Sampah Eksternalitas Estimasi Nilai Eksternalitas Dari Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (Studi Kasus Tpa Rawa Kucing Kota Tangerang).

11 pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak eksternalitas Fauzi, 2010. Menurut Mangkoesoebroto 1997 eksternalitas adalah keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar dimana kegiatan tersebut menimbulkan manfaat dan atau biaya bagi pihak diluar pelaksana kegiatan tersebut. Gambar 1 Kurva eksternalitas negatif produsen Gambar 2 Kurva eksternalitas positif produsen Q 1 Q 2 P 2 P 1 S + Biaya sosial S D Eksternalits negatif produsen P Q Q 2 Q 1 P 1 P 2 S - Biaya sosial S D Eksternalits positif produsen P Q 12 Eksternalitas dibagi menjadi dua berdasarkan dampaknya yaitu eksternalitas positif dan negatif yang dapat bersumber dari produsen maupun konsumen. Eksternalitas negatif yang dihasilkan oleh produsen menyebabkan biaya sosial yang harus dikeluarkan produsen untuk menanggulangi dampak dari eksternalitas negatif tersebut, hal ini mengakibatkan kurva penawaran supply bergeser ke kiri atas karena adanya penurunan penawaran sehingga jumlah penawaran berubah dari Q 1 ke Q 2 dan meningkatkan harga penawaran dari P 1 ke P 2 Gambar 1. Eksternalitas positif akibat adanya kegiatan produksi berdampak pada rendahnya biaya sosial yang harus dikeluarkan produsen sebagai insentif bagi produsen. Hal tersebut berdampak pada penurunan biaya produksi sekaligus peningkatan produksi yang dilakukan produsen yang ditandai dengan pergeseran kurva penawaran ke kanan bawah dengan peningkatan jumlah penawaran yang terjadi dari Q 1 ke Q 2 dan penurunan harga penawaran dari P 1 ke P 2 Gambar 2. Gambar 3 Kurva eksternalitas negatif konsumen Eksternalitas negatif yang dihasilkan akibat kegiatan konsumen berdampak pada penurunan manfaat atau nilai sosial dari suatu sumberdaya, hal tersebut mengakibatkan kurva permintaan demand bergeser ke kiri bawah yang mengakibatkan jumlah permintaan dan harga dari suatu sumberdaya menurun dari Q 1 ke Q 2 dan dari P 1 ke P 2 Gambar 3. Q 1 Q 2 P 1 P 2 D - Nilai sosial S D Eksternalits negatif konsumen P Q 13 Eksternalitas positif akibat suatu kegiatan yang dilakukan oleh konsumen berdampak pada peningkatan manfaat atau nilai sosial suatu sumberdaya bagi konsumen ataupun produsen lainnya. Hal tersebut berakibat pada peningkatan permintaan terhadap sumberdaya tersebut yang ditandai dengan bergesernya kurva permintaan ke sebelah kanan atas. Pergeseran kurva permintaan tersebut berpengaruh pada peningkatan jumlah permintaan dari Q 1 ke Q 2 dan juga peningkatan harga dari P 1 ke P 2 Gambar 4. Gambar 4 Kurva eksternalitas positif konsumen Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan terhadap pihak lain dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak tertentu tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Eksternalitas negatif ialah dampak yang bersifat merugikan bagi orang lain dan tidak menerima kompensasi terhadap kerugian tersebut. Kemungkinan eksternalitas yang terjadi dalam kegiatan ekonomi, yaitu : 1. Konsumen-konsumen, yaitu tindakan konsumen yang menimbulkan eksternalitas bagi konsumen lain. 2. Konsumen-produsen, yaitu tindakan konsumen yang menimbulkan eksternalitas terhadap produsen. 3. Produsen-konsumen, yaitu tindakan produsen yang menimbulkan eksternalitas terhadap konsumen. Q 2 Q 1 P 2 P 1 D + Nilai sosial S Eksternalits positif konsumen P Q D 14 4. Produsen-produsen, yaitu tindakan produsen yang menimbulkan eksternalitas bagi produsen lain. Dampak positif dari sampah yaitu sampah dapat diolah menjadi barang yang bermanfaat. Sampah dapat diolah menjadi pupuk sebagai penyubur tanah dan mempercepat pertumbuhan tanaman, dapat digunakan sebagai pakan ternak, dapat dimanfaatkan kembali setelah didaur ulang, gas-gas yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi karena dapat dikonversi menjadi tenaga listrik serta proses pengelolaan sampah dapat membuka lapangan kerja Ramadhan, 2009. Menurut Hadiwiyoto 1983 eksternalitas negatif dari adanya sampah dapat menimbulkan gangguan pencemaran sebagai berikut : a. Tumpukan sampah dapat menimbulkan kondisi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan yang normal. Biasanya dapat menyebabkan kenaikan suhu dan perubahan pH tanah. Keadaan ini akan mengganggu kehidupan di sekitarnya. b. Tumpukan sampah dapat menjadi media berkembangbiak dan tempat mencari makan bagi lalat atau tikus yang akhirnya menjadi tempat berkembang bibit penyakit. c. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena selama proses pembusukan dihasilkan gas-gas beracun, bau tidak sedap, daerah yang becek, dan berlumpur terutama pada musim penghujan. d. Kontak langsung dengan sampah yang mengandung kuman penyakit, misalnya sampah yang berasal dari rumah sakit. e. Pasokan air minum yang mengalami kontaminasi dengan bahan kimia beracun dari sampah yang dibuang ke dalam air. f. Dapat mencemari tanah atau pengotoran. Pencemaran dapat berupa udara yang kotor karena mengandung gas-gas yang terjadi dari perombakan sampah, bau yang tidak sedap, daerah yang becek, terutama pada saat musim hujan. g. Sampah yang dibuang ke badan air menyebabkan hambatan saluran air sehingga pada musim penghujan akan menyebabkan banjir. 15

2.3 Cost of Illness dan Replacement Cost

Konsumsi atas air yang tercemar dapat menyebabkan pengkonsumsinya terkena penyakit kronis jangka panjang, seperti kanker ataupun premature death. Peningkatan resiko terkena penyakit tersebut yaitu peningkatan pula pada biaya berobat, kehilangan waktu untuk kegiatan luang atau bersantai leisure time, pendapatan ataupun pekerjaan serta kerugian-kerugian lain yang ditanggung oleh manusia sebagai akibat atas konsumsi air tanah yang telah tercemar tersebut. Oleh karena itu untuk menghitung biaya-biaya tersebut digunakan pendekatan biaya kesehatan cost of illness yang juga merupakan salah satu teknik valuasi ekonomi yang berbasiskan biaya cost based approach. Cost of illness merupakan salah satu dari alat yang ada dalam evaluasi ekonomi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai dan menghitung biaya-biaya yang timbul oleh berbagai masalah kesehatan yang ada. Meskipun studi cost of illness bukanlah sebagai suatu teknik evaluasi ekonomi yang lengkap, akan tetapi studi ini dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai pemilihan alokasi sumberdaya yang akan dipergunakan dengan mempertimbangkan estimasi dan konsekuensi dari permasalahan kesehatan yang timbul dan saling berhubungan Yanuar, 2003. Menurut Dixon et al. 1996 pendekatan cost of illness dapat digunakan untuk mengukur nilai dari kerugian kesehatan karena pencemaran, pendekatan ini didasarkan kepada keterkaitan fungsi kerusakan yang berhubungan dengan tingkat pencemaran dan pengaruhnya terhadap kesehatan fisik. Metode cost of illness telah digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomi dengan tujuan untuk memberikan nilai pada perubahan kesehatan manusia atau kesejahteraan yang muncul dari perubahan kualitas lingkungan. Menurut Yakin 1997 pendekatan cost of illness terdiri dari faktor-faktor berikut : 1. Biaya kesehatan langsung seperti biaya medis, biaya-biaya asuransi medis, dimana biaya pengeluaran medis terdiri dari biaya medis, biaya rumah sakit, biaya obat, biaya rehabilitasi, dan nilai hilangnya waktu yang sama dengan hilangnya upah atau pendapatan. 2. Nilai hilangnya waktu orang yang sakit pendapatan yang hilang dan kesenangan yang hilang. 16 Pendekatan cost of illness umumnya digunakan untuk menilai biaya dari penyakit yang disebabkan oleh suatu pencemaran. Seperti pada pendekatan perubahan dalam produktivitas, pendekatan ini didasarkan pada pokok fungsi kerusakan. Pendekatan ini berhubungan dengan fungsi dose-response, yang berhubungan dari sakit dengan sehat atau kematian pada tingkat pencemaran. Pada kasus ini, fungsi kerusakan berhubungan dengan tingkat polusi pencemaran terhadap kesehatan. Metode ini memperkirakan pengeluaran privat dan umum untuk kesehatan dan nilai kehilangan pendapatan, dalam hubungan morbidity dan mortality serta tingkat pencemaran. Menurut Champ et al. 2003 metode biaya kesehatan tidak mengestimasi surplus konsumen atau biaya marjinal. Metode biaya kesehatan secara sederhana berusaha untuk mengukur biaya kesehatan secara penuh, termasuk biaya perawatan. Biaya perawatan didasarkan kepada keputusan individu atau masyarakat mengenai level dari kepedulian individu atau masyarakat tersebut akan kesehatan. Biaya kesehatan terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah biaya langsung dan kedua adalah biaya tidak langsung. Biaya langsung itu sendiri terbagi menjadi medical cost dan non medical cost. Biaya yang termasuk medical cost adalah biaya perawatan medis pasien itu sendiri yang besarnya dapat berbeda setiap pasiennya, sedangkan yang termasuk non medical cost antara lain biaya perjalanan pasien untuk menempuh perjalanan sampai kepada tempat pengobatan, biaya logistik dan akomodasi pasien yang besarnya pun dapat bervariasi. Biaya tidak langsung terkait dengan hilangnya sumberdaya yang hilang akibat penyakit tersebut, antara lain opportunity cost akibat hilangnya produktivitas pasien pendapatan yang terkena penyakit tersebut. Biaya pengganti replacement cost merupakan teknik yang mengidentifikasi biaya pengeluaran untuk perbaikan lingkungan hingga mencapai bahkan mendekati keadaan semula atau biaya yang dihitung untuk menggantikan sumberdaya dan lingkungan yang rusak atau menurun akibat aktivitas-aktivitas manusia Dhewanti et al. 2007. Menurut Jones et al. 2000 replacement cost adalah pendekatan analisis biaya manfaat yang mengestimasi nilai jasa lingkungan melalui biaya pengganti jasa tersebut dengan barang dan jasa alternatif 17 buatan. Metode ini menggambarkan jasa lingkungan yang bisa ditiru dengan menggunakan teknologi. Menurut Garrod dan Willis 1999 pendekatan replacement cost menilai nilai sumber daya dengan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mengganti atau mengembalikan setelah sumber daya tersebut telah rusak.

2.4 Penanganan Sampah

Penanganan sampah merupakan perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah atau eksternalitas negatif yang dapat ditimbulkan dari adanya sampah. Penanganan sampah dapat berbentuk semata-mata membuang sampah atau mengembalikan sampah recycling menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Tahap pertama di dalam penanganan sampah adalah mengumpulkan sampah dari berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan, setelah itu diadakan pemisahan komponen sampah menurut jenisnya. a. Pengumpulan sampah Sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan harus dikumpulkan terlebih dahulu dari berbagai tempat asalnya. Biasanya pengumpulan sampah tidak banyak mengalami kesulitan. Dengan alat-alat yang sederhana seperti sapu, pengeruk, maka sampah dapat dikumpulkan. Di kota-kota besar, untuk mempermudah pengumpulan sampah banyak dijumpai tempat-tempat sampah berupa bak sampah, tong sampah, dan kota-kotak sampah, kemudian dengan menggunakan kendaraan-kendaraan pengangkut, misalnya truk, gerobak sampah, dan lain sebagainya sampah-sampah tersebut diangkut ke lokasi pemrosesan akhir sampah. b. Pemisahan Pemisahan merupakan upaya memisahkan jenis-jenis sampah, baik yang tergolong sampah organik maupun anorganik. Pemisahan sampah dapat dilakukan berdasarkan metode pengolahan sampah yang dilakukan, apabila metode yang dilakukan adalah insenerasi maka perlu dipisahkan sampah yang mudah meledak dan sulit terbakar, apabila metode yang digunakan adalah sanitary landfill maka perlu dipisahkan sampah yang sulit terurai dan lebih