40 biaya pembelian air bersih masih dirasakan wajar terlebih lagi mereka tinggal di
kota besar yang umumnya sulit mendapatkan air bersih. 6.1.3
Estimasi Nilai Eksternalitas Positif dari Penyediaan Biogas bagi Masyarakat sekitar TPA Rawa Kucing
Penyediaan biogas yang bersumber dari TPA Rawa Kucing juga menjadi salah satu bentuk eksternalitas positif dari keberadaan TPA Rawa Kucing,
walaupun masih dalam tahap pengembangan yang manfaatnya belum dapat dirasakan masyarakat sekitar dalam skala besar. Penyediaan biogas dilakukan
dengan menyalurkannya dari ruang instalasi biogas di TPA Rawa Kucing ke rumah masyarakat di sekitar di TPA menggunakan pipa. Estimasi nilai
eksternalitas penyediaan biogas didapat dengan mengetahui produksi dan nilai konversi biogas yang dihasilkan seperti pada Tabel 9.
Tabel 9 Nilai eksternalitas pemanfaatan biogas
No. Tahun
Produksi 1.
2012 4 090 m
3
2. 2013
3 125 m
3
Total produksi 7 215 m
3
Rata-rata produksitahun 3 607.5 m
3
Konversi satuan biogas ke kg 0,8 kgm
3
2 886 kg Harga biogaskg Rp 6 000
disesuaikan dengan harga LPG di tingkat masyarakat Nilai produksi biogastahun Rp
17 316 000 Biaya pemanfaatan biogastahun Rp 12 242 000
Nilai manfaat bersih biogastahun Rp 5 074 000
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang 2014
Dari data gas metan yang baru dihasilkan dan dioperasikan selama dua tahun terakhir, diperoleh bahwa pada tahun 2012 gas metan yang dihasilkan
sebesar 4 090 m
3
dan pada tahun 2013 sebesar 3 125 m
3
. Total gas metan yang dihasilkan selama dua tahun terakhir sebesar 7 215 m
3
dengan rata-rata gas metan yang dihasilkan 3 607.5 m
3
tahun. Konversi satuan volume m
3
menjadi satuan massa kg untuk gas metan yang dihasilkan, dilakukan untuk memperoleh
estimasi nilai eksternalitas positif dari biogas yang dihasilkan. Menurut Kementerian Perindustrian 2013 konversi satuan volume m
3
menjadi satuan massa kg pada biogas belum ditentukan, sehingga konversi dapat dilakukan
berdasarakan pada konversi umum yang berlaku bagi gas alam. Konversi umum dari satuan volume m
3
menjadi satuan massa kg untuk gas alam adalah sebesar
41 0.8 kgm
3
atau 1 m
3
gas alam setara dengan 0.8 kg gas alam engineeringtoolbox 2014. Diperoleh dari konversi yang digunakan, bahwa rata-rata gas metan yang
dihasilkan adalah sebesar 2 886 kgtahun, dengan menggunakan harga LPG di tingkat masyarakat sebesar Rp 6 000kg maka nilai produksi gas metan adalah
sebesar Rp 17 316 000tahun. Biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan gas metan adalah sebesar Rp 12 242 000tahun Tabel 10 sehingga nilai manfaat
bersih sebagai eksternalitas positif dari pemanfaatan gas metan adalah sebesar Rp 5 074 000tahun.
Tabel 10 Biaya pemanfaatan sampah menjadi biogas
No. Keterangan
Biaya pembelian
Rp Umur
ekonomis Biaya
penyusutan tahun Rp
Biayatahun Rp
Biaya tetap 1.
Bangunan 25 000 000
25 tahun 1 000 000
1 000 000
2. Instalasi gas metan :
a. Pipa besar 48 m ukuran 4 inch
2 280 000 10 tahun
228 000 228 000
b. Pipa kecil 140 m ukuran 14 inch
490 000 10 tahun
49 000 49 000
c. Meteran alat ukur volume gas metan
150 000 10 tahun
15 000 15 000
d. Blower 1 unit 1 500 000
10 tahun 200 000
150 000
Biaya variabel 1.
Listrik -
- -
1 200 000
2.
Gaji tenaga kerja 1 orang -
- -
9 600 000
Jumlah 12 242 000
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang 2014
6.1.4
Estimasi Nilai Eksternalitas Positif dari Penyediaan Kompos dan Kebersihan Lingkungan bagi Mayarakat Kota Tangerang
Composting merupakan salah satu sistem pengelolaan yang diterapakan di TPA Rawa Kucing. Composting merupakan teknik pemanfaatan sampah untuk
digunakan menjadi pupuk organik atau biasa disebut dengan pupuk kompos. Proses pembuatan kompos di TPA Rawa Kucing ada beberapa tahapan,
diantaranya proses pengangkutan sampah ke dalam bak pemilah, proses pemilahan sampah, proses pencacahan sampah, proses penumpukan sampah
setelah dicacah, proses pembalikan sampah, proses pengeringan sampah, proses pengayakan, dan terakhir proses pengemasan dalam karung ukuran 50 kg Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang 2013. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kompos merupakan sampah organik yang berasal dari beberapa
42 pasar tradisional yang diangkut ke TPA Rawa Kucing dan juga berasal dari
sampah organik yang ada di landfill area. Tabel 11 Nilai eksternalitas positif penyediaan kompos
No. Tahun
Produksi kg 1.
2011 165 325
2. 2012
186 350 3.
2013 171 825
Total produksi 523 500
Rata-rata produksitahun 174 500
Harga komposkg Rp 500
Nilai produksi kompostahun Rp 87 250 000
Biaya pemanfaatan kompostahun Rp 75 780 000 Nilai manfaat bersih kompostahun Rp 11 470 000
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang 2014
Perhitungan nilai eksternalitas positif dari penyediaan kompos yang berasal dari TPA Rawa Kucing dapat dilihat secara rinci pada Tabel 11. Dari
perhitungan estimasi nilai eksternalitas positif penyediaan kompos, diperoleh bahwa dari data produksi kompos selama tiga tahun terakhir diperoleh rata-rata
produksi kompos adalah sebesar 174 500 kgtahun. Harga pupuk kompos yang digunakan disesuaikan dengan peraturan Kementerian Pertanian nomor
122PermentanSR.130112013 ditetapkan sebesar Rp 500kg. Nilai produksi kompos di TPA Rawa Kucing diperoleh sebesar Rp 87 250 000tahun dengan
biaya pemanfaatan sampah menjadi kompos diketahui sebesar Rp 75 780 000tahun Tabel 12, sehingga nilai manfaat bersih penyediaan kompos didapat
sebesar Rp 11 470 000tahun. Tabel 12 Biaya pemanfaatan sampah menjadi kompos
No. Keterangan
Biaya pembelian
Rp Umur
ekonomis Biaya
penyusutan tahun Rp
Biayatahun Rp
Biaya tetap 1.
Bangunan 20 000 000
25 tahun 800 000
800 000
2.
Mesin pencacah 9 000 000
15 tahun 600 000
600 000
3. Mesin pengayak
4 500 000 15 tahun
300 000 300 000
4.
Garpucangkrang 5 buah 250 000
5 tahun 50 000
50 000
5. Timbangan duduk
1 500 000 20 tahun
75 000 75 000
Biaya variabel 1.
Solar -
- -
4 050 000
2.
Cairan fermentasi E4 -
- -
5 760 000
3. Dedekpenurun kadar air
- -
- 14 400 000
4.
Karung 3490 buahtahun ukuran 50 kg
1 745 000 -
- 1 745 000
5.
Gaji tenaga kerja 5 orang -
- -
48 000 000
Jumlah 75 780 000
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang 2014
43 Kebersihan lingkungan yang terjaga karena tersedianya TPA tentu mampu
mengurangi bahkan menghindari berbagai eksternalitas negatif yang ada dari keberadaan timbulan sampah. Estimasi penilaian terhadap kebersihan lingkungan
Kota Tangerang cukup sulit dilakukan mengingat nilainya yang intangible dan tidak dirasakan secara langsung manfaatnya oleh masyarakat sehingga tidak
dihitung lebih lanjut nilainya dalam penelitian ini. 6.1.5
Estimasi Nilai Eksternalitas Negatif berupa Peningkatan Biaya Berobat
Estimasi nilai eksternalitas terhadap peningkatan biaya berobat akibat pencemaran yang terjadi di sekitar lokasi TPA Rawa Kucing cukup sulit
dilakukan dikarenakan adanya kebijakan biaya berobat gratis di setiap puskesmas. Akan tetapi, dengan wawancara yang dilakukan bersama pihak Puskesmas
Kedaung Wetan diperoleh estimasi nilai dari biaya berobat yang harus dikeluarkan masyarakat khususnya bagi penyakit yang diindikasikan kuat akibat
pencemaran TPA Rawa Kucing seperti ISPA, batuk, dan diare apabila biaya berobat tidak dikompensasi oleh pemerintah. Biaya yang diestimasi bagi
pemulihan penyakit ISPA adalah sebesar Rp 10 000 setiap satu kali berobat dan Rp 5 000 setiap satu kali berobat bagi pemulihan penyakit batuk dan diare,
sehingga estimasi perhitungan biaya berobat responden di Puskesmas Kedaung Wetan karena adanya pencemaran di sekitar TPA Rawa Kucing dihitung seperti
pada Tabel 13 dan estimasi perhitungan biaya berobat responden di balai pengobatan yang lain dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 13 Estimasi nilai eksternalitas negatif berupa biaya berobat responden di Puskesmas Kedaung Wetan
No. Jenis
penyakit Intensitas
penyakittahun Biaya satu kali
berobat Rp Jumlah
biayatahun 1.
ISPA 130 kali
10 000 1 300 000
2. Batuk
10 kali 5 000
50 000
3. Diare
26 kali 5 000
130 000
Total 1 480 000
Sumber : Data primer, diolah 2014
44
5000 10000
15000 20000
25000
2011 2012
2013
J um
la h
P a
sien
Kedaung Baru Selapajang Jaya
Kedaung Wetan
Dari Tabel 13 dan Tabel 14, dapat diketahui bahwa total biaya berobat yang dikeluarkan responden sebesar Rp 6 420 000tahun.
Tabel 14 Estimasi nilai eksternalitas negatif berupa biaya berobat responden di balai pengoatan lain
No. Jenis penyakit
Jumlah biayatahun Rp 1.
ISPA 2 720 000
2.
Diare 2 220 000
Total 4 940 000
Sumber : Data primer, diolah 2014
Pasien yang berasal dari Kelurahan Kedaung Wetan selama tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan dan menjadi pasien terbanyak dari tiga
kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Kedaung Wetan Tabel 15. Tabel 15 Jumlah pasien di Puskesmas Kedaung Wetan
No. Kelurahan
Tahun 2011
2012 2013
1. Kedaung Baru
7 424 7 300
7 243
2. Selapajang Jaya
8 401 7 968
8 511
3.
Kedaung Wetan 16 818
17 571 20 216
Sumber : Puskesmas Kedaung Wetan 2014
Pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah pasien yang berasal dari Kelurahan Kedaung Baru dan Selapajang Jaya sebesar 1.67 dan 5.15 dari
tahun sebelumnya, sedangkan pasien yang berasal dari Kelurahan KedaungWetan mengalami peningkatan sebesar 4.47 dari tahun sebelumnya.
Sumber : Puskesmas Kedaung Wetan 2014 Gambar 11 Jumlah pasien di Puskesmas Kedaung Wetan
45
21.97 37.95
40.08 Kedaung Baru
Selapajang Jaya Kedaung Wetan
Pada tahun 2013 jumlah pasien yang berasal dari Kelurahan Kedaung Baru masih mengalami penurunan sebesar 0.78, pasien yang berasal dari Kelurahan
Selapajang Jaya mengalami peningkatan sebesar 6.81, dan pasien yang berasal dari Kelurahan Kedaung Wetan mengalami peningkatan yang cukup tinggi
sebesar 15.05 dari tahun sebelumnya seperti pada Gambar 11. Perbandingan jumlah penduduk yang ada di tiga kelurahan yang menjadi
wilayah kerja Puskesmas Kedaung Wetan Tabel 16 menunjukkan bahwa semakin dekatnya lokasi tempat tinggal dengan TPA, maka semakin sering
seseorang terjangkit penyakit yang diindikasikan kuat berasal dari pencemaran lokasi TPA.
Tabel 16 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kedaung Wetan
No. Kelurahan
Jumlah Penduduk Tahun 2013 1.
Kedaung Baru 6 623
2.
Selapajang Jaya 11 440
3.
Kedaung Wetan 12 083
Sumber : Monografi Kecamatan Neglasari 2014
Dari Tabel 16 tersebut diketahui bahwa presentase jumlah penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kedaung Wetan dapat dilihat seperti pada
Gambar 12.
Sumber : Monografi Kecamatan Neglasari 2014 Gambar 12 Presentase jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kedaung Wetan
Presentase jumlah penduduk di Kelurahan Selapajang Jaya dan Kelurahan Kedaung Wetan sebagai bagian dari wilayah kerja Puskesmas Kedaung Wetan
tidak jauh berbeda yaitu sebesar 37.95 dan 40.08, akan tetapi apabila dilihat dari jumlah pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kedaung Wetan jumlah pasien
46
2000 4000
6000 8000
10000 12000
2011 2012
2013 ISPA
Gastritis Duodenitis
Batuk Myalgia
Dermatitis
yang berasal dari Kelurahan Selapajang Jaya hanya 42.10 dari jumlah pasien yang berasal dari Kelurahan Kedaung Wetan. Hal tersebut secara sederhana
mengindikasikan bahwa penduduk di Kelurahan Kedaung Wetan yang jaraknya lebih dekat dengan TPA Rawa Kucing cenderung lebih rentan terkena dampak
pencemaran TPA daripada penduduk Kelurahan Selapajang Jaya yang jaraknya relatif lebih jauh dari lokasi TPA Rawa Kucing.
Berdasarkan data yang ada juga memperkuat bukti adanya pencemaran di wilayah sekitar lokasi TPA Rawa Kucing menyebabkan peningkatan penyakit
karena umumnya penyakit yang diderita masyarakat merupakan penyakit yang diindikasikan kuat timbul akibat adanya pencemaran air dan udara di sekitar TPA
Rawa Kucing seperti ISPA dan batuk Tabel 17. Tabel 17 Jenis penyakit terbanyak pasien Puskesmas Kedaung Wetan
No. Jenis Penyakit
Tahun 2011
2012 2013
1. ISPA
6 797 9 699
11 020
2. Gastritis Duodenitis
2 117 2 937
3 540
3.
Batuk 2 005
2 720 3 386
4. Myalgia
1 907 2 679
3 078
5.
Dermatitis 1 897
2 348 2 766
Sumber : Puskesmas Kedaung Wetan 2014
Sumber : Puskesmas Kedaung Wetan 2014 Gambar 13 Peningkatan lima jenis penyakit terbanyak pasien Puskesmas
Kedaung Wetan
Peningkatan penderita penyakit ISPA sebesar 42.70 pada tahun 2012 merupakan peningkatan penyakit tertinggi yang diderita oleh pasien Puskesmas
Kedaung Wetan dengan rata-rata peningkatan lima penyakita terbanyak yang diderita pasien Puskesmas Kedaung Wetan di tahun yang sama adalah sebesar
36.27. Pada tahun 2013 peningkatan penyakit tertinggi yang diderita pasien
47 Puskesmas Kedaung Wetan adalah penyakit batuk dengan peningkatan sebesar
24.49 dari tahun sebelumnya dengan rata-rata peningkatan lima penyakit terbanyak yang diderita pasien Puskesmas Kedaung Wetan di tahun yang sama
adalah sebesar 18.27 Gambar 13. Pola penyakit dengan 10 penyakit teratas di Kota Tangerang pada tahun
2011 terdiri dari infeksi saluran pernafasan atas akut ISPA, influenza karena virus, dermatitis, gastritis, diare dan gastroenteritis, faringitis akut, gangguan lain
kulit, myalgia, hipertensi esensial, dan gangguan gigi. Selanjutnya jenis penyakit menular yang banyak diderita masyarakat yaitu Diare dengan kejadian sebanyak
35.418 kasus, Pneumonia pada balita sebanyak 5.935 kasus, serta TB Paru sebanyak 2.107 kasus Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Tangerang,
2012. Data yang ditunjukkan Puskesmas Kedaung Wetan mengenai jumlah
penyakit terbanyak yang diderita pasien adalah ISPA Tabel 17 yang sesuai juga dengan jumlah penyakit terbanyak masyarakat Kota Tangerang. Penyakit ISPA
yang diderita masyarakat di sekitar lokasi TPA Rawa Kucing dapat diindikasikan kuat berasal dari pencemaran udara yang berasal dari TPA Rawa Kucing baik
berdasarkan penelitian yang dilakukan pihak Puskesmas Kedaung Wetan maupun berdasarakan hasil wawancara dengan responden.
Penyakit diare juga merupakan salah satu penyakit yang diindikasikan kuat dapat terjadi akibat adanya pencemaran lingkungan dan merupakan penyakit
menular yang paling banyak terdapat di Kota Tangerang, meskipun begitu penyakit diare tidak masuk ke dalam 5 besar penyakit terbanyak di Puskesmas
Kedaung Wetan karena menurut pihak Puskesmas Kedaung Wetan penyakit diare umumnya diderita oleh anak-anak yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh
yang baik, sehingga ketika data pasien anak-anak digabungkan dengan data pasien orang dewasa maka pola penyakit diare di sekitar kawasan TPA Rawa Kucing
tidak begitu terlihat. Gastritis Duodenitis yang merupakan penyakit iritasi lambung, Myalgia
yang merupakan penyakit nyeri otot, dan Dermatitis yang merupakan penyakit iritasi kulit akibat kualitas lingkungan yang buruk juga merupakan tiga macam
penyakit teratas di Puskesmas Kedaung Wetan yang juga merupakan jenis-jenis
48
72.09 9.30
13.95 4.65
Galon Pikulan
PAM Galon
Pikulan
penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat Kota Tangerang, tidak diestimasi nilainya dalam penelitian ini karena ketiga penyakit tersebut belum
dapat diindikasikan kuat akibat pencemaran dari lokasi TPA Rawa Kucing dan merupakan jenis-jenis penyakit yang memang umum diderita oleh masyarakat di
kota-kota besar karena pola hidup yang kurang baik. 6.1.6
Estimasi Nilai Eksternalitas Negatif berupa Biaya Pengganti Pembelian Air Bersih
Metode yang digunakan untuk memperoleh estimasi nilai eksternalitas negatif dari adanya biaya pengganti pembelian air bersih adalah dengan metode
replacement cost. Metode replacement cost yang digunakan untuk menganalisis besar biaya yang dikeluarkan masyarakat sekitar TPA Rawa Kucing dalam
memperoleh air bersih, karena air yang ada yang bersumber dari sumur bor masyarakat sekitar TPA Rawa Kucing sudah tercemar sehingga tidak layak untuk
dikonsumsi lagi. Dari 43 responden yang diwawancarai menyebutkan bahwa ada tiga sumber air bersih yang dapat mereka peroleh yaitu air dalam derigent atau
pikulan, air dalam galon atau air isi ulang, air PAM, dan ada juga yang menggunakan air dalam derigent atau pikulan dan air galon atau isi ulang, dengan
presentase pengguna air bersih seperti pada Gambar 14. Sebesar 72.09 responden atau sebanyak 31 orang menggunakan air galon atau air isi ulang untuk
memenuhi kebutuhan air bersih mereka.
Sumber : Data primer 2014 Gambar 14 Presentase sumber air bersih masyarakat sekitar
TPA Rawa Kucing
49 Tingginya penggunaan air bersih dalam bentuk air galon atau air isi ulang
dikarenakan menurut responden lebih praktis dan mudah dalam memperolehnya dibandingkan dengan menggunakan air pikulan yang harus dipindahkan ke wadah
lain ketika membelinya atau penggunaan air PAM yang harus rutin melakukan pembayaran retribusi sedangkan debit air yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
Sumber air bersih berupa air isi ulang dalam galon diperoleh responden dari empat depot isi ulang yang ada di sekitar lokasi tempat tinggal mereka, sedangkan
air bersih pikulan diperoleh responden dari dua orang penjaja air pikulan yang rutin melewati pemukiman mereka sebanyak tiga kali sehari.
Estimasi nilai eksternalitas negatif dari biaya pembelian air bersih yang dikeluarkan masyarakat di sekitar TPA Rawa Kucing yang datanya diperoleh dari
43 responden adalah sebesar Rp 64 476 000tahun Lampiran 1. Pencemaran air yang terjadi di sekitar lokasi TPA Rawa Kucing tidak hanya diketahui dari
wawancara yang dilakukan dengan responden melainkan juga berasal dari wawancara dengan key personstakeholder yang terkait dengan lokasi sekitar TPA
Rawa Kucing seperti Lurah setempat, ketua RT RW setempat, kepala bagian kebersihan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, dan Kepala
Puskesmas setempat. Pencemaran air yang menurut responden telah terjadi di sekitar TPA Rawa Kucing juga diperkuat dengan inspeksi sanitasi yang dilakukan
pegawai puskesmas setempat dengan format inspeksi seperti pada Lampiran 2. Menurut pihak puskesmas setempat, berdasarkan indikator sederhana dalam
menguji kualitas air secara fisik seperti kekeruhan air, bau, rasa, dan warna air diperoleh hasil bahwa sebagian besar air sumur masyarakat yang berada di sekitar
TPA Rawa Kucing umumnya sudah mengalami perubahan warna kekuningan, berbau, dan juga keruh. Penurunan kualitas air tersebut diindikasikan kuat oleh
pihak puskesmas setempat terjadi akibat pencemaran yang berasal dari TPA Rawa Kucing.
6.1.7
Estimasi Nilai Eksternalitas Negatif berupa Biaya Pengganti Pembelian Pengharum Ruangan dan Obat Anti Serangga
Pencemaran udara yang terjadi di sekitar lokasi TPA Rawa Kucing akibat bau tidak sedap yang ditimbulkan timbulan sampah dan proses pembakaran
50 sampah atau insenerasi menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan biaya
pengganti untuk memperbaiki pencemaran udara atau paling tidak mengurangi pencemaran udara yang ada. Biaya yang dikeluarkan responden untuk membeli
pengharum ruangan dengan jenis spray adalah sebesar Rp 3 205 200tahun Lampiran 1. Selain biaya pembelian pengharum ruangan, responden juga harus
mengeluarkan biaya untuk pembelian obat anti serangga baik berupa lotion ataupun obat anti serangga bakar, hal tersebut karena pencemaran udara yang
menyebabkan bau yang tidak sedap juga menyebabkan banyaknya serangga yang hinggap di sekitar tempat tinggal mereka seperti lalat, nyamuk, dan kecoa. Jumlah
biaya yang dikeluarkan responden untuk membeli obat serangga adalah sebesar Rp 3 516 000tahun Lampiran 1. Jumlah total biaya pengganti yang dikeluarkan
oleh responden dalam mengatasi pencemaran udara di sekitar lokasi TPA Rawa Kucing adalah sebesar Rp 6 721 200tahun.
6.2 Penanganan Sampah untuk Mengatasi Eksternalitas Negatif dari
Keberadaan TPA Rawa Kucing
Dalam mengatasi eksternalitas negatif yang dihasilkan dari keberadaan TPA Rawa Kucing, penanganan sampah dilakukan dengan penerapan beberapa
metode pengolahan sampah, baik yang sudah lama dilakukan maupun yang masih dalam tahap uji coba dan pengembangan. Metode pengolahan sampah yang sudah
diterapkan diantaranya pengolahan sampah menjadi biogas, pengomposan sampah organik, dan pemilahan sampah organik dan anorganik oleh para pengumpul
sampah yang bermukim di sekitar TPA Rawa Kucing. Sampah anorganik yang diperoleh para pengumpul sampah kemudian mereka jual kepada pengepul barang
bekas atau bank sentral sampah TPA Rawa Kucing dengan harga sesuai jumlah dan jenis sampah anorganik yang telah dikumpulkan, sedangkan sampah organik
yang berasal dari sampah rumah tangga dijual kepada peternak itik sebagai bahan campuran pakan.
Penerapan metode pengolahan sampah yang masih berada dalam tahap uji coba dan pengembangan diantaranya penerapan teknik bakteri breeding, fumigasi
larutan pembasmi lalat, penerapan metode penyaring asap dari proses insinerasi sampah, produksi etanol dari proses insinerasi sampah, dan penerapan liached
51 energy sebagai sumber lain dari produksi biogas. Teknik bakteri breeding pada
hakekatnya dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses pembuatan pupuk organikkompos. Teknik bakteri breeding merupakan teknik pembiakan bakteri
yang bereperan dalam pembususkan sampah. Proses pembuatan pupuk kompos secara umum membutuhkan waktu 8-12 minggu, sedangkan apabila
menggunakan sistem bakteri breeding hanya memerlukan waktu 4-8 minggu dan hasilnya lebih baik. Cara ini biasanya memerlukan waktu relatif lebih singkat
sehingga lebih efisien. Pembuatan pupuk organikkompos dengan cara baru telah diuji cobakan pada tanaman hortikultura, dan hasilnya lebih baik dibanding
dengan menggunakan kompos hasil pemrosesan tanpa bakteri breeding Asngad, 2005.
Fumigasi larutan pembasmi lalat merupakan upaya dalam menanggulangi masalah pencemaran udara yang terjadi di sekitar lokasi TPA Rawa Kucing.
Fumigasi merupakan proses penyemprotan larutan pembasmi hama yang dalam hal ini digunakan untuk membasmi lalat. Kondisi lingkungan yang kotor dan
berbau dapat menjadi tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi lalat. Bahan kimia yang digunakan untuk proses fumigasi
disebut fumigan, jenis fumigan yang digunakan antara lain Metil Bromida Ch
3
Br, Hidrogen Phosfin Ph
3
dan Sulfuril Fluorida SO
2
F
2
. Penyemprotan lalat dimaksudkan untuk memutus mata rantai penyakit yang disebabkan oleh lalat
agar tidak menular ke masyarakat di sekitar TPA. Penyakit Akibat lalat sangat beragam. Lalat tidak menghasilkan penyakit sendiri, tetapi lalat sebagai vektor
penghantar penyakit. Melalui lalat, beberapa penyakit mudah tersebar, apalagi pada daerah-daerah yang kumuh dan kotor seperti di sekitar TPA Rawa Kucing.
Metode insinerasi pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil volume sampah di TPA. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan
pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Penggunaan filter udara adalah alat untuk menghilangkan materi partikulat padat.
Filter insinerasi terbuat dari bahan yang dapat menangkap materi partikulat sehingga udara yang melewatinya akan tersaring dan keluar sebagai udara bersih.
Filter udara dapat digunakan pada ventilasi ruangan atau bangunan, mesin atau cerobong pabrik, mesin kendaraan bermotor, atau pada area lain yang
52 membutuhkan udara bersih. Jenis dan bahan yang digunakan sebagai filter udara
bermacam-macam, tergantung pada kandungan udara yang disaring, rnisalnya apakah berdebu banyak, bersifat asam atau alkalis, dan sebagainya
Kelangkaan yang disertai tingginya harga bahan bakar minyak secara global beberapa tahun terakhir membuat banyak negara di dunia meningkatkan
berbagai upaya untuk menggunakan biofuel sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu dari biofuel yang paling banyak digunakan adalah etanol, zat ini diekstrak
antara lain dari tebu dan singkong Prihandana et al. 2007. Berdasarkan fakta- fakta yang terdapat di atas, muncul sebuah gagasan dalam memanfaatkan sampah
organik yang berasal dari pasar sayur dan buah untuk diekstrak menjadi sumber energi alternatif yaitu etanol. Konversi ini dilakukan melalui proses pemanasan
sampah organik dalam suatu tungku pemanas Arasyid, 2010. Upaya lain yang dilakukan pihak pengelola TPA Rawa Kucing dalam
mengurangi eksternalitas negatif TPA Rawa Kucing bagi masyarakat sekitar yaitu penggunaan air lindi atau leachate sebagai sumber bahan baku biogas. Selain
disalurkan dari sampah di area landfill, direncanakan sumber bahan baku biogas juga berasal dari pengolahan air lindi atau leachate. Air lindi atau leachate dapat
menjadi salah satu sumber biogas dengan cara pengumpulan air lindi dalam bak kontrol yang dihubungkan dengan ventilasi penangkap atau pengumpul gas.
6.3 Manajemen Pengelolaan Sampah di TPA Rawa Kucing Saat Ini dan
Strategi Pengelolaan Sampah Di Masa Mendatang
Pengelolaan sampah di TPA Rawa Kucing saat ini masih menggunakan teknik control landfill. Control landfill merupakan teknik penimbunan sampah
yang bersifat semi sanitary landfill, dimana sampah yang telah ditimbun dan dipadatkan di area landfill dilakukan penutupan dengan tanah paling tidak setiap
tujuh hari sekali Departemen Pekerjaan Umum, 2006. Perbedaan antara control landfill dan sanitary landfil dapat dilihat pada Tabel 18. Sistem control landfill
merupakan peningkatan dari sistem open dumping yang bertujuan mengurangi potensi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dari adanya timbulan sampah.
Dalam operasionalnya, untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan