanjutnya keyakinan hasil adalah penilaian individu akan konsekuensi yang dihasilkan perilaku tersebut. Dalam hal ini, ketika individu melakukan intensi OCB maka individu percaya hasil yang ia dapat berupa positif dan negatif. Selanjutnya Wahyu, Fausiah Masyitha 2013 menyatakan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap intensi karyawan. Hal ini berarti semakin positif hubungannya maka semakin besar perilaku tersebut ditampilkan. Selain sikap, norma subjektif juga menjelaskan individu untuk berperilaku. Norma subjektif adalah kepercayaan seseorang terhadap harapan orang lain untuk ia lakukan dan keinginannya untuk mengikuti harapan tersebut. Norma subjektif ini terdiri dari dua aspek yaitu keyakinan normatif dan motivasi untuk menuruti. Keyakinan normatif adalah keyakinan individu mengenai diterima atau tidaknya perilaku tersebut sesuai dengan orang-orang acuannya atau tekanan sosial. Motivasi untuk menuruti adalah seberapa kuat individu menuruti dorongan dari para acuan atau tekanan sosial Ajzen, 2005. Keyakinan karyawan mengenai diterima atau tidaknya OCB ditentukan oleh orang-orang acuan yang ada ditempat kerjanya serta seberapa kuat karyawan tersebut mematuhi OCB tersebut yang dapat mempengaruhi intensi OCB yang ditampilkan. Oleh sebab itu ketika OCB itu sering ditampilkan dan diterima oleh kelompok kerjanya maka kemungkinan besar intensi tersebut akan ditampilkan oleh subjek. Akan tetapi ketika OCB tersebut tidak ditampilkan dan tidak diterima Universitas Sumatera Utara 5 oleh kelompok kerjanya maka kecenderungan subjek tidak melakukan intensi OCB tersebut. Selanjutnya Wahyu, Fausiah Masyitha 2013 menyatakan dalam penelitiannya bahwa norma subjektif memiliki hubungan yang positif dengan intensi berperilaku yang berarti semakin tinggi rujukan sosial ditempat kerja maka diharapkan semakin tinggi intensi berperilakunya. Selanjutnya kontrol perilaku yang dipersepsikan adalah persepsi seseorang tentang seberapa mudah atau seberapa sulit individu tersebut memunculkan perilaku. Semakin individu merasa perlu mampu atau mudah dalam melakukan perilaku tersebut maka semakin besar juga intensinya memunculkan perilaku tersebut. Keyakinan ini didasari oleh pengalaman masa lalu dari perilaku tersebut akan tetapi juga dipengaruhi oleh informasi pendukung mengenai perilaku tersebut, melalui observasi ataupun faktor lain yang dapat meningkatkan atau mengurangi kesulitan dalam menampilkan perilaku tersebut Ajzen, 2005. Kontrol perilaku yang dipersepsikan terdiri dari dua aspek yaitu keyakinan mengontrol dan kekuatan untuk mengontrol. Keyakinan mengontrol adalah persepsi seseorang memiliki atau tidak memiliki kapasitas untuk melakukan perilaku tersebut. Selanjutnya kekuatan untuk mengontrol adalah seberapa besar kapasitas tersebut untuk mengontrol agar perilaku tersebut ditampilkan. Dalam penelitian ini, ketika karyawan memiliki kemampuan untuk melakukan OCB serta dorongan yang kuat dalam dirinya untuk melakukan OCB maka perilaku tersebut cenderung ditampilkan Ajzen, 2005. Semakin banyak sumber daya dan kesempatan individu yang dimiliki dan semakin sedikit hambatan serta rintangan yang diantisipasi maka semakin besar intensi tersebut dapat ditampilkan. Begitu juga sebaliknya ketika semakin sedikit sumber daya yang dihadapi serta Universitas Sumatera Utara 6 banyaknya hambatan ketika perilaku tersebut ditampilkan maka kecil kemungkinan intensi tersebut dapat ditampilkan. OCB dapat ditampilkan oleh karyawan ketika karyawan tersebut memiliki kesempatan serta mampu memberikan bantuan kepada karyawan lain sehingga intensi OCB tersebut kemungkinan besar akan ditampilkan oleh karyawan. Akan tetapi ketika kesempatannya untuk berintensi OCB juga kurang, ditambah lagi juga ketidakmampuannya dalam hal keahlian untuk berintensi OCB maka kemungkinan intensi OCB tidak dimunculkan. Selanjutnya Wahyu dkk. 2013 memaparkan penelitiannya bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh positif dengan intensi, yang berarti jika tidak adanya hambatan dan adanya dukungan yang tinggi untuk berperilaku dari segala pihak dilingkungan kerja maka diharapkan semakin tinggi pula intensi karyawan untuk berperilaku. George dalam Emanuel, Ariek 2011 mengatakan bahwa OCB dapat ditentukan oleh kepribadian seseorang. Sejalan dengan penelitian dari George, Jones Brief 1992 yang berpendapat bahwa kemauan seseorang untuk dapat membantu rekan kerjanya dapat dipengaruhi oleh faktor kepribadiannya. Kepribadian merupakan hal yang unik dan relatif menetap pada karakter seseorang yang mempengaruhi tingkah laku dalam situasi yang berbeda. Terdapat beberapa bukti empiris menyatakan bahwa kepribadian akan mempengaruhi kinerja individual setelah mereka bekerja Barrick Mount, 1991. Sejalan dengan penelitian di atas Organ 1990 berpendapat bahwa perbedaan individu merupakan prediktor yang memainkan pengaruh penting pada seorang karyawan sehingga karyawan tersebut akan menunjukkan OCB mereka. Dengan demikian, diyakini bahwa beberapa orang yang memperlihatkan siapa mereka atau Universitas Sumatera Utara 7 bagaimana mereka memperlihatkan kepribadian mereka akan lebih memungkinkan untuk mereka menampilkan OCB. Dalam kepribadian terdapat beberapa jenis kepribadian dan dalam penelitian ini peneiliti menggunakan teori kepribadian big five. Hal tersebut dikarenakan terdapat banyak peneliti yang menggunakan teori big five dihubungkan dengan OCB. Raad 2000 mengemukakan bahwa teori big five dapat digunakan untuk penelitian lintas budaya dan berbagai situasi, dengan hasil yang relatif stabil. Selanjutnya didukung McCrae Costa 2003, kelima dimensi dari teori big five bersifat universal dan telah digunakan dalam penelitian di berbagai negara. Sejalan yang diungkapkan oleh beberapa tokoh di atas maka Londsbury, Saudargas Gibson 2004 mengungkapkan kepribadian big-five sering digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan organisasi. Selanjutnya Selama tiga dekade para trainer dan konsultan pada umumnya mengikuti asumsi Myers-Briggs Type Indicator MBTI namun sekarang model kepribadian yang lebih diterima dan digunakan adalah Big Five Howard Howard, 2004. Model ini sangat didasarkan dari penelitian-penelitian cross-sectional, longitudinal, dan penelitian selanjutnya Costa McCrae dalam Cavanaugh, 2006. Big Five adalah lima trait yang menjadi gagasan penting dalam menggambarkan kepribadian seseorang Morris Maisto, 2005. Howard Howard 2004 menjelaskan bahwa masing-masing dimensi dari Big Five Personality merupakan sebuah paket yang mencakup sepengaruhgkat trait selanjutnya cenderung terjadi bersamaan. Definisi kelima faktor tersebut menunjukkan bahwa usaha untuk menggambarkan elemen umum dari sejumlah trait atau sub-faktor, di dalam masing-masing “paket”. Paket trait yang paling Universitas Sumatera Utara 8 umum diterima adalah yang dikembangkan oleh Costa McCrae 1992. Tatanamanya dibentuk untuk populasi akademik dan klinis. Trait adalah pola perilaku tertentu pikiran, tindakan, dan perasaan yang relatif menetap pada berbagai situasi Lahey, 2005. Kepribadian big-five terdiri dari 5 tipe yang diungkapkan oleh McCrae Costa 1992 yaitu neuroticm, extraversion, openess, agreeableness, dan conscientiousness. Berdasarkan dari teori big-five yang terdiri dari 5 tipe yang telah disebutkan diatas maka peneliti memilih satu tipe kepribadian yaitu tipe kepribadian agreeableness. Hal tersebut dikarenakan banyak penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa agreeableness memiliki hubungan yang signifikan dengan OCB. Sampath 2008 yang menyatakan bahwa OCB memiliki hubungan yang positif dengan kepribadian agreeableness. Dimana semakin tinggi ciri agreeableness yang dimiliki oleh karyawan maka kecenderungannya untuk berperilaku OCB semakin besar. Hal ini juga sejalan dengan yang dikatakan oleh Moorman Blakely dalam Seniati, 2004 menyatakan bahwa karakter sifat agreeableness sangat kuat korelasinya dengan OCB. Hal ini berarti orang yang memiliki kepribadian ini mempunyai cara untuk menciptakan ikatan-ikatan keluarga dengan orang lain yang tidak memiliki hubungan darah tetapi secara sosial dekat. Karyawan yang sifat agreeableness cenderung menjaga keharmonisan dalam hubungan yang kurang nyaman dalam bekerja dan bersedia mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok. Mc Crae Costa 1992 menjelaskan kepribadian agreeableness adalah karakter kepribadian yang memiliki ciri-ciri individu lembut, dapat dipercaya, Universitas Sumatera Utara 9 suka membantu, memaafkan, mudah percaya, apa-adanya. Individu yang memiliki sifat agreeableness dapat dikatakan individu yang suka membantu. Individu yang memiliki sifat ini memiliki keinginan untuk membantu teman sekerja yang membutuhkan meskipun itu diluar dari tanggung jawabnya di organisasi tempat dia bekerja. Selanjutnya Organ dalam Brahmana Sofyandi, 2007 mengatakan perilaku menolong orang lain tanpa adanya paksaan merupakan salah satu dimensi OCB. Selain sifat yang penolong, agreeableness memiliki sifat apa adanya tanpa ada niat untuk tidak jujur yang dapat menimbulkan konflik antara karyawan. Dengan begitu banyak alasan dalam penyelesaian tugas yang dapat menghambat aktivitas organisasi. Selanjutnya didukung sifat yang pemaaf, dimana ketika terjadi konflik di dalam organisasi individu yang memiliki sifat agreeableness yaitu mudah memaafkan demi terjalinnya hubungan yang baik antar karyawan di dalam organisasi. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Seniati 2004 mengatakan bahwa individu yang memiliki sifat atau karakter agreeableness cenderung mampu menjaga keharmonisan dalam hubungan yang kurang nyaman dalam bekerja dan bersedia mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok. Sifat dapat dipercaya, dimana dalam menyelesaikan pekerjaan individu ini bertanggung jawab untuk menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya dan dapat dipercaya dalam menyimpan rahasia perusahaan, rahasia pribadi rekan kerja yang membuat individu ini dapat diandalkan dalam pekerjaan maupun sebagai teman yang baik buat rekan kerjanya. Selain sifatnya yang dapat dipercaya Ia juga Universitas Sumatera Utara 10 memiliki sifat yang lembut dalam bergaul sehingga individu mudah menjalin hubungan yang akrab dengan rekan kerjanya. Dengan mengetahui pentingnya pengaruh OCB terhadap keberhasilan suatu perusahaan maka sangat dibutuhkan penelitian yang mengangkat kajian OCB khususnya di dunia organisasi. Kajian ini dapat membantu khususnya bagi Universitas Sari Mutiara Indonesia yang baru berdiri pada tahun 2013. Kondisi ini membuat Universitas ini harus mampu bersaing dengan Universitas lain yang ada di Sumatera Utara. Universitas Sari Mutiara Indonesia mampu mengembangkan mutunya dan supaya dapat bersaing dengan Universitas lainnya maka organisasi ini melakukan pengembangan dari segi eksternal dari luar organisasi dan internal dari dalam organisasi. Pengembangan dari segi eksternal adalah dengan membangun jaringan kerja sama dengan asosiasi profesi di Sumatera Utara yang telah terjalin dengan sangat harmonis antara lain dengan Aptisi, IBI, PPNI, IAKMI, Perbarindo, Apindo, PUM dan beberapa asosiasi profesi lain Harian Sumut Pos, 2013 Pengembangan dari segi internal terdiri dari fisik dan nonfisik. Dari segi fisik mengembangkan kampus yang representatif, membangun gedung baru dan merenovasi gedung lama dengan menambah kelas dan ruang laboratorium, ruangan perpustakaan, serta berbagai ruangan yang dibutuhkan serta sarana olah raga. Selanjutnya dari segi non fisik, USMI juga telah melakukan pembenahan SDM Harian Sumut Pos, 2013. Dengan adanya perubahan dari Sekolah Tinggi menjadi Universitas membuat jurusan bertambah yang dulunya bergerak di dunia kesehatan, kini telah bertambah keranah sosial Harian Sumut Pos, 2013. Dengan penambahan Universitas Sumatera Utara 11 tersebut membuat tugas masing-masing karyawan bertambah, meskipun untuk penambahan jurusan pihak Universitas telah menambah karyawan sesuai dengan pendidikan masing-masing akan tetapi jumlah karyawan masih tergolong kurang. Hal ini terlihat dari wawancara personal dibawah ini. Disini sih kerjanya saling membantu, soalnya SDM yang masih kurang memadai sehingga harus membantu unit lain yang membutuhkan. Wawancara Personal, J, 5 Mei 2014 Berdasarkan hasil wawancara pada karyawan USMI, didapat bahwa perusahaan mengharapkan masing-masing karyawan untuk dapat saling membantu serta mengerjakan tugas melebihi dari tugas pokoknya sebagai bentuk sikap mendukung kemajuan pada perusahaan USMI. Hal ini terjadi karena jumlah SDM yang kurang memadai sehingga sangat dibutuhkan masing-masing unit untuk saling membantu. Hal tersebut didukung oleh teori Robbins 2007 bahwa organisasi yang sukses akan membutuhkan karyawan yang akan melakukan lebih dari sekedar tugas yang biasa mereka lakukan, memberikan kinerja yang melebihi harapan perusahaan dengan bersedia mengajukan diri untuk kerja ekstra, patuh pada aturan, dan fleksibel dalam bekerja. Harapan USMI sejalan dengan tindakan yang dilakukan oleh para karyawan, hal tersebut terlihat dari hasil observasi bahwa ketika mengerjakan laporan terlihat oleh peneliti para karyawan tersebut pulang hingga larut malam melebihi dari jam kerja dan ditambah lagi peneliti mewawancarai beberapa karyawan di program studi X yang ada di USMI. Berikut kutipan wawancara: Universitas Sumatera Utara 12 Saya merasa tidak keberatan jika pulang harus larut malam, yang penting tugas kami tidak terkendala. Kadang kalau saya tidak bisa pulang larut malam karena rumah saya jauh biasanya tugas saya bawa pulang. Jadi tugas saya tetap berjalan dan yang lain tidak terkendala. Wawancara Personal B, 5 Mei 2014 Berdasarkan wawancara di atas, karyawan B mengerjakan tugas melebihi dari tuntutan perusahaan padanya. Tindakan yang dilakukan oleh karyawan demi kemajuan perusahaan. Selanjutnya terdapat juga karyawan lain yang memiliki sikap menolong pada rekan kerjanya. Berikut kutipan wawancara: Saya sempat tiga hari menjadi tenaga administrasi karena karyawan administrasinya sedang cuti dan saya senang-senang aja tanpa ada merasa keberatan, lagian tugas saya juga masih bisa dibagilah. Jika tidak ada yang menggantikan jadi susah apalagi saat ini program studi kami lagi sibuk-sibuknya Wawancara Personal, A, 5 Mei 2014. Berdasarkan wawancara diatas karyawan A memiliki keinginan sendiri tanpa adanya paksaan dalam membantu rekan kerja. Kondisi tersebut membuat proses administrasi diprogram studinya tidak mengalami kendala karena adanya karyawan yang menggantikan karyawan administrasi yang sedang cuti. Berdasarkan wawancara dari beberapa karyawan di USMI terlihat bahwa karyawan tersebut dengan sukarela membantu rekan kerja, bekerja melebihi tuntutan dari perusahaan tanpa adanya mengharapkan hadiah atau imbalan dari Universitas Sumatera Utara 13 perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan mereka demi kemajuan perusahaan ditempat mereka bekerja. Keadaan yang ditunjukkan oleh perilaku karyawan USMI menampakkan bentuk dari Organizational Citizenship Behavior OCB. Hal tersebut didukung oleh Organ 1997 dalam Ehtiyar, Alan Omuris 2010 yang mengatakan tindakan sukarela dari individu dan dilakukan demi kepentingan dalam membantu produktivitas organisasi dapat disebut OCB. Dengan mengetahui pentingnya pengaruh OCB terhadap kemajuan dari perusahaan sehingga dirasa perlu untuk meningkatkannya. Oleh sebab itu maka peneliti mencoba menerapkan teory plainned behavior dan kepribadian dapat diterapkan pada intensi OCB. Pada penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh kepribadian agreeableness, sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap OCB.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh agreeableness, sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara bersamaan terhadap intensi organizational citizenship behavior? 2. Seberapa besar pengaruh agreeableness terhadap intensi organizational citizenship behavior? 3. Seberapa besar pengaruh sikap terhadap intensi organizational citizenship behavior? Universitas Sumatera Utara 14 4. Seberapa besar pengaruh norma subjektif terhadap intensi organizational citizenship behavior? 5. Seberapa besar pengaruh kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap intensi organizational citizenship behavior? C.TUNJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara agreeableness, sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan secara bersama-sama terhadap intensi organizational citizenship behavior. 2. Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai: a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepribadian agreeableness dengan intensi organizational citizenship behavior. b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sikap dengan intensi organizational citizenship behavior c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh norma subjektif dengan intensi organizational citizenship behavior d. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kontrol perilaku yang dipersepsikan dengan intensi organizational citizenship behavior. Universitas Sumatera Utara 15

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti dari segi praktis maupun teoritis 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi industri dan organisasi, khususnya mengenai pengaruh antara agreeableness, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dipersepsikan dengan intensi organizational citizenship behavior. 2. Manfaat Praktis a. Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pihak perusahaan untuk dapat meningkatkan OCB. Untuk dapat meningkatkan OCB diperusahaan maka pihak perusahaan harus paham keinginan karyawan terhadap OCB. Keinginan karyawan terhadap OCB tersebut dapat dilihat dari sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan dan kepribadian agreeableness yang dimiliki karyawan. b. Dapat memperluas ruang lingkup dan menambah wacana peneliti dalam bidang ilmu psikologi industri dan organisasi serta ilmu manajemen sumber daya manusia.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Universitas Sumatera Utara 16 Bab ini menguraikan secara umum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian. Bab 2 Landasan Teori Bab ini menguraikan mengenai berbagai teori yang dapat memberikan penjelasan dan mendukung data penelitian. Bab 3 Metode Penelitian Bab ini menguraikan rangkaian penelitian yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan analisa data. Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini menguraikan mengenai hasil yang ditemukan dalam penelitian serta pembahasan hasil penelitian dan perbandingan hasil penelitian dengan teori. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari seluruh hasil yang telah diperoleh, dan saran untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. INTENSI 1. Defenisi Intensi

Intensi menurut Ajzen Fishbein 1980 adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Selanjutnya Bandura 1986 mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu dimasa yang akan datang. Intensi merupakan indikasi kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perilaku dan menjadi anteseden langsung dari perilaku tersebut. Intensi dipercaya bahwa semakin kuat intensi seseorang untuk menampilkan suatu perilaku tertentu maka semakin berhasil melakukan perilaku tersebut. Intensi adalah fungsi dari kepercayaan dan informasi yang penting mengenai kecenderungan bahwa menampilkan suatu perilaku tertentu akan mengarahkan pada suatu hasil yang spesifik. Intensi dapat berubah karena waktu Ajzen, 2005. Berdasarkan beberapa definisi diatas maka intensi adalah komponen yang ada pada diri individu mengacu pada keinginan untuk dapat menampilkan perilaku tertentu serta dipengaruhi oleh kepercayaan atau informasi penting mengenai perilaku yang ditampilkan dan perilaku tersebut dapat berubah sejalan berjalannya waktu. Universitas Sumatera Utara 18

2. Aspek Intensi

Adapun aspek intensi yang diungkapkan oleh Fishbein Ajzen dalam Ajzen, 2005 adalah sebagai berikut: a. Tindakan: perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan b. Sasaran: objek yang menjadi sasaran perilaku c. Situasi: Situasi yang mendukung perilaku tersebut di wujudkan d. Waktu: waktu terjadinya perilaku meliputi waktu tertentu, dalam suatu periode atau tidak terbatas dalam satu periode. Misalnya waktu yang spesifik hari tertentu, jam tertentu, periode tertentu bulan tertentu. Waktu yang tidak terbatas waktu masa yang akan datang.

3. Organizational Citizenship Behavior a.

Definisi Organizational Citizenship Behavior Organizational Citizenship Behavior OCB dapat didefinisikan sebagai perilaku menguntungkan yang dilakukan oleh karyawan secara bebas dari ketentuan atau kewajiban dengan tujuan untuk membantu orang lain dalam mencapai tujuan organisasi Garg Rastogi, 2006. Selanjutnya ditambahkan lagi oleh Organ dalam Organ, Podsakoff, dan MacKenzie, 2006. Organizational Citizenship Behavior OCB adalah perilaku individu yang bebas, tidak secara langsung atau eksplisit diakui dalam sistem pemberian penghargaan dan dalam mempromosikan fungsi efektif organisasi. Dengan kata lain, OCB adalah perilaku karyawan yang melebihi pengaruh yang diwajibkan, yang tidak secara langsung mendapat hadiah. Bebas dalam arti bahwa perilaku tersebut bukan merupakan kewajiban dan tuntutan dari perusahaan akan tetapi kerelaan dari karyawan untuk Universitas Sumatera Utara 19 melakukan dan tindakan tersebut dapat menguntungkan bagi pihak perusahaan Podsakoff, dalam Organ, Podsakoff, MacKenzie, 2006. Robbins Judge 2009 mengemukakan bahwa OCB adalah perilaku yang merupakan pilihan pribadi karyawan diluar dari kewajiban formal dari perusahaan, namun perilaku tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan Daft 2003 juga menyatakan bahwa Organizational Citizenship Behavior OCB adalah perilaku karyawan yang melebihi persyaratan kerja dari perusahaan dan memberikan kesuksesan organisasi. Seorang karyawan dapat menampilkan perilaku OCB dengan cara membantu rekan sekerja dan pelanggan, melakukan kerja ekstra jika dibutuhkan, dan membantu memecahkan masalah dalam memperbaiki produk dan prosedur. OCB melibatkan beberapa perilaku, meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi sukarelawan untuk tugas-tugas di luar kewajibannya, mematuhi aturan- aturan dan prosedur-prosedur ditempat kerja. Perilaku-perilaku ini menggambarkan “nilai tambah karyawan” dan merupakan salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna membantu Aldag Resckhe, 1997 Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Organizational Citizenship Behavior OCB merupakan perilaku yang menguntungkan ditampilkan oleh karyawan yang tidak hanya melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya saja namun karyawan juga melakukan lebih daripada apa yang menjadi tanggung jawabnya tanpa secara langsung mendapat hadiah dari organisasi dan tindakannya tersebut semata-mata hanya untuk kepentingan organisasi dalam mencapai tujuannya. Universitas Sumatera Utara 20

4. Intensi Organizational Citizenship Behavior